Minggu, 01 November 2009

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP LANSIA TERHADAP PENYAKIT HIPERTENSI

2.1 Konsep Pengetahuan
Pengetahuan merupakan aspek pokok untuk mengubah perilaku seseorang yang disengaja. Menurut teori Sigmund Freud, salah satu aspek perkembangan manusia adalah perkembangan kognitif. Hal ini merujuk pada proses internal dari produk pikiran manusia yang mengarah pada konsep mengetahui termasuk di dalamnya semua aktifitas mental seperti mengingat, menghubungkan, mengklasifikasi, memberi simbol, mengimajinasi, pemecahan masalah, penalaran persepsi, berkreasi, kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan situasi yang baru. (Erfand:2009).
2.1.1. Pengertian
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu. Disini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pasca indera manusia,yakni indera penglihatan,pendengaraan,penciuman,rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kongnitif merupakan dominan yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior). (Notoatmojo,2003).

Menurut pendekatan kontruktivistis, pengetahuan bukanlah fakta dari suatu kenyataan yang sedang dipelajari, melainkan sebagai konstruksi kognitif seseorang terhadap obyek, pengalaman, maupun lingkungannya. Pengetahuan bukanlah sesuatu yang sudah ada dan tersedia dan sementara orang lain tinggal menerimanya. Pengetahuan adalah sebagai suatu pembentukan yang terus menerus oleh seseorang yang setiap saat mengalami reorganisasi karena adanya pemahaman-pemahaman baru. (Erfand:2009).
2.1.2. Tingkat Pengetahuan
Menurut Bloom 1956, dikutip dari Notoatmojo, 2003 bahwa pengetahuan tercakup dalam dominan kongnitif yang mempunyai tingkatan yaitu :
a. Tahu (know), diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam keadaan pengetahuan tingkat ini adalah meningat kembali (recall) sesuatu yang sepesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu itu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
b. Memahami (compherehension) diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang dapat diketahui dan dapat diinterpretasikan materi tersebut itu secara benar. Orang yang telah paham terhadap oleh objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
c. Aplikasi (aplication) diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus-rumus, prinsip dan sebagainya atau situasi yang lain.
d. Aplikasi (analysis) adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen tetepi masih didalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e. Sintesis (syntesis) menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah kemampuan untuk menyusun formasi-formasi baru dari formulasi yang ada
f. Evaluasi (evaluation) ini berkaitan dengan pengetahuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang ada.
2.1.3. Cara Memperoleh Pengetahuan
Menurut (Notoatmodjo:2002), cara memperoleh pengetahuan adalah sebagai berikut :
a. Cara tradisional atau non ilmiah
1. Cara coba-salah atau trial and error
Cara ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah, apabila kemungkinan kedua gagal, maka dicoba kembali dengan kemungkinan ketiga dan seterusnya sampai masalah tersebut dapat terpecahkan.
2. Cara kekuasaan atau otoritas
Pengetahuan di dapatkan dari kebiasaan-kebiasaan yang diwariskan secara turun temurun dari generasi ke generasi. Sumber pengetahuan berupa pemimpin masyarakat baik formal maupun informal, ahli agama, pemegang pemerintahan dan sebagainya.
3. Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman pribadi, dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi di masa lalu.
4. Melalui jalan pikiran
Pengetahuan diperoleh dari penggunaan penalaran atau jalan pikiran, baik dengan induksi maupun deduksi. Induksi dan deduksi merupakan cara melahirkan pemikiran secara tidak langsung melalui pertanyaan-pertanyaan yang dikemukakan, kemudian di cari hubungannya sehingga dapat dibuat suatu kesimpulan.

b. Cara modern atau ilmiah
Cara ini disebut penelitian ilmiah atau metodologi penelitian. Mula-mula diadakan pengamatan langsung dari suatu gejala, kemudian hasil pengamatan dikumpulkan di klasifikasikan dan akhirnya di ambil kesimpilan umum.
2.1.4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
a. Umur
Dengan bertambahnya umur tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Makin tua umur seseorang makin konstruktif dalam menggunakan koping terhadap masalah yang dihadapi (Nursalam & Siti Pariani:2001).
b. Pendidikan
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin mudah mencerna informasi sehingga semakin banyak juga pengetahuan yang dimiliki, sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan (Nursalam & Siti Pariani:2001).
c. Pengalaman
Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang. Middle book (1974) yang dikutip oleh Saifudin Azwar, mengatakan bahwa tidak adanya suatu pengalaman sama sekali dengan suatu obyek tersebut. Untuk menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan emosi, penghayatan pengalaman akan lebih lama membekas ( Saifudin Azwar: 2003).
d. Informasi
Informasi merupakan fungsi yang penting sebelum dilakukan suatu tindakan bahkan klien dapat mengambil keputusan yang tepat dan memberi kesempatan untuk bertanya lebih lanjut (Nursalam & Siti Pariani:2001).
e. Kebudayaan
Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita ( Saifudin Azwar:2003).
2.2 Konsep Sikap
2.2.1 Pengertian
Sikap adalah selalu komplek predisposisi yang dipelajari yang mempengaruhi tingkah laku, berubah dalam hal intensitasnya, biasanya konsisten sepanjang waktu dalam situasi yang sama dan komposisinya hampir selalu komplek (Ahmadi Abu, 2007)
Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimilus atau objek (Notoatmojo:2003) manifestasi dari sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku tertutup.

2.2.2 Pembentukan Sikap
a. Faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap
Sebagaimana diketahui bahwa sikap tidak dibawa sejak lahir, tetapi dipelajari dan di bentuk berdasarkan pengalaman individu sepanjang perkembangan selama hidupnya. Pada manusia makhluk social, pembentukan sikap tidak lepas dari pengaruh interaksi manusia satu dengan yang lain(eksternal). Disamping itu manusia juga sebagai makhluk individual sehingga apa yang dating dari dalam dirinya (internal) juga mempengaruhi pembentukan sikap.
1. Faktor internal
Factor ini berasal dari dalam individu. Dalam hal ini individu menerima, mengolah dan memilih segala sesuatu yang datang dari luar serta mana yang akan diterima atau tidak. Oleh karena itu factor individu merupakan factor penentu pembentukan sikap. Factor intern ini menyangkut motif dan sikap yang bekerja dalam diri individu pada saat itu, serta yang mengarahkan minat dan perhatian (psikologi), juga perasaan sakit, lapar dan haus (fisiologis)
2. Factor eksternal
Factor ini berasal dari luar diri individu, berupa stimulus untuk membentuk dan mengubah sikap. Stimulus tersebut dapat bersifat langsung, misalnya individu dengan individu, individu dengan kelompok. Dapat juga bersifat tidak langsung, yaitu melalui perantara seperti alat komunikasi dan media masa baik elektronik maupun non elektronik. Contoh: pengalaman yang diperoleh individu, situasi yang dihadapi individu, norma dalam masyarakat, hambatan dan pendorong yang dihadapi individu dalam masyarakat.
b. Komponen dalam pembentukan sikap
1. Kognitif ( pengetahuan, pemahaman, penerapan)
Aspek kognitif berupa pengetahuan, kepercayaan atau pikiran yang didasarkan pada informasi yang berhubungan dengan objek. Misalnya: orang tahu bahwa kesehatan itu sangat berharga karena individu menyadari apabila sakit, terasa betapa nikmatnya sehat.
2. Afektif (penerimaan, pemberian respon, penilaian)
Komponen ini Menunjuk pada dimensi emosional subjektif individu, terhadap objek sikap, baik yang positif (rasa senang) maupun negatif (rasa tidak senang). Reaksi emosional banyak dipengaruhi oleh apa yang kita percayai sebagai sesuatu yang benar terhadap objek sikap tersebut. Misalnya:- individu senang (sikap positif) terhadap profesi keperawatan berarti individu melukiskan perasaanya terhadap keperawatan. – masyarakat umumnya tidak senang terhadap tindakan kekerasan, perjudian, pelacuran serta kejahatan.
3. Konatif (persepsi, pengaturan)
Disebut juga komponen perilaku yaitu komponen sikap yang berkaitan dengan predisposisi atau kecenderungan dalam bertindak terhadap objek sikap yang dihadapinya. Misalnya: - individu mengetahui bahwa profesi keperawatan adalah pekerjaan yang mulia maka banyak lulusan SLTA yang masuk ke Akademi Keperawatan.
2.2.3 Adapun tingkatan sikap antara lain:
a. Menerima (receiving) Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek)
b. Merespon (responding) Suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan.
c. Menghargai (valuing) Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah.
d. Bertanggung jawab (responsible) Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya atas segala sesuatu yang telah dipilihnya.
2.2.4 Pengukuran Sikap
a. Skala Thurstone (Method of Equel-Appearing Intervals)
Metode ini caranya dengan memberikan orang tersebut dengan suatu sikap yang telah ditentukan derajad nya. Derajat (ukuran) ini disebut nilai skala. Untuk menghitung nilai skala dan memilih pernyataan sikap, pembuat skala perlu membuat sampel pernyataan sikap kemudian diberikan kepada beberapa orang penilai (judges). Penilai ini bertugas untuk menentukan derajat favorabilitas masing-masing pernyataan. Favorabilitas penilai itu diekspresikan melalui titik skala rating yang memiliki rentang 1-11. Sangat tidak setuju 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Sangat setuju Tugas penilai ini bukan untuk menyampaikan setuju tidaknya mereka terhadap pernyataan itu. Median atau rerata perbedaan penilaian antar penilai terhadap aitem ini kemudian dijadikan sebagai nilai skala masing-masing aitem. Pembuat skala kemudian menyusun aitem mulai dari atem yang memiliki nilai skala terrendah hingga tertinggi. Dari aitem-aitem tersebut, pembuat skala kemudian memilih aitem untuk kuesioner skala sikap yang sesungguhnya. Dalam penelitian, skala yang telah dibuat ini kemudian diberikan pada responden. Responden diminta untuk menunjukkan seberapa besar kesetujuan atau ketidak setujuannya pada masing-masing aitem sikap tersebut.
b. Skala Likert (Method of Summateds Ratings)
Likert (1932) mengajukan metodenya sebagai alternatif yang lebih sederhana dibandingkan dengan skala Thurstone. Skala Thurstone yang terdiri dari 11 point disederhanakan menjadi dua kelompok, yaitu yang favorable dan yang unfavorabel. Sedangkan aitem yang netral tidak disertakan. Untuk mengatasi hilangnya netral tersebut, Likert menggunakan teknik konstruksi test yang lain. Masing-masing responden diminta melakukan egreement atau disegreemenn-nya untuk masing-masing aitem dalam skala yang terdiri dari 5 point ( Sangat setuju, Setuju, Ragu-ragu, Tidak setuju, Sangat Tidak Setuju). Semua aitem yang favorabel kemudian diubah nilainya dalam angka, yaitu untuk sangat setuju nilainya 5 sedangkan untuk yang Sangat Tidak setuju nilainya 1. Sebaliknya, untuk aitem yang unfavorabel nilai skala Sangat Setuju adalah 1 sedangkan untuk yang sangat tidak setuju nilainya 5. Seperti halnya skala Thurstone, skala Likert disusun dan diberi skor sesuai dengan skala interval sama (equal-interval scale).

c. Unobstrusive Measures.
Metode ini berakar dari suatu situasi dimana seseorang dapat mencatat aspek-aspek perilakunya sendiri atau yang berhubungan sikapnya dalam pertanyaan.
d. Multidimensional Scaling.
Teknik ini memberikan deskripsi seseorang lebih kaya bila dibandingkan dengan pengukuran sikap yang bersifat unidimensional. Namun demikian, pengukuran ini kadangkala menyebabkan asumsi-asumsi mengenai stabilitas struktur dimensinal kurang valid terutama apabila diterapkan pada lain orang, lain isu, dan lain skala item
2.3 Konsep Hipertensi
2.3.1 Pengertian
Hipertensi didefenisikan oleh Joint National Committee On Detection, Evaluation And Treatment Of High Blood Pressure (JNC) sebagai peningkatan tekanan yang lebih tinggi dari 140/90mmHg dan diklasifikasikan sesuai derajat keparahanya, mempunyai rentang dari tekanan darah (TD) normal tinggi sampai hipertensi malignan (Doenges: 1999)

2.3.2 Faktor Resiko
a. Host (Penjamu)
Faktor-faktor yang dapat menimbulkan penyakit hipertensi pada penjamu:
1. Daya tahan tubuh terhadap penyakit.
Daya tubuh seseorang sangat dipengaruhi oleh kecukupan gizi, aktifitas, dan istirahat. Dalam hidup modern yang penuh kesibukan juga membuat orang kurang berolagraga dan berusaha mengatasi stresnya dengan merokok , minum alkohol, atau kopi sehingga daya tahan tubuh menjadi menurun dan memiliki resiko terjadinya penyakit hipertensi.
2. Genetik
Jika salah satu orang tua menderita tekanan darah tinggi atau pernah mendapat stroke sebelum usia 70 tahun. Risiko ini meningkat menjadi 3 : 5 jika kedua orang tua mengalaminya. Peran faktor genetik terhadap hipertensi primer dibuktikan dengan berbagai faktor yang dijumpai. Adanya bukti bahwa kejadian hipertensi lebih banyak dijumpai pada pasien kembar monozigot dari pada heterozigot. Jika salah satu diantaranya menderita hipertensi. Menyokong pendapat bahwa genetik mempunyai pengaruh terhadap timbulnya hipertensi. Sebanyak 60% penderita hipertensi didapatkan riwayat hipertensi di dalam keluarganya, walaupun hal ini belum dapat memastikan diagnosa hipertensi. Jika salah seorang dari orang tua ada yang mengidap tekanan darah tinggi, maka anda akan mempunyai peluang sebesar 25% untuk mewarisinya selama hidup. Jika kedua orang tua mempunyai tekanan darah tingi maka peluang untuk terkena penyakit ini akan meningkat menjadi 60%. Beberapa orang yang mengidap tekanan darah tinggi, gen yang menentukan reproduksi dan pelepasan angiotensin dalam tubuh mugkin mengalami kerusakan yang menyebabkan tubuh orang-orang tersebut memproduksi angiotensin terlalu banyak. (Rohaendi:2008)
3. Umur
Insiden hipertensi makin meningkat dengan meningkatnya usia. Ini sering disebabkan oleh perubahan alamiah di dalam tubuh yang mempengaruhi jantung, pembuluh darah dan hormon. Satu dari lima pria berusia diantara 35-40 tahun memiliki tekanan darah yang tinggi. Angka prevalensi tersebut menjadi dua kali lipat pada usia antara 45-54 tahun. Sebagian dari mereka yang berusia 55—64 tahun mengidap penyakit ini. Pada usia 65-74 tahun prevalensinya menjadi lebih tinggi lagi sekitar 60% menderita hipertensi. (Rohaendi:2008)
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan hipertensi berdasarkan umur dalam 3 (tiga) kriteria, yaitu
a) Kelompok umur 20-29 tahun, 150/90 mm Hg.
b) Kelompok umur 30-64 tahun,160/95 mm Hg.
c) Kelompok umur 65 tahun, 170/95 mm Hg.
4. Jenis Kelamin
Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995 menunjukkan bahwa pada umumnya lebih banyak pria menderita hipertensi dibandingkan dengan perempuan. Wanita > Pria pada usia > 50 tahun, sedangkan Pria > wanita pada usia < 50 tahun. Ini terjadi karena wanita terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum menopause.Wanita yang belum mengalami menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses aterosklerosis. Efek perlindungan estrogen dianggap sebagai penjelasan adanya imunitas wanita pada usia premenopause. Pada premenopause wanita mulai kehilangan sedikit demi sedikit hormon estrogen yang selama ini melindungi pembuluh darah dari kerusakan. Proses ini terus berlanjut dimana hormon estrogen tersebut berubah kuantitasnya sesuai dengan umur wanita secara alami, yang umumnya mulai terjadi pada wanita umur 45-55 tahun.
5. Adat Kebiasaan
Kebiasaan- kebiasaan buruk seseorang merupakan ancaman kesehatan bagi orang tersebut seperti:
a) Gaya hidup modern yang mengagungkan sukses, kerja keras dalam situasi penuh tekanan, dan stres terjadi yang berkepanjangan adalah hal yang paling umum serta membuat orang kurang berolah raga , dan berusaha mengatasi stresnya dengan merokok, minum alkohol atau kopi , padahal semuanya termasuk dalam daftar penyebab yang meningkatkan resiko hipertensi.
b) Pola makan yang salah, faktor makanan modern sebagai penyumbang utama terjadinya hipertensi. Makanan yang diawetkan dan garam dapur serta bumbu penyedap dalam jumlah tinggi, dapat meningkatkan tekanan darah karena mengandung natrium dalam jumlah yang berlebih.
6. Pekerjaan
Stress pada pekerjaan cenderung menyebabkan terjadinya hipertensi berat karena Stres yang terlalu besar dapat memicu terjadinya berbagai penyakit misalnya sakit kepala,sulit tidur, tukak lambung, hipertensi, penyakit jantung, dan stroke.
7. Ras/ Suku
Ras/Suku : Di USA, Hipertensi lebih banyak terjadi pada orang berkulit hitam dari pada yang berkulit putih. Sampai saat ini, belum diketahui secara pasti penyebabnya. Namun pada orang kulit hitam ditemukan kadar renin yang lebih rendah dan sensitifitas terhadap vasopressin lebih besar. Di Indonesia penyakit hipertensi terjadi secara bervariasi.
b. Agent (Penyebab Penyakit).
Agent adalah suatu substansi tertentu yang keberadaannya atau ketidakberadaannya dapat menimbulkan penyakit atau mempengaruhi perjalanan suatu penyakit. Untuk penyakit hipertensi yang menjadi agen adalah :
1. Faktor Nutrisi
Konsumsi natrium dan garam dapur (mengandung iodium) yang berlebih, Minuman berkafein dan beralkohol, Makanan cepat saji yang kaya daging juga merupakan salah satu penyebab obesitas (berat badan berlebih ). semua itu dapat meningkatkan volume darah sehingga berdampak timbulnya hipertensi.
2. Faktor Kimia
Mengkonsumsi obat-obatan seperti kokain, Pil KB Kortikosteroid, Siklosporin, Eritropoietin, Penyalahgunaan alkohol, Kayu manis (dalam jumlah sangat besar).
3. Faktor Biologi
a) Tekanan darah tinggi berhubungan dengan resistensi insulin dan/ atau peningkatan kadar insulin (hiperinsulinemia). Keduanya tekanan darah tinggi dan resistensi insulin merupakan karakteristik dari sindroma metabolik , kelompok abnormalitas yang terdiri dari obesitas, peningkatan trigliserid, dan HDL rendah (kolesterol baik) dan terganggunya keseimbangan hormon yang merupakan faktor pengatur tekanan darah.
b) Walaupun sepertinya hipertensi merupakan penyakit keturunan, namun hubungannya tidak sederhana. Hipertensi merupakan hasil dari interaksi gen yang beragam, sehingga tidak ada tes genetik yang dapat mengidentifikasi orang yang berisiko untuk terjadi hipertensi secara konsisten.

4. Faktor Fisik
a) Tekanan darah juga dipengaruhi oleh aktivitas fisik, dimana akan lebih tinggi pada saat melakukan aktivitas dan lebih rendah ketika beristirahat.
b) Gaya hidup yang tidak aktif (malas berolah raga) bisa memicu terjadinya hipertensi pada orang-orang memiliki kepekaan yang diturunkan
c) Berat badan berlebih /Obesitas adalah ketidak seimbangan antara konsumsi kalori dengan kebutuhan energi yang disimpan dalam bentuk lemak (jaringan sub kutan tirai usus, organ vital jantung, paru dan hati) yang menyebabkan jaringan lemak in aktif sehingga beban kerja jantung meningkat. Obesitas juga didefinisikan sebagai kelebihan berat badan sebesar 20% atau lebih dari berat badan ideal. Prevalensi obesitas menunjukan peningkatan sesuai dengan pertambahan usia pada umumnya berat badan laki-laki mencapai puncaknya pada usia 35-65 tahun dan pada wanita antara 55-65 tahun. Berat badan normal terjadi pada saat dewasa dan meningkat secara cepat pada usia 50 tahun. Tingkat metabolik basal dan pengeluaran energi untuk aktivitas fisik menurun saat memasuki usia dewasa sehingga kalori hanya dibutuhkan untuk mempertahankan keseimbangan energi. Obesitas dapat memperburuk kondisi lansia karena dapat memicu timbulnya berbagai penyakit seperti artritis, jantung dan pembuluh darah, hipertensi serta diabetes mellitus. Selain itu berat badan berlebih akan meningkatkan detak jantung dan tingkat insulin dalam darah. Meningkatnya insulin menyebabkan tubuh anda meningkat sodium dan air. Semakin besar massa tubuh, semakin banyak darah yang dibutuhkan untuk memasok oksigen dan nutrisi kepada jantung. Berarti volume darah yang diedarkan melalui pembuluh darah meningkat menciptakan kekuatan tambahan pada dinding arteri. (Rohaendi:2008)
c. Environment (Lingkungan)
Lingkungan adalah segala sesuatu yang berada disekitar manusia serta pengaruh-pengaruh luar yang mempengaruhi kehidupan dan perkembangan manusia. Lingkungan ini termasuk perilaku/pola gaya hidup misalnya gaya hidup kurang baik seperti gaya hidupnya penuh dengan tekanan (Stres), Gaya hidup yang tidak aktif (malas berolah raga), stres, alkohol atau garam dalam makanan, terdapatnya perbedaan keadaan geografis, dimana daerah Pantai lebih berisiko terjadinya penyakit hipertensi dibanding dengan daerah pegunungan.

2.3.3 Gejala Terjadinya Penyakit Hipertensi
Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala berikut: sakit kepala, jantung berdebar-debar, kelelahan, mual muntah, sesak nafas, sering buang air kecil terutama di malam hari, telinga berdenging, gelisah, pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata, jantung dan ginjal. (Muhaimin: 2008)
Gejala lain yang umumnya terjadi pada penderita hipertensi yaitu pusing, muka merah, sakit kepala, keluaran darah dari hidung secara tiba-tiba, tengkuk terasa pegal dan Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif, yang memerlukan penanganan segera. (Rohaendi :2008).
2.3.4 Klasifikasi
Klasifikasi Berdasarkan penyebab yaitu
a. Hipertensi primer atau esensial atau pula hipertensi idiopatik adalah hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya. Hipertensi jenis ini merupakan 90% kasus hipertensi yang banyak terjadi di masyarakat. Hipertensi ini merupakan proses kompleks dari beberapa organ utama dan sistem, meliputi jantung, pembuluh darah, saraf, hormon dan ginjal (Dian Ibnu:2008 )
b. Hipertensi sekunder adalah naiknya tekanan darah yang diakibatkan oleh suatu sebab. Hipertensi jenis ini terjadi pada 5% kasus yang terjadi di masyarakat. Selain itu ada beberapa jenis hipertensi dengan ciri khas khusus, Pregnancy Induced Hypertension adalah kondisi naiknya tekanan darah yang terjadi selama kehamilan, dimana naiknya tekanan darah sistolik dan diastolik lebih dari 15 mmHg. (Dian Ibnu:2008 )
c. Selain itu terdapat kondisi yang dinamakan White Coat Hypertension. Bentuk hipertensi ini adalah meningkatnya tekanan darah yang terjadi selama kunjungan ke dokter, namun tidak di rumah. Hipertensi ini merupakan faktor pada kira-kira 20% pasien dengan hipertensi ringan (Dian Ibnu:2008 )
Klasifikasi menurut JNC/ DETH sebagai berikut:
Tabel 2.2 Klasifikasi Tekanan Darah Usia >18 Tahun
Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Normal
Normal tinggi
Hipertensi:
Stadium 1
Stadium 2
Stadium 3
Stadium 4 <130
130-139

140-159
160-179
180-209
>210 <85
85-89

90-99
100-109
110-119
>120


WHO membagi hipertensi sebagai berikut:
Tabel 2.3. Klasifikasi Tekanan Darah Menurut WHO
Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Normal
Borderline
Hipertensi definitif
Hipertensi ringan 140
140-159
160
160-179 90
90-94
95
95-140
2.3.5 Komplikasi
Hipertensi merupakan faktor resiko utama untuk terjadinya penyakit jantung, gagal jantung kongesif, stroke, gangguan penglihatan dan penyakit ginjal. Tekanan darah yang tinggi umumnya meningkatkan resiko terjadinya komplikasi tersebut. Hipertensi yang tidak diobati akan mempengaruhi semua sistem organ dan akhirnya memperpendek harapan hidup sebesar 10-20 tahun. Mortalitas pada pasien hipertensi lebih cepat apabila penyakitnya tidak terkontrol dan telah menimbulkan komplikasi ke beberapa organ vital. Sebab kematian yang sering terjadi adalah penyakit jantung dengan atau tanpa disertai stroke dan gagal ginjal
Tabel. 2.4 Komplikasi Hipertensi.
NO SISTEM ORGAN KOMPLIKASI
1. Jantung a) Infark miokard
b) Angina pectoris
c) Gagal jantung kongestif
2. System saraf pusat a) Stroke
b) Ensefalopati hipertensi
3. Ginjal Gagal ginjal kronis
4. Mata Retinopati hipertensif
5. Pembuluh darah perifer Penyakit pembuluh darah perifer

Komplikasi yang terjadi pada hipertensi ringan dan sedang mengenai mata, ginjal, jantung dan otak. Pada mata berupa perdarahan retina, gangguan penglihatan sampai dengan kebutaan. Gagal jantung merupakan kelainan yang sering ditemukan pada hipertensi berat selain kelainan koroner dan miokard. Pada otak sering terjadi perdarahan yang disebabkan oleh pecahnya mikroaneurisma yang dapat mengakibakan kematian.
2.3.6 Pemeriksaan Penunjang
Perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium pada pasien hipertensi dengan tujuan sebagai berikut :
1. Untuk mencari kemungkinan penyebab Hipertensi sekunder
2. Untuk menilai apakah ada penyulit dan kerusakan organ target
3. Untuk memperkirakan prognosis
4. Untuk menentukan adanya faktor-faktor lain yang mempertinggi risiko penyakit jantung koroner dan stroke.
Tes laboratorium meliputi:.
a. Hb/Ht: untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan factor resiko seperti : hipokoagulabilitas, anemia.
b. BUN / kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi / fungsi ginjal.
c. Glucosa : Hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin.
d. Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan ada DM.
e. CT Scan : Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati
f. EKG : Dapat menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
g. foto dada : Menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup, pembesaran jantung.
2.3.7 Pencegahan Hipertensi
a. Mengurangi konsumsi garam
Pembatasan konsumsi garam sangat dianjurkan, maksimal dua garam gram garam dapur untuk diet setiap hari.
1. Diet rendah garam I (200 mg – 400 mg Na).
Dalam pemasukan tidak ditambahkan garam dapur. Bahkan makanan tinggi natrium dihindarkan kepada penderita dengan oedema, ansietas dan hipertensi berat.
2. Diet rendah garam II 9600 mg – 800 mg Na).
Pemberian makan sehari sama dengan diet rendah garam I. dalam pemasukan dibolehkan menggunakan 0,25 sendok the garam dapur (satu gram), bahan makanan tinggi natrium dihindarkan. Makanan ini diberikan dengan penderita oedema, asietas dan hipertensi tidak terlalu berat.
3. Diet rendah garam III (1.000 mg – 1.200 mg Na).
Pemberian makan sehari sama dengan diet garam I. dalam pemasakkan dibolehkan menggunakan 0,25 sendok the (2 gram) garam dapur. Makanan ini diberikan kepada penderita oedema dan hiopertensi ringan.
b. Menghindari kegemukan
Hindarkan kegemukan dengan menjaga berat badan normal tidak berlebihan. Batasan kegemukan jika berat jika berat badan lebih dari 10 % dari berat badan normal.

Rumus Bloca : BB Normal = TB – 100
BB Ideal = (TB – 100) – 10%(TB – 100)
Keterangan:
BB = berat badan (kg)
TB = Tinggi badan (cm)
c. Membatasi konsumsi lemak
Membatasi konsumsi lemak dilakukan agar kolesterol darah tidak terlalu tinggi. Kadar kolesterol darah yang tinggi dapat mengakibatkan endapan kolesterol dalam dinding pembuluh nadi dan mengganggu peredaran darah dan akan memperberat kerja jantung. kadar kolesterol dalam darah dibatasi maksimal 200 mg – 250 mg per 100 cc serum darah.
d. Olah raga teratur.
e. Makan banyak buah dan sayuran segar.
f. Tidak merokok dan minum alcohol
g. Latihan relaksasi atau meditasi
h. Berusaha membina hidup positif
2.3.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Bergantung pada derajat hipertensi dan adanya faktor resiko lain terhadap kardiovaskular, ginjal dan penyakit neurologik.

a. Non Farmakologis
Modifikasi pola hidup ; penurunan berat badan untuk mencapai berat badan ideal, latihan fisik / olahraga 20 menit sehari, mengatur status gizi / asupan natrium ≤3g/hari , tidak merokok atau minum alkohol, serta meningkatkan konsumsi buah dan sayur
1) Menurunkan berat badan bila status gizi berlebih
Peningkatan berat badan di usia dewasa sangat berpengaruh terhadap Tekanan darahnya. Oleh karena itu, manajemen berat badan sangat penting dalam prevensi dan kontrol hipertensi.
2) Meningkatkan aktifitas fisik
Orang yang aktivitasnya rendah berisiko terkena hipertensi 30-50% dari pada yang aktif. Oleh karena itu, aktivitas fisik antara 30-45 menit sebanyak >3x/hari penting sebagai pencegahan primer dari hipertensi.
3) Mengatur Status Gizi
Dalam mengatur menu makanan sangat dianjurkan bagi penderita hipertensi untuk menghindari dan membatasi makanan yang dapat meningkatkan kadar kolesterol darah serta meningkatkan tekanan darah, sehingga penderita tidak mengalami stroke atau infark jantung.Makanan yang harus dihindari atau dibatasi adalah:
(a) Makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi (otak, ginjal, paru, minyak kelapa, gajih).
(b) Makanan yang diolah dengan menggunakan garam natrium (Makanan yang diawetkan seperti dendeng, asinan sayur/buah, abon, ikan asin, pindang, udang kering, telur asin, biscuit, craker, keripik dan makanan kering yang asin).
(c) Susu full cream, mentega, margarine, keju mayonnaise, serta sumber protein hewani yang tinggi kolesterol seperti daging merah (sapi/kambing), kuning telur, kulit ayam).
(d) Bumbu-bumbu seperti kecap, maggi, terasi, saus tomat, saus sambal, tauco serta bumbu penyedap lain yang pada umumnya mengandung garam natrium.
(e) Makanan yang mengandung alkohol seperti durian, tape.serta Kafein yang dapat memacu jantung bekerja lebih cepat, sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya. Sementara konsumsi alkohol lebih dari 2-3 gelas/hari dapat meningkatkan risiko hipertensi.
(f) Zat gizi yang diperlukan pada penderita hipertensi adalah karbohidrat, protein dan lemak yang disebut sebagai zat gizi makro serta vitamin dan mineral yang disebut dengan zat gizi mikro. Selain itu, untuk memperlancar proses metabolisme dalam tubuh diperlukan air dan serat.
(g) Meningkatkan komsumsi buah, Sayur dan Serealia. berfungsi untuk membantu menyerap lemak dan kandungan seratnya membantu dalam poses pencernaan makanan.
b. Farmakologis
Prinsip pemberian obat pada pasien lanjut usia :
1. Sebaiknya dimulai dengan satu macam obat dengan dosis kecil
2. Penurunan tekanan darah sebaiknya secara perlahan, untuk penyesuaian autoregulasi guna mempertahankan perfusi ke organ vital.
3. Regimen obat harus sederhana dan dosis sebaiknya sekali sehari
4. Antisipasi efek samping obat
5. Pemantauan tekanan darah sendiri di rumah untuk evaluasi efektifitas pengobatan (Rohaendi:2008)
Pilihan obat : pilihan obat amat banyak dan bervariasi, berikut ini adalah anjuran : Hipertensi tanpa komplikasi ; diuretik atau peyekat β+diabetes melitus ACEI +PJK ; Penyekat β +gagal jantung : ACEI, diuretic. Penyebab sekunder Renovasikular; angioplasti ± stenting, bedah Parenkim ginjal ; pembatasan garam dan cairan, ± diuretic Etiologi endokrin – gangguan adrenal
Terapi farmakologis atau obat antihipertensi yang dianjurkan oleh JNC VII yaitu diuretika, terutama jenis thiazide (Thiaz) atau aldosteron antagonis, beta blocker, calcium chanel blocker atau calcium antagonist, Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACEI), Angiotensin II Receptor Blocker atau AT 1 receptor antagonist/ blocker (ARB).

PERILAKU

2.2.1 Pengertian Perilaku
Perilaku adalah merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan. Jadi perilaku manusia pada hakikatnya adalah suatu aktivitas dari pada manusia itu sendiri. Skinner (1938) seorang ahli perilaku mengemukakan bahwa perilaku merupakan hasil hubungan antara perangsang (stimulus) dan respon (Soekidjo N, 2003:118). Robert Kwick (1974) menyatakan bahwa perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari. Perilaku tidak sama denan sikap (Soekidjo N, 2003:123).
Perilaku manusia merupakan hasil dari pada segala macam pengalaman secara interaktif manusia dengan lingkungannya yan terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap, dan tindakan (Wiknjosastro, 2005:1)
Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan , makanan serta lingkungan (Notoatmodjo, 2003:6)
Teori perilaku ini cukup banyak macamnya. Margono S (1998) mengemukakan bahwa perilaku terdiri dari tiga domain yang meliputi : 1) Domain perilaku pengetahuan (knowing behavior), 2) Domain perilaku sikap (feeling behavior), 3) Domain perilaku keterampilan (doing behavior).
Apabila pengertian perilaku ini lebih disederhanakan maka perilaku dapat dibagi menjadi 2 unsur yang saling berhubungan satu sama lain yaitu kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional. Proses perubahan perilaku atau penerimaan ide baru adalah hasil dari suatu proses yang kompleks yang biasanya memerlukan waktu yang lama.
Proses kejiwaan yang dialami individu sejak pertama kali memperoleh individu atau pengetahuan mengenai sesuatu hal yang baru sampai pada saat ia memutuskan menerima atau menolak ide baru melalui empat tahap yaitu :
1) Pengetahuan, dalam hal ini subyek mulai mengenal ide baru serta belajar memahaminya.
2) Persuasi, dimana individu membentuk sikap positif atau negatif terhadap ide baru tersebut.
3) Mengambil keputusan, dimana individu aktif dalam menentukan keputusan untuk menerima atau menolak ide baru tersebut.
4) Konfirmasi, dimana individu mencari dukungan dari orang lain di sekitarnya terhadap keputusan yang telah dibuatnya (Notoatmodjo S., 2003).

2.2.2 Bentuk Perilaku
Menurut Soekidjo N (2003:120) perilaku dapat diartikan suatu respon organisme atau seseorang terhadap rangsangan (stimulus) dari luar subjek tersebut. Respon ini terbentuk dua macam, yakni :
1) Bentuk Pasif : Respon internal, yaitu yang terjadi didalam diri manusia dan tidak secara langsung dapat terlihat oleh orang lain, misalnya berfikir, tanggapan atau sikap batin dan pengetahuan.
2) Bentuk Aktif : Apabila perilaku itu jelas dapat diobservasi secara langsung.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan dan sikap merupakan respon seseorang terhadap stimulus atau rangsangan yang masih bersifat terselubung dan disebut “covert behavior”. Sedangkan tindakan nyata seseorang sebagai respon seseorang terhadap stimulus (practice) merupakan “overt behavior”.
2.2.3 Prosedur Pembentukan Perilaku
Untuk membentuk jenis respons dan perilaku, diperlukan adanya suatu kondisi tertentu, yang disebut Operant Conditioning. Prosedur pembentukan perilaku dalam Operant Conditioning ini menurut Skinner adalah sebagai berikut :
1) Melakukan identifikasi tentang hal-hal yang merupakan penguat atau reinforcer berupa hadiah-hadiah atau rewards bagi perilaku yang dibentuk.
2) Melakukan analisa untuk mengidentifikasi komponen-kompenen kecil yang membentuk perilaku yang dikehendaki.
3) Menggunakan komponen-komponen tersebut secara urut sebagai tujuan-tujuan sementara.
4) Melakukan pembentukan perilaku dengan menggunakan urutan komponen yang telah tersusun itu.

2.2.4 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Terbentuknya Perilaku
Lawrence Green dalam Notoatmodjo S (2003:144) mencoba menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yakni faktor perilaku (behaviour causes) dan faktor di luar perilaku (non-behaviour causes). Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor yaitu:
1) Faktor-faktor predisposisi, yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.
2) Faktor-faktor pendukung, yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat kontrasepsi, jamban dan sebagainya,
3) Faktor-faktor pendorong, yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas yang lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.

2.2.5 Perilaku Kesehatan
Disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi dan sebagainya dari orang atau masyarakat yang bersangkutan. Di samping itu, ketersediaan fasilitas, sikap dan perilaku para petugas kesehatan terhadap kesehatan juga akan mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku. Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau obyek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Setelah seseorang mengetahui stimulus atau obyek kesehatan, kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan atau mempraktekkan apa yang diketahuinya atau disikapinya. Hal inilah yang disebut praktik kesehatan atau dapat juga dikatakan perilaku kesehatan. Glanz K et al. (1997) mengajukan klasifikasi perilaku yang berhubungan dengan kesehatan, antara lain:
1) Perilaku kesehatan (health behaviour), yakni hal-hal yang berhubungan dengan tindakan atau kegiatan yang dilakukan seseorang untuk memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Dalam hal ini termasuk juga tindakan untuk mencegah penyakit dan kebersihan perorangan.
2) Perilaku sakit (illness behaviour) yaitu segala tindakan atau kegiatan yang dilakukan individu yang merasa dirinya sakit untuk merasakan dan mengenal keadaan kesehatannya atau merasa dan mengenal rasa sakit yang ada pada dirinya. Termasuk di sini juga kemampuan atau pengetahuan individu tersebut untuk mengidentifikasi penyakitnya, penyebab penyakit serta usaha-usaha pencegahan penyakit. Dalam hal ini faktor pengetahuan tentang penyakit DBD yang meliputi pengetahuan tentang gejala, penyebab penyakit, pengobatan dan perawatan penderita. Selain itu juga termasuk faktor praktik masyarakat mengenai gerakan pemberantasan sarang nyamuk dan tindakan pencegahan penyakit DBD.

HUBUNGAN ANTARA PEMBERIAN MENTIMUN PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG
Menurut Undang-undang No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia, menetapkan bahwa batasan umur lanjut usia di Indonesia adalah 60 tahun ke atas. Secara fisik dan mental mereka sudah mengalami penurunan, kulit menjadi kendor dan keriput, pengelihatan menjadi kabur, tulang-tulang menjadi keropos dan bongkok, ingatan menjadi berkurang dan lain sebagainya. Orang bilang mereka mulai menjadi anak-anak kembali.
Kemunduran fisik dan fisiologis pada lansia juga berdampak terhadap daya tahan tubuh dan kesehatan lansia, mereka menjadi mudah terserang penyakit, nyeri dipersendian dan tulang, diabetes mellitus, katarak dan hipertensi.
Berhubungan dengan hipertensi, berdasarkan hasil survey demografi yang dilakukan oleh National Health and Nutrition Examination Survey (NHNES), diketahui bahwa insiden hipertensi pada lansia (umur ≥ 60 tahun) prevalensi sebesar 65.4 %. Dari Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995 menunjukkan bahwa prevalensi sebesar 8,3% atau 8,3 per 100 penduduk menderita hipertensi, dan hipertensi menempati urutan pertama prevalensi berbagai penyakit degeneratif di Indonesia (Depkes, 1999). Dalam suatu penelitian didapatkan angka prevalensi 6% dari pria dan 11% pada wanita (http//:www.rohaendiblogspot.com :2008). Sementara itu berdasarkan survy awal di 5 wisma di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pasuruan, diketahui bahwa jumlah lansia yang menderia hipertensi adalah sebayak 10 orang.
Hipertensi bila tidak diobati dengan baik dapat mengganggu kehidupan lansia. Apabila tidak segera ditangani maka penyakit dapat menimbulkan komplikasi atau kerusakan pada berbagai organ tubuh, seperti gagal jantung, stroke, ginjal, bahkan kematian.
Berhubungan dengan hal tersebut maka diperlukan perawatan hipertensi yang segera, dan karena secara fisik lansia sudah mengalami penurunan (ginjal, jantung dan hati) maka perawatan yang terbaik dan murah untuk mengurangi gejala hipertensi lansia adalah dengan menggunakan obat-obatan tradisonal, yaitu herbal.
Obat tradisional hipertensi yang sudah terkenal di masyarakat adalah mentimun atau (Cucumis Sativus). “Mentimun dapat menurunkan hipertensi karena kandungan mineralnya yaitu potassium, magnesium, dan pospor. Selain itu mentimun bersifat diuretic karena kandungan airnya yang tinggi sehingga membantu menurunkan tekanan darah” Meilinasari, SKM, MKes dari Politeknik Kesehatan Jakarta (Genie:2009).
Namun sayangnya mentimun kurang mendapatkan perhatian yang serius dari para peneliti (Suharso Rahman:2007). Berhubungan dengan hal tersebut diatas, maka kami dikesempatan yang berbahagia ini mencoba untuk meneliti pengaruh mentimun terhadap hipertensi.

1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka peneliti merumuskan masalahnya apakah ada Pengaruh Pemberian Mentimun Terhadap Penurunan Tekanan Darah Tinggi Pada Lansia Di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pasuruan

1.3 TUJUAN PENELITAN
Menganalisa Pengaruh Pemberian Mentimun Terhadap Penurunan Tekanan Darah Tinggi Pada Lansia Di Upt Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pasuruan

1.4 MANFAAT PENELITIAN
1.4.1 Bagi Lansia
Dapat dimanfaatkan sebagai bahanan pengobatan hipertensi yang alamiah, murah, aman dan mudah didapat.
1.4.2 Bagi Petugas UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pasuruan
Dapat menambah wawasan dan bahan masukan dalam menurunkan tekanan darah pasien hipertensi di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pasuruan

1.4.3 UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pasuruan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan dan pertimbangan dalam membuat kebijakan-kebijakan perawatan klien hipertensi di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pasuruan
1.4.4 Bagi profesi keperawatan
Diharapkan penelitian ini dapat memberikan masukan bagi profesi keperawatan dalam mengembangkan keperawatan lansia dengan Hipertensi.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Mentimun
2.1.1 Pengertian
Timun atau mentimun adalah tanaman merambat yang mempunyai sulur dahan berbentuk spiral. Biasanya ditanam di sawah dan di ladang-ladang sebagai tanaman untuk sayur ataupun rujak. Daunnya bertangkai panjang, bentuknya lebar bertaju dengan pangkal berbentuk jantung, ujung runcing, tepi bergerigi. Batangnya berbulu halus-halus. Bunganya berwarna kuning. Buahnya berbentuk bulat panjang, tumbuh bergantung, berwarna hijau keputihan sepanjang 10-20 cm, berbiji banyak dan mengandung air (Suharso Rahman:2007).
Timun atau mentimun (Cucumis Sativus) adalah tanaman merambat yang mempunyai sulur dahan berbentuk spiral. Daunnya bertangkai panjang, bentuknya lebar bertaju dengan pangkal berbentuk jantung, ujungnya runcing dan tepi bergerigi. Batangnya berbulu halus, bunganya yang jantan berwarna putih kekuningan dan yang betina berbentuk seperti terompet, buahnya bulat panjang, tumbuh bergantung, warnanya hijau berlilin putih dan setelah tua warnanya kuning kotor. Panjang buahnya kira-kira 10-30 cm, pangkalnya berbuntil dan banyak mengandung air. Bijinya banyak, bentuknya lonjong meruncing pipih dan warnanya putih kotor (Genie:2009). Timun ada beberapa jenis, antara lain watang, turus, suri, dan krai (Suharso Rahman:2007).

2.1.2 Kandungan Mentimun
Kandungan zat gizi yang terdapat pada mentimun per 100 gram berat badan adalah (Genie:2009)
1) Kalori 12
2) Protein 0.7 gr
3) Lemak 0.1 gr
4) Karbohidrat 2.7 gr
5) Kalsium 10 mg
6) Fospor 21 mg
7) Besi 0.3 mg
8) Vitamin A 0 RE
9) Vitamin C 8.0 mg
10) Vitamin B1 0.3 mg
Mentimun yang memiliki nama ilmiah Cucumis sativus, mengandung 0,65 persen protein, 0.1 persen lemak dan 2,2 persen karbohidrat. Buah tanaman merambat ini juga mengandung kalsium, zat besi, magnesium, fosforus, vitamin A, vitamin B1, vitamin B2 dan vitamin C. Biji timun sendiri mengandung racun alkoloid jenis hipoxanti, yang berfungsi untuk mengobati cacingan (http://obattradisional.blogdetik.com).

2.1.3 Mentimun
Mentimun berhasiat untuk (http://obattradisional.blogdetik.com) :
1) Umum
a. Diare pada anak
b. Hipertensi
c. Jerawat, menghaluskan kulit wajah, menghilangkan nida hitam
d. Mencegah penyakit ginjal
e. Disentrie
f. Demam
g. Tifus
h. Radang ginjal
2) Penggunaan Luar
a. Jerawat
b. Flek hitam bekas jerawat
c. Sakit tenggorokan
d. Diminum atau dikonsumsi
e. Tekanan darah tinggi
f. Sariawan
g. Membersihkan ginjal
h. Demam
i. Haid tidak teratur
j. Sebagai penyegar mulut

Cara Kerja Mentimun Dalam Menurunkan Tekanan Darah
Mentimun dapat menurunkan hipertensi karena kandungan mineralnya yaitu potassium, magnesium, dan pospor. Selain itu mentimun bersifat diuretic karena kandungan airnya yang tinggi sehingga membantu menurunkan tekanan darah” Meilinasari, SKM, MKes dari Politeknik Kesehatan Jakarta (Genie:2009).
2.1.4 Dosis dan Cara Pengolahan Mentimun untuk Hipertensi
1) Mentimun dicuci, parut, peras. Minum airnya 2-3 kali sehari.
2) 150 gram mentimun direbus, saring, airnya diminum. Lakukan setiap hari secara teratur.

2.2 Konsep Hipertensi
2.2.1 Pengertian
Hipertensi didefenisikan oleh Joint National Committee On Detection, Evaluation And Treatment Of High Blood Pressure (JNC) sebagai peningkatan tekanan yang lebih tinggi dari 140/90mmHg dan diklasifikasikan sesuai derajat keparahanya, mempunyai rentang dari tekanan darah (TD) normal, tinggi, sampai hipertensi malignan (Doenges: 1999).
2.2.2 Epidemiologi.
Hipertensi esensial mulai terjadi seiring bertambahnya umur. Pada umumnya, pria lebih banyak yang menderita penyakit ini dari pada wanita (39% pria dan 31% wanita). Prevalensi hipertensi primer pada wanita sebesar 22%-39% yang dimulai dari umur 50 sampai lebih dari 80 tahun, sedangkan pada wanita berumur kurang dari 85 tahun prevalensinya sebesar 22% dan meningkat sampai 52% pada wanita berumur lebih dari 85 tahun. Dari 25% pria dan 18% wanita penderita hipertensi, tidak menyadari bahwa mereka mengidap hipertensi. Bagi mereka yang menyadari, 82%nya menjalani pengobatan terhadap penyakitnya. Sedangkan dari semua penderita hipertensi, hanya 46% yang mempunyai hipertensi terkontrol. Untuk kedua jenis kelamin, perbandingan hipertensi terkontrol menurun seiring bertambahnya umur, sedangkan perbandingan hipertensi yang tidak terkontrol yang menjalani pengobatan bertambah seiring bertambahnya umur. Untuk pria, perbandingan penderita yang sadar menderita hipertensi (diobati atau tidak diobati) juga menurun seiring bertambahnya umur (http://www.nursingbrainriza.blogspot.com: 2008).
2.2.3 Faktor Resiko
Segitiga epidemiologi ( The Epidemiologic Triangle)



Menurut model ini, apabila ada perubahan dari salah satu faktor , maka akan terjadi perubahan keseimbangan diantara mereka , yang berakibat akan bertambah atau berkurangnya penyakit yang bersangkutan.
a. Host (Penjamu)
Faktor-faktor yang dapat menimbulkan penyakit hipertensi pada penjamu:
1. Daya tahan tubuh terhadap penyakit.
Daya tubuh seseorang sangat dipengaruhi oleh kecukupan gizi, aktifitas, dan istirahat. Dalam hidup modern yang penuh kesibukan juga membuat orang kurang berolagraga dan berusaha mengatasi stresnya dengan merokok , minum alkohol, atau kopi sehingga daya tahan tubuh menjadi menurun dan memiliki resiko terjadinya penyakit hipertensi.
2. Genetik
Riwayat keluarga yang menunjukkan adanya tekanan darah yang meninggi merupakan faktor risiko yang paling kuat bagi seseorang untuk mengidap hipertensi dimasa yang akan datang. Tekanan darah kerabat dewasa tingkat pertama (orang tua saudara kandung) yang dikoreksi terhadap umur dan jenis kelamin tampak ada pada semua tingkat tekanan darah. Jika salah satu orang tua menderita tekanan darah tinggi atau pernah mendapat stroke sebelum usia 70 tahun. Risiko ini meningkat menjadi 3 : 5 jika kedua orang tua mengalaminya. Peran faktor genetik terhadap hipertensi primer dibuktikan dengan berbagai faktor yang dijumpai. Adanya bukti bahwa kejadian hipertensi lebih banyak dijumpai pada Klien kembar monozigot dari pada heterozigot. Jika salah satu diantaranya menderita hipertensi. Menyokong pendapat bahwa genetik mempunyai pengaruh terhadap timbulnya hipertensi. Keluarga yang mempunyai riwayat hipertensi, mempunyai kecenderungan yang besar bagi keturunannya menderita hipertensi (http://www.rohaendi blogspot.com:2008).
3. Umur
Insiden hipertensi makin meningkat dengan meningkatnya usia. Ini sering disebabkan oleh perubahan alamiah di dalam tubuh yang mempengaruhi jantung, pembuluh darah dan hormon. Hipertensi pada yang berusia kurang dari 35 tahun akan menaikkan insiden penyakit arteri koroner dan kematian prematur. Penyakit hipertensi akan meningkat sejalan bertambahnya usia, dari 5% pada usia 20 menjadi 45% pada usia 70 tahun. Diperkirakan 2/3 dari Klien hipertensi yang berumur lebih dari 60 tahun akan mengalami payah jantung kongestif, infark miokard, stroke diseksi aorta dalam lima tahun bila hipertensinya tidak diobati. Satu dari lima pria berusia diantara 35-40 tahun memiliki tekanan darah yang tinggi. Angka prevalensi tersebut menjadi dua kali lipat pada usia antara 45-54 tahun. Sebagian dari mereka yang berusia 55—64 tahun mengidap penyakit ini. Pada usia 65-74 tahun prevalensinya menjadi lebih tinggi lagi sekitar 60% menderita hipertensi (http://www. rohaendiblogspot.com:2008).
4. Jenis Kelamin
Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995 menunjukkan prevalensi penyakit hipertensi atau tekanan darah tinggi di Indonesia cukup tinggi, yaitu 83 per 1.000 anggota rumah tangga. Pada umumnya lebih banyak pria menderita hipertensi dibandingkan dengan perempuan. Wanita > Pria pada usia > 50 tahun, sedangkan Pria > wanita pada usia < 50 tahun. Ini terjadi karena wanita terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum menopause.Wanita yang belum mengalami menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses aterosklerosis. Efek perlindungan estrogen dianggap sebagai penjelasan adanya imunitas wanita pada usia premenopause. Pada premenopause wanita mulai kehilangan sedikit demi sedikit hormon estrogen yang selama ini melindungi pembuluh darah dari kerusakan. Proses ini terus berlanjut dimana hormon estrogen tersebut berubah kuantitasnya sesuai dengan umur wanita secara alami, yang umumnya mulai terjadi pada wanita umur 45-55 tahun.
5. Adat Kebiasaan
Kebiasaan- kebiasaan buruk seseorang merupakan ancaman kesehatan bagi orang tersebut seperti:
a) Gaya hidup modern yang mengagungkan sukses, kerja keras dalam situasi penuh tekanan, dan stres terjadi yang berkepanjangan adalah hal yang paling umum serta membuat orang kurang berolah raga , dan berusaha mengatasi stresnya dengan merokok, minum alkohol atau kopi , padahal semuanya termasuk dalam daftar penyebab yang meningkatkan resiko hipertensi.
b) Indra perasa kita sejak kanak-kanak telah dibiasakan untuk memiliki ambang batas yang tinggi terhadap rasa asin, sehingga sulit untuk dapat menerima makanan yang agak tawar. Konsumsi garam ini sulit dikontrol, terutama jika kita terbiasa mengonsumsi makanan di luar rumah (warung, restoran, hotel, dan lain-lain).
c) Pola makan yang salah, faktor makanan modern sebagai penyumbang utama terjadinya hipertensi. Makanan yang diawetkan dan garam dapur serta bumbu penyedap dalam jumlah tinggi, dapat meningkatkan tekanan darah karena mengandung natrium dalam jumlah yang berlebih.
6. Pekerjaan
Stress pada pekerjaan cenderung menyebabkan terjadinya hipertensi berat karena Stres yang terlalu besar dapat memicu terjadinya berbagai penyakit misalnya sakit kepala,sulit tidur, tukak lambung, hipertensi, penyakit jantung, dan stroke.
7. Ras/ Suku
Ras/Suku : Di USA, Hipertensi lebih banyak terjadi pada orang berkulit hitam dari pada yang berkulit putih. Sampai saat ini, belum diketahui secara pasti penyebabnya. Namun pada orang kulit hitam ditemukan kadar renin yang lebih rendah dan sensitifitas terhadap vasopressin lebih besar. Di Indonesia penyakit hipertensi terjadi secara bervariasi.
b. Agent (Penyebab Penyakit)
Agent adalah suatu substansi tertentu yang keberadaannya atau ketidakberadaannya dapat menimbulkan penyakit atau mempengaruhi perjalanan suatu penyakit. Untuk penyakit hipertensi yang menjadi agen adalah :
1. Faktor Nutrisi
Konsumsi natrium dan garam dapur (mengandung iodium) yang berlebih, Minuman berkafein dan beralkohol, Makanan cepat saji yang kaya daging juga merupakan salah satu penyebab obesitas (berat badan berlebih ). semua itu dapat meningkatkan volume darah sehingga berdampak timbulnya hipertensi.
2. Faktor Kimia
Mengkonsumsi obat-obatan seperti kokain, Pil KB Kortikosteroid, Siklosporin, Eritropoietin, Penyalahgunaan alkohol, Kayu manis (dalam jumlah sangat besar).
3. Faktor Biologi
a) Tekanan darah tinggi berhubungan dengan resistensi insulin dan/ atau peningkatan kadar insulin (hiperinsulinemia). Keduanya tekanan darah tinggi dan resistensi insulin merupakan karakteristik dari sindroma metabolik , kelompok abnormalitas yang terdiri dari obesitas, peningkatan trigliserid, dan HDL rendah (kolesterol baik) dan terganggunya keseimbangan hormon yang merupakan faktor pengatur tekanan darah.
b) Walaupun sepertinya hipertensi merupakan penyakit keturunan, namun hubungannya tidak sederhana. Hipertensi merupakan hasil dari interaksi gen yang beragam, sehingga tidak ada tes genetik yang dapat mengidentifikasi orang yang berisiko untuk terjadi hipertensi secara konsisten.
4. Faktor Fisik
a) Tekanan darah juga dipengaruhi oleh aktivitas fisik, dimana akan lebih tinggi pada saat melakukan aktivitas dan lebih rendah ketika beristirahat.
b) Gaya hidup yang tidak aktif (malas berolah raga) bisa memicu terjadinya hipertensi pada orang-orang memiliki kepekaan yang diturunkan
c) Berat badan berlebih /Obesitas.
Obesitas adalah ketidak seimbangan antara konsumsi kalori dengan kebutuhan energi yang disimpan dalam bentuk lemak (jaringan sub kutan tirai usus, organ vital jantung, paru dan hati) yang menyebabkan jaringan lemak in aktif sehingga beban kerja jantung meningkat. Obesitas juga didefinisikan sebagai kelebihan berat badan sebesar 20% atau lebih dari berat badan ideal. Prevalensi obesitas menunjukan peningkatan sesuai dengan pertambahan usia pada umumnya berat badan laki-laki mencapai puncaknya pada usia 35-65 tahun dan pada wanita antara 55-65 tahun. Selanjutnya berat badan akan menurun baik pada laki-laki maupun perempuan. Semakin besar massa tubuh, semakin banyak darah yang dibutuhkan untuk memasok oksigen dan nutrisi kepada jantung. Berarti volume darah yang diedarkan melalui pembuluh darah meningkat menciptakan kekuatan tahanan pada dinding arteri. Pada penyelidikan dibuktikan bahwa curah jantung dan volume darah sirkulasi Klien obesitas dengan hipertensi lebih tinggi dibandingkan dengan penderita yang mempunyai berat badan normal dengan tekanan darah yang setara. Pada obesitas tahanan perifer berkurabf atau normal, sedangkan aktivitas saraf simpatis meningkat dengan aktivitas renin plasma yang rendah (http://www.rohaendi blogspot.com :2008)
a. Environment (Lingkungan)
Lingkungan adalah segala sesuatu yang berada disekitar manusia serta pengaruh-pengaruh luar yang mempengaruhi kehidupan dan perkembangan manusia. Lingkungan ini termasuk perilaku/pola gaya hidup misalnya gaya hidup kurang baik seperti gaya hidupnya penuh dengan tekanan (Stres), gaya hidup yang tidak aktif (malas berolah raga), stres, alkohol atau garam dalam makanan, terdapatnya perbedaan keadaan geografis, dimana daerah pantai lebih berisiko terjadinya penyakit hipertensi dibanding dengan daerah pegunungan.
2.2.4 Gejala Terjadinya Penyakit Hipertensi
Pada pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti perdarahan, eksudat (kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat, edema pupil (edema pada diskus optikus) (http://rohaendiblogspot.com:2008). Crowin (2000:359) menyebutkan bahwa sebagian besar gejala klinis timbul setelah mengalami hipertensi bertahun-tahun berupa :
a. Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat peningkatan tekanan darah intrakranial,
b. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi,
c. Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat
d. Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus
e. Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler
2.2.5 Klasifikasi
Klasifikasi Hipertensi Berdasarkan Joint National Committe on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure
a. Normal Sistolik Kurang dari 130mmHg, Diastolik Kurang dari 85 mmHg
b. Normal tinggi tekanan sistolik 130-139mmHg, diastolik 85-89 mmHg
c. Hipertensi tahap I (ringan) : Sistolik 140 – 159 mmHg, Diastolik 90 –99 mmHg
d. Hipertensi tahap II (sedang) : Sistolik 160-179 mmHg, Diastolik 100-109 mmHg
e. Hipertensi tahap III (berat) : Sistolik ≥ 180 mmHg,Diastolik ≥ 110 mmHg

Klasifikasi hipertensi menurut WHO berdasarkan tekanan diastolik, yaitu:
a. Hipertensi derajat I, yaitu jika tekanan diastoliknya 95-109 mmHg
b. Hipertensi derajat II, yaitu jika tekanan diastoliknya 110-119 mmHg
c. Hipertensi derajat III, yaitu jika tekanan diastoliknya lebih dari 120 mmHg

Klasifikasi berdasarkan penyebab yaitu :
a. Hipertensi primer atau esensial atau pula hipertensi idiopatik adalah hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya. Hipertensi jenis ini merupakan 90% kasus hipertensi yang banyak terjadi di masyarakat (http//Diyoyen blogspot.com.2008).
b. Hipertensi sekunder adalah naiknya tekanan darah yang diakibatkan oleh suatu sebab tertentu. Hipertensi jenis ini terjadi pada 5% kasus yang terjadi di masyarakat. Selain itu ada beberapa jenis hipertensi dengan ciri khas khusus. Isolated Systolic Hypertension adalah hipertensi yang terjadi ketika tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg namun tekanan diastolik dalam batas normal. Keadaan ini berhubungan dengan arteriosclerosis (pengerasan dinding arteri). Pregnancy Induced Hypertension adalah kondisi naiknya tekanan darah yang terjadi selama kehamilan, dimana naiknya tekanan darah sistolik dan diastolik lebih dari 15 mmHg (http//Diyoyen blogspot.com.2008 ).

Klasifikasi Berdasarkan bentuk hipertensi yaitu :
a. Hipertensi diastolik (diastolic hypertension). Peningkatan tekanan diastolik tanpa diikuti peningkatan tekanan sistolik. Biasanya ditemukan pada anak-anak dan dewasa muda.
b. Hipertensi campuran (sistol dan diastol yang meninggi)
c. Peningkatan tekanan darah pada sistol dan diastol.
d. Hipertensi sistolik (isolated systolic hypertension)
e. Peningkatan tekanan sistolik tanpa diikuti peningkatan tekanan diastolik, Umumnya ditemukan pada usia lanjut(www.rohaendi. blogspot.com. 2008)
2.2.6 Kategori hipertensi
JNC/ DETH membuat klasifikasi sebagai berikut:

Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah Usia >18 Tahun
Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Normal
Normal tinggi
Hipertensi:
Stadium 1
Stadium 2
Stadium 3 <130
130-139
140-159
160-179
180-209
>210 <85
85-89
90-99
100-109
110-119
>120

WHO membagi hipertensi sebagai berikut:

Tabel 2.2 Klasifikasi Tekanan Darah Menurut WHO
Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Normal
Borderline
Hipertensi definitif
Hipertensi ringan 140
140-159
160
160-179 90
90-94
95
95-140

2.2.7 Patogenesis Hipertensi
Hipertensi merupakan penyakit dengan penyebab yang multifaktor. diantaranya ;
a. Asupan garam berlebih dapat menyebabkan peningkatan volume cairan. Sedangkan peningkatan volume cairan menyebabkan peningkatan preload yang berakibat tekanan darah meningkat.
b. Jumlah nefron yang berkurang dapat menyebabkan retensi natrium ginjal dan penurunan permukaan filtrasi. Apabila terjadi retensi urin pada ginjal volume cairan akan meningkat sehingga terjadi peningkatan tekanan darah.
c. Stres akan berakibat pada penurunan permukaan filtrasi, aktivitas saraf simpatis yang berlebih serta produksi berlebih renin agiotensin. Aktivitas saraf simpatis yang berlebih mengakibatkan peningkatan kontraktilitas sehingga dapat dapat meningkatkan tekanan darah. Produksi renin angiotensin yang berlebih mengakibatkan peningkatan kontraktilitas sehingga dapat meningkatkan tekanan darah. Produksi renis angiotensin yang berlebih mengakibatkan kontriksi fungsionil dan hipertrofi struktural sehingga tekanan darah dapat meningkat.
d. Perubahan genetis dapat menyebabkan perubahan pada membaran sel sehinggaa terjadi kontriksi fungsionil dan hipertrofi struktural, akibatnya terjadi peningkatan tekanan darah.
e. Obesitas juga dapat meningkatkan tekanan darah karena obesitas terjadi hiperinsulinemis yang dapat menyebabkan hipertrofi struktural. Akibat adanya hipertrofi struktural, maka terjadilah peningkatan tekanan darah
f. Bahan-bahan yang berasal dari endotel juga dapat menyebabkan konstriksi fungsionil dan hipertrofi struktural yang mengakibatkan peningkatan tekanan darah (Elokdyah, 2007).
2.2.8 Komplikasi
Hipertensi merupakan faktor resiko utama untuk terjadinya penyakit jantung, gagal jantung kongesif, stroke, gangguan penglihatan dan penyakit ginjal. Tekanan darah yang tinggi umumnya meningkatkan resiko terjadinya komplikasi tersebut. Hipertensi yang tidak diobati akan mempengaruhi semua sistem organ dan akhirnya memperpendek harapan hidup sebesar 10-20 tahun. Mortalitas pada Klien hipertensi lebih cepat apabila penyakitnya tidak terkontrol dan telah menimbulkan komplikasi ke beberapa organ vital. Sebab kematian yang sering terjadi adalah penyakit jantung dengan atau tanpa disertai stroke dan gagal ginjal.

Tabel. 2.3 Komplikasi Hipertensi
NO SISTEM ORGAN KOMPLIKASI
1. Jantung a) Infark miokard
b) Angina pectoris
c) Gagal jantung kongestif
2. System saraf pusat d) Stroke
e) Ensefalopati hipertensi
3. Ginjal Gagal ginjal kronis
4. Mata Retinopati hipertensif
5. Pembuluh darah perifer Penyakit pembuluh darah perifer

Komplikasi yang terjadi pada hipertensi ringan dan sedang mengenai mata, ginjal, jantung dan otak. Pada mata berupa perdarahan retina, gangguan penglihatan sampai dengan kebutaan. Gagal jantung merupakan kelainan yang sering ditemukan pada hipertensi berat selain kelainan koroner dan miokard. Pada otak sering terjadi perdarahan yang disebabkan oleh pecahnya mikroaneurisma yang dapat mengakibakan kematian.
Kelainan lain yang dapat terjadi adalah proses tromboemboli dan serangan iskemia otak sementara ( Transient Ischemic Attack/TIA). Gagal ginjal sering dijumpai sebagai komplikasi hipertensi yang lama dan pada proses akut seperti pada hipertensi maligna. Resiko penyakit kardiovaskuler pada Klien hipertensi ditentukan tidak hanya tingginya Tekanan darah tetapi juga telah atau belum adanya kerusakan organ target serta faktor risiko lain seperti merokok, dislipidemia dan diabetes melitus. Tekanan darah sistolik melebihi 140 mmHg pada individu berusia lebih dari 50 tahun, merupakan faktor resiko kardiovaskular yang penting. Selain itu dimulai dari Tekanan darah 115/75 mmHg, kenaikan setiap 20/10 mmHg meningkatkan risiko penyakit kardiovaskuler sebanyak dua kali.


2.2.9 Diagnosis
Tekanan darah dapat diperiksa secara sederhana dengan metode auskultasi yang tentunya harus dilakukan secara benar dengan menggunakan instrumen yang telah dikalibrasi dan validitasnya terjamin. Klien sebaiknya dalam posisi duduk istirahat selama sedikitnya 5 menit, dengan kaki di atas lantai dan lengan yang sejajar dengan letak jantung. Pengukuran dengan posisi berdiri dapat dilakukan secara periodik, terutama pada Klien dengan resiko hipotensi postural. Pergunakan ukuran manset yang tepat untuk menjamin akurasi pengukuran (manset paling tidak melingkari 80% keliling lengan atas). Pengukuran harus dilakukan minimal dua kali. Tekanan darah sistolik adalah titik dimana suara pertama dapat terdengar (fase 1) dan tekanan darah diastolik adalah titik sebelum suara tidak terdengar lagi (fase 5) (http://www.nursingbrainriza. blogspot.com: 2008).
Diagnosis hipertensi dapat ditegakkan berdasarkan pengukuran tekanan darah yang didapat dengan melihat kategori penyakit hipertensi di bawah ini (JNC, 1997). Pada pemeriksaan tekanan darah dapat ditentukan pula tekanan nadi (Pulse Pressure). Tekanan nadi adalah selisih antara tekanan sistolik dan diastolik. Tampaknya ini merupakan indikator kekakuan dan adanya inflamasi pada dinding pembuluh darah. Semakin besar perbedaan antara tekanan sistolik dan diastolik, maka semakin kaku dan rusaklah pembuluh darah. Walaupun belum secara luas digunakan oleh para dokter untuk menentukan pengobatan, bukti menunjukkan bahwa ia merupakan prediktor kuat adanya masalah pada jantung, terutama pada lansia. Beberapa penelitian melaporkan bahwa setiap kenaikan tekanan darah sebesar 10 mmHg, maka resiko terjadinya stroke meningkat sampai 11%, penyakit kardiovaskular 10% dan mortalitas sampai 16% (pada dewasa muda resikonya bahkan lebih besar lagi) (http://www.nursingbrainriza. blogspot.com: 2008).
Evaluasi Klien yang sebelumnya diketahui menderita hipertensi mempunyai 3 macam penilaian. (1) menilai gaya hidup dan mengidentifikasi faktor resiko kardiovaskular atau gangguan yang secara bersama ada, yang dapat mempengaruhi prognosis pengobatan. (2) untuk mencari sebab hipertensi yang dapat diidentifikasi. (3) menilai ada atau tidak kerusakan target organ (target organ damage) dan penyakit serebrovaskular. Pemeriksaan fisik lain meliputi pemeriksaan fundus optik, indeks massa tubuh, adanya bising pada arteri karotis, abdominal dan femoral; palpasi kelenjar thyroid, pemeriksaan jantung-paru dan ginjal, edema pada ekstremitas bagian bawah dan penilaian neurologis (http://www.nursingbrainriza.blogspot.com: 2008).
Perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium pada Klien hipertensi dengan tujuan sebagai berikut :
a. Untuk mencari kemungkinan penyebab Hipertensi sekunder
b. Untuk menilai apakah ada penyulit dan kerusakan organ target
c. Untuk memperkirakan prognosis
d. Untuk menentukan adanya faktor-faktor lain yang mempertinggi risiko penyakit jantung koroner dan stroke
Tes laboratorium meliputi:.
a. Hb/Ht: untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan factor resiko seperti : hipokoagulabilitas, anemia
b. BUN / kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi / fungsi ginjal
c. Glucosa : Hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin
d. Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan ada DM
e. CT Scan : Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati
f. EKG : Dapat menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi
g. IUP : mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti : Batu ginjal, perbaikan ginjal
h. foto dada : Menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup, pembesaran jantung


2.2.10 Pencegahan Hipertensi
a. Mengurangi konsumsi garam
Pembatasan konsumsi garam sangat dianjurkan, maksimal dua garam gram garam dapur untuk diet setiap hari.
1. Diet rendah garam I (200 mg – 400 mg Na).
Dalam pemasukan tidak ditambahkan garam dapur. Bahkan makanan tinggi natrium dihindarkan kepada penderita dengan oedema, ansietas dan hipertensi berat.
2. Diet rendah garam II 9600 mg – 800 mg Na).
Pemberian makan sehari sama dengan diet rendah garam I. dalam pemasukan dibolehkan menggunakan 0,25 sendok teh garam dapur (satu gram), bahan makanan tinggi natrium dihindarkan. Makanan ini diberikan dengan penderita oedema, asietas dan hipertensi tidak terlalu berat.
3. Diet rendah garam III (1.000 mg – 1.200 mg Na).
Pemberian makan sehari sama dengan diet garam I. dalam pemasakkan dibolehkan menggunakan 0,25 sendok teh (2 gram) garam dapur. Makanan ini diberikan kepada penderita oedema dan hipertensi ringan.
b. Menghindari kegemukan
Hindarkan kegemukan dengan menjaga berat badan normal tidak berlebihan. Batasan kegemukan jika berat jika berat badan lebih dari 10 % dari berat badan normal.
Rumus Bloca : B.B Normal = T.B. – 100
B.B. Ideal = (T.B – 100) – 10%(T.B – 100).
Keterangan:
B.B = berat badan (kg)
T.B = Tinggi badan (cm)
c. Membatasi konsumsi lemak
Membatasi konsumsi lemak dilakukan agar kolesterol darah tidak terlalu tinggi. Kadar kolesterol darah yang tinggi dapat mengakibatkan endapan kolesterol dalam dinding pembuluh nadi dan mengganggu peredaran darah dan akan memperberat kerja jantung kadar kolesterol dalam darah dibatasi maksimal 200 mg – 250 mg per 100 cc serum darah.
d. Olah raga teratur.
e. Makan banyak buah dan sayuran segar.
f. Tidak merokok dan minum alkohol
g. Latihan relaksasi atau meditasi
h. Berusaha membina hidup positif

2.2.11 Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan Klien hipertensi adalah:
a. Menurunkan tekanan darah ketingkat yang wajar sehingga kualitas hidup penderita tidak menurun.
b. Mengurangi angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas) akibat komplikasi penyakit jantung dan pembuluh darah.
mencegah pengerasan pembuluh darah (aterosklerosis)
c. Menghindarkan faktor resiko
d. Mencegah memberatnya tekanan darah tinggi
e. Pengobatan penyakit penyerta yang dapat memperberat kerusakan organ.
f. Memulihkan kerusakan target organ dengan obat anti hipertensi masa kini.
g. Memperkecil efek samping pengobatan.
Penatalaksanaan Bergantung pada derajat hipertensi dan adanya faktor resiko lain terhadap kardiovaskular, ginjal dan penyakit neurologik.
a. Non Farmakologis
Modifikasi pola hidup ; penurunan berat badan untuk mencapai berat badan ideal, latihan fisik / olahraga 20 menit sehari, mengatur status gizi / asupan natrium ≤3g/hari , tidak merokok atau minum alkohol, serta meningkatkan konsumsi buah dan sayur
1. Menurunkan berat badan bila status gizi berlebih
Peningkatan berat badan di usia dewasa sangat berpengaruh terhadap Tekanan darahnya. Oleh karena itu, manajemen berat badan sangat penting dalam prevensi dan kontrol hipertensi.
2. Meningkatkan aktifitas fisik
Orang yang aktivitasnya rendah berisiko terkena hipertensi 30-50% dari pada yang aktif. Oleh karena itu, aktivitas fisik antara 30-45 menit sebanyak >3x/hari penting sebagai pencegahan primer dari hipertensi.
3. Mengatur Status Gizi
Dalam mengatur menu makanan sangat dianjurkan bagi penderita hipertensi untuk menghindari dan membatasi makanan yang dapat meningkatkan kadar kolesterol darah serta meningkatkan tekanan darah, sehingga penderita tidak mengalami stroke atau infark jantung. Makanan yang harus dihindari atau dibatasi adalah:
a) Makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi (otak, ginjal, paru, minyak kelapa, gajih).
b) Makanan yang diolah dengan menggunakan garam natrium (biscuit, craker, keripik dan makanan kering yang asin).
c) Makanan dan minuman dalam kaleng (sarden, sosis, korned, sayuran serta buahbuahan dalam kaleng, soft drink).
d) Makanan yang diawetkan (dendeng, asinan sayur/buah, abon, ikan asin, pindang, udang kering, telur asin, selai kacang).
e) Susu full cream, mentega, margarine, keju mayonnaise, serta sumber protein hewani yang tinggi kolesterol seperti daging merah (sapi/kambing), kuning telur, kulit ayam).
f) Bumbu-bumbu seperti kecap, maggi, terasi, saus tomat, saus sambal, tauco serta bumbu penyedap lain yang pada umumnya mengandung garam natrium.
g) Makanan yang mengandung alkohol seperti durian, tape.
h) Zat gizi yang diperlukan pada penderita hipertensi adalah karbohidrat, protein dan lemak yang disebut sebagai zat gizi makro serta vitamin dan mineral yang disebut dengan zat gizi mikro. Selain itu, untuk memperlancar proses metabolisme dalam tubuh diperlukan air dan serat. Tubuh manusia membutuhkan aneka ragam makanan untuk memenuhi semua zat gizi tersebut. Kekurangan atau kelebihan salah satu unsur zat gizi akan menyebabkan kelainan atau penyakit. Oleh karena itu, perlu diterapkan kebiasaan makanan yang seimbang sejak usia dini dengan jumlah yang sesuai kebutuhan masing-masing individu agar tercapai kondisi kesehatan yang prima.
i) Apabila diet tidak membantu dalam 6 bulan, maka perlu pemberian obat anti hipertensi.
4. Menurunkan konsumsi kafein dan alkohol
Kafein dapat memacu jantung bekerja lebih cepat, sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya. Sementara konsumsi alkohol lebih dari 2-3 gelas/hari dapat meningkatkan risiko hipertensi.
5. Meningkatkan konsumsi buah, Sayur dan Serealia. Berfungsi untuk membantu menyerap lemak dan kandungan seratnya membantu dalam poses pencernaan makanan.
b. Farmakologis
Prinsip pemberian obat pad Klien lanjut usia :
1. Sebaiknya dimulai dengan satu macam obat dengan dosis kecil
2. Penurunan tekanan darah sebaiknya secara perlahan, untuk penyesuaian autoregulasi guna mempertahankan perfusi ke organ vital.
3. Regimen obat harus sederhana dan dosis sebaiknya sekali sehari
4. Antisipasi efek samping obat
5. Pemantauan tekanan darah sendiri di rumah untuk evaluasi efektifitas pengobatan (http://www.rohaendiblogspot.com:2008).
Pilihan obat : pilihan obat amat banyak dan bervariasi, berikut ini adalah anjuran : Hipertensi tanpa komplikasi ; diuretik atau peyekat β+diabetes melitus ACEI +PJK ; Penyekat β +gagal jantung : ACEI, diuretic. Penyebab sekunder Renovasikular; angioplasti ± stenting, bedah Parenkim ginjal ; pembatasan garam dan cairan, ± diuretic Etiologi endokrin – gangguan adrenal.
Terapi farmakologis atau obat antihipertensi yang dianjurkan oleh JNC VII yaitu diuretika, terutama jenis thiazide (Thiaz) atau aldosteron antagonis, beta blocker, calcium chanel blocker atau calcium antagonist, Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACEI), Angiotensin II Receptor Blocker atau AT 1 receptor antagonist/ blocker (ARB).
2.2.12 Prognosis
Usia, ras, jenis kelamin, kebiasaan mengkonsumsi alkohol, hiperkolesterole-mia, intoleransi glukosa dan berat badan, semuanya mempengaruhi prognosis dari penyakit hipertensi esensial pada lansia. Semakin muda seseorang terdiagnosis hipertensi pertama kali, maka semakin buruk perjalanan penyakitnya apalagi bila tidak ditangani (http://www.nursingbrainriza. blogspot.com: 2008).
Di Amerika serikat, ras kulit hitam mempunyai angka morbiditas dan mortalitas empat kali lebih besar dari pada ras kulit putih. Prevalensi hipertensi pada wanita pre-menopause tampaknya lebih sedikit dari pada laki-laki dan wanita yang telah menopause. Adanya faktor resiko independen (seperti hiperkolesterolemia, intoleransi glukosa dan kebiasaan merokok) yang mempercepat proses aterosklerosis meningkatkan angka mortalitas hipertensi dengan tidak memperhatikan usia, ras dan jenis kelamin (http://www.nursing brainriza.blogspot.com: 2008).

2.3 Konsep Perilaku
2.3.1 Pengertian Perilaku
Perilaku adalah merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan. Jadi perilaku manusia pada hakikatnya adalah suatu aktivitas dari pada manusia itu sendiri. Skinner (1938) seorang ahli perilaku mengemukakan bahwa perilaku merupakan hasil hubungan antara perangsang (stimulus) dan respon (Soekidjo N, 2003:118). Robert Kwick (1974) menyatakan bahwa perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari. Perilaku tidak sama denan sikap (Soekidjo N, 2003:123).
Perilaku manusia merupakan hasil dari pada segala macam pengalaman secara interaktif manusia dengan lingkungannya yan terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap, dan tindakan (Wiknjosastro, 2005:1)
Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan , makanan serta lingkungan (Notoatmodjo, 2003:6)
Teori perilaku ini cukup banyak macamnya. Margono S (1998) mengemukakan bahwa perilaku terdiri dari tiga domain yang meliputi : 1) Domain perilaku pengetahuan (knowing behavior), 2) Domain perilaku sikap (feeling behavior), 3) Domain perilaku keterampilan (doing behavior).
Apabila pengertian perilaku ini lebih disederhanakan maka perilaku dapat dibagi menjadi 2 unsur yang saling berhubungan satu sama lain yaitu kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional. Proses perubahan perilaku atau penerimaan ide baru adalah hasil dari suatu proses yang kompleks yang biasanya memerlukan waktu yang lama.
Proses kejiwaan yang dialami individu sejak pertama kali memperoleh individu atau pengetahuan mengenai sesuatu hal yang baru sampai pada saat ia memutuskan menerima atau menolak ide baru melalui empat tahap yaitu :
1) Pengetahuan, dalam hal ini subyek mulai mengenal ide baru serta belajar memahaminya.
2) Persuasi, dimana individu membentuk sikap positif atau negatif terhadap ide baru tersebut.
3) Mengambil keputusan, dimana individu aktif dalam menentukan keputusan untuk menerima atau menolak ide baru tersebut.
4) Konfirmasi, dimana individu mencari dukungan dari orang lain di sekitarnya terhadap keputusan yang telah dibuatnya (Notoatmodjo S., 2003).

2.3.2 Bentuk Perilaku
Menurut Soekidjo N (2003:120) perilaku dapat diartikan suatu respon organisme atau seseorang terhadap rangsangan (stimulus) dari luar subjek tersebut. Respon ini terbentuk dua macam, yakni :
1) Bentuk Pasif : Respon internal, yaitu yang terjadi didalam diri manusia dan tidak secara langsung dapat terlihat oleh orang lain, misalnya berfikir, tanggapan atau sikap batin dan pengetahuan.
2) Bentuk Aktif : Apabila perilaku itu jelas dapat diobservasi secara langsung.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan dan sikap merupakan respon seseorang terhadap stimulus atau rangsangan yang masih bersifat terselubung dan disebut “covert behavior”. Sedangkan tindakan nyata seseorang sebagai respon seseorang terhadap stimulus (practice) merupakan “overt behavior”.
2.3.3 Prosedur Pembentukan Perilaku
Untuk membentuk jenis respons dan perilaku, diperlukan adanya suatu kondisi tertentu, yang disebut Operant Conditioning. Prosedur pembentukan perilaku dalam Operant Conditioning ini menurut Skinner adalah sebagai berikut :
1) Melakukan identifikasi tentang hal-hal yang merupakan penguat atau reinforcer berupa hadiah-hadiah atau rewards bagi perilaku yang dibentuk.
2) Melakukan analisa untuk mengidentifikasi komponen-kompenen kecil yang membentuk perilaku yang dikehendaki.
3) Menggunakan komponen-komponen tersebut secara urut sebagai tujuan-tujuan sementara.
4) Melakukan pembentukan perilaku dengan menggunakan urutan komponen yang telah tersusun itu.

2.3.4 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Terbentuknya Perilaku
Lawrence Green dalam Notoatmodjo S (2003:144) mencoba menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yakni faktor perilaku (behaviour causes) dan faktor di luar perilaku (non-behaviour causes). Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor yaitu:
1) Faktor-faktor predisposisi, yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.
2) Faktor-faktor pendukung, yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat kontrasepsi, jamban dan sebagainya,
3) Faktor-faktor pendorong, yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas yang lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.
2.3.5 Perilaku Kesehatan
Disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi dan sebagainya dari orang atau masyarakat yang bersangkutan. Di samping itu, ketersediaan fasilitas, sikap dan perilaku para petugas kesehatan terhadap kesehatan juga akan mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku. Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau obyek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Setelah seseorang mengetahui stimulus atau obyek kesehatan, kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan atau mempraktekkan apa yang diketahuinya atau disikapinya. Hal inilah yang disebut praktik kesehatan atau dapat juga dikatakan perilaku kesehatan. Glanz K et al. (1997) mengajukan klasifikasi perilaku yang berhubungan dengan kesehatan, antara lain:
1) Perilaku kesehatan (health behaviour), yakni hal-hal yang berhubungan dengan tindakan atau kegiatan yang dilakukan seseorang untuk memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Dalam hal ini termasuk juga tindakan untuk mencegah penyakit dan kebersihan perorangan.
2) SPerilaku sakit (illness behaviour) yaitu segala tindakan atau kegiatan yang dilakukan individu yang merasa dirinya sakit untuk merasakan dan mengenal keadaan kesehatannya atau merasa dan mengenal rasa sakit yang ada pada dirinya. Termasuk di sini juga kemampuan atau pengetahuan individu tersebut untuk mengidentifikasi penyakitnya, penyebab penyakit serta usaha-usaha pencegahan penyakit.

2.4 Gambaran Umum Panti
2.4.1 Identitas Panti
Nama Panti : UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia
Alamat : Jl. Dr. Soetomo – Pandaan Pasuruan. Telp. (0343) 631255
Pengelola : Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur

2.4.2 Latar Belakang Pendirian Panti
Landasan hukum UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pandaan mempunyai landasan hukum berupa : Pancasila dan UUD 1945 Pasal 27 ayat 2 dan Pasal 34, UU No 6 Th 1974 Tentang ketentuan-ketentuan pokok kesejahteraan sosial, UU No 22 Th 1999 Tentang kesejahteraan lanjut usia, UU No 25 Th 1999 tentang pemerintahan daerah Jo No 32 Th 2004, UU No 25 Th 1999 tentang perimbangan keuangan pusat dan daerah Jo PP No 25 Th 2000, PP No 38 Th 2007 tentang pembagian urusan pemerintahan antara pemerintahan pusat, pemerintah daerah provinsi dan pemerintah daerah kota, PP No 41 Th 2007 tentang organisasi perangkat daerah, Permendagri No 57 Th 2007 tentang petunjuk teknis perangkat daerah, Perda prov jatim No 5 Th 2008 tentang pembentukan perda, Perda prov jatim No 7 Th 2008 tentang urusan pemerintahan daerah provinsi jawa Timur, Perda prov Jatim no 9 Th 2008 tentang organisasi dan tata kerja dinas daerah.
Unit pelaksana tekhnis pelayanan social lanjut usia adalah unit pelaksana teknis daerah yang melaksanakan tugas pelayanan, bimbingan sosial bagi lanjut usia terlantar, berdasarkan pada Peraturan Gubernur Jawa Timur No : 119 tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas Sosial Provinsi Jawa timur.
Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pasuruan adalah unit pelaksana teknis dari kantor dinas sosial provinsi Jawa Timur yang merupakan lembaga kesejahteraan sosial yang mempunyai tugas memberikan pelayanan kesejahteraan sosial bagi para lanjut usia, sehingga mereka dapat menikmati sisa hidupnya dengan diliputi ketentraman lahir batin.
Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pasuruan ini didirikan pada tanggal 1 Oktober 1979 dengan nama “Sasana Tresna Werdha Sejahtera” Pandaan, yang mula-mula berkapasitas tempat tidur 30 orang dibawah naungan depsos. Pada tanggal 17 Mei 1982 oleh bapak menteri Sosial Bpk. Sapardjo diresmikan pemakaiannya dengan surat keputusan Mensos RI no. 32/HUK/KEP/V/1982 dibawah pengendalian kanwil depsos provinsi Jatim dengan kapasitas tampung 110 orang dan menempati areal seluas 16.454 M2.
Pada tahun 1994 mengalami pembakuan penamaan “Unit Pelaksana Teknis pusat/panti/sasana di lingkungan Departemen Sosial sesuai SK Mensos RI no. 14/HUK/1994 dengan nama “Panti Sosial Tresna Werdha Sejahtera” Pandaan.
Dalam perkembangan waktu dan kebutuhan akan pelayanan sosial lanjut usia terjadi perubahan dengan melalui SK Mensos.
Dalam perkembangan waktu dan kebutuhan akan pelayanan lanjut usia terjadi perubahan dengan melalui SK Mensos RI No 8/HUK/1998 ditetapkan menjadi panti percontohan ditingkat provinsi dengan kapasitas 110 orang.
Pada tahun 1988 ketika Departemen Sosial RI di hapus, panti ini sempat dikelola melalui Badan Kesejahteraan Sosial nasional pusat. Dan pada Tahun 2000 pada saat pelaksanaan otonomi daerah diberlakukan makasemua perangkat pusat termasuk aset-asetnya diserahkan pada Pemerntah Provinsi Jawa Timur melalui Peraturan Daerah No.12 Tahun 2000. Tentang Dinas Sosial provinsi jawa Timur bahwa Panti Sosial Tresna Werdha “Sejahtera” Pandaan, merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Sosia Provinsi Jawa Timur
Sejalan dengan perkembangan jangkauan pelayanan pada lanjut usia melalui Perda No.14 tahun 2002 tentang perubahan atas Perda No.12 Tahun 2000 Tentang Dinas Sosial, bahwa panti sosial tresna werda pandaan, bangkalan, yang jangkauan pelayanan bertambah untuk wilayah Madura dengan penambahan Unit Pelayanan Sosial lanjut Usia di bangkalan
Berdasarkan pada peraturan Gubernur No.119 tahun 2008 tentang organisasi dan Tata kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur, panti Sosial Tresna Werdha Pandaan, Bangkalan berubah menjadi Unit pelaksana Teknis pelayanan Sosial lanjut Usia pasuruan dengan Jangkauan pelayanan wilayah Kabupaten Pasuruan dan Kab/Kota sekitarnya ditambah pelayanan sosial lanjut usia di Lamongandengan jangkauan pelayanan wilayah kabupaten Lamongan dan Kabupaten sekitarnya.

2.4.3 Visi, dan Misi Panti
1) Visi.
Terwujudnya peningkatan taraf kesejahteraan sosial bagi lanjut usia yang bertaqwa kepada Tuhan YME.
2) Misi
a. Melaksanakan tugas pelayanan dan rehabilitasi bagi lanjut usia dalam upaya memenuhi kebutuhan rohani jasmani sosial sehingga dapt menikmati hari tua yang diliputi kebahagiaan dan ketentraman lahir bathin.
b. Mengembangkan sumber potensi bagi lanjut usia potensial, sehingga dapat mandiri dan dapat menjalankan fungsi sosial secara wajar.
c. Peningkatan peran serta masyarakat dalam penanganan lanjut usia terlantar

2.4.4 Maksud, Tujuan , Prinsip pelayanan dan Fungsi Pelayanan Panti
1) Maksud
Memberikan tempat pelayanan sosial serta kasih saying terhadap para lanjut usia, terlantar (Potensial dan tidak potensial) dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
2) Tujuan
a. Terpenuhinya kebutuhan rohani dengan baik, terutama dalam bidang :
 Kebutuhan kasih sayang baik keluarga maupun dari masyarakat sekitar
 Peningkatan gairah hidup yang tidak harus khawatir dalam sisa hidupnya.
 Terpenuhinya kebutuhan jasmani dengan baik terutama dalam bidang : Kebutuhan pokok hidup secara layak yaitu sandang, pangan dan papan.
 Pemeliharaan kesehatan mereka dengan baik.
 Pemenuhan kebutuhan pengisian waktu luang dengan baik sesuai usia yang telah lanjut.
b. Terpenuhinya kebutuhan sosial dengan baik terutama dalam hubungannya dengan masyarakat sekitarnya.
3) Prinsip Pelayanan Panti
a. Menerima Klien apa adanya
b. Menghormati harkat dan martabat klien
c. Menjaga kerahasiaan data
d. Tidak memberikan stigma
e. Tidak mengucilkan
f. Menghindari sikap sensitif
g. Pemenuhan kebutuhan secara tepat konprehensif
h. Menhindari sikap belas kasihan
i. Pelayanan yang cepat dan tepat, bermutu, efesien dan efektif, serta akuntabel
4) Fungsi UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pandaan
a. Sebagai pelaksana kerja UPT
b. Pembinaan dan pengendalian pengelolaan ketatausahaan, penyelenggaraan kegiatan pelayanan sosial bimbingan dan pembinaan lanjut
c. Penyelengaraan praktek pekerjaan sosial dalam bimbingan sosial lanjut usia
d. Pemberian bimbingan umum pada klien dilingkungan UPT
e. Pengembangan metodologi pelayanaan kesejahteraan sosial dalam pelayanan lanjut usia
f. Penyelenggaraan penyebarluasan informasi tentang pelayanan kesejahteraan sosial
g. Penyelenggaraan konsultasi bagi keluarga atau masyarakat yang menyelengarakan usaha kesejahteraan sosial
h. Pelaksanaan pelayanan masyarakat
2.4.5 Struktur Organisasi
Berdasarkan Kep.Gubernur Jatim No. 41 tahun 2001 tanggal 29 November 2001 tentang struktur organisasi UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pandaan adalah sebagai berikut:




















Jumlah tenaga yang ada di panti ada 33 pegawai dengan perincian sebagai berikut:
a. Pandaan
Pegawai tetap : 20 orang
Pegawai kontrak : 9 orang
b. Lamongan
Pegawai tetap : 6 orang
Pegawai kontrak : 6 orang

2.4.5 Denah Panti






















Jl. Desa Rajeg


Keterangan Denah:


2.4.6 Kapasitas Panti
Jumlah lanjut usia yang tinggal dipanti adalah:
Pelayanan di Pandaan : 110 orang
Pelayanan di Lamongan : 55 orang

2.4.7 Sarana dan prasarana
1. Taman
2. Kantor
3. Wisma Teratai
4. Wisma Melati
5. Wisma Dahlia
6. R. Pertemuan
7. Kandang ayam
8. Kolam Ikan
9. Kandang Bebek
10. Pos Satpam
11. Kantor
12. Mushollah
13. Poli Klinik
14. Wisma Kenanga 15. Gudang
16. Rumah Dinas
17. Wisma Cendana
18. Wisma Mawar
19. Gazebo
20. Rumah dinas
21. Ruang Ketrampilan
22. Dapur Umum
23. Wisma Anggrek
24. Wisma Seruni
25. Rumah Dinas
26. Wisma Flamboyan
27. Wisma Cempaka
28. Wisma Kemuning
1) Bangunan perumahan
Bangunan panti merupakan bangunan permanen dengan dinding tembok, lantai kramik, atap genteng, ventilasi dan pencahayaan cukup yang terdiri dari:
a. Wisma sebanyak : 11 buah
b. Kantor : 2 buah
c. Ruang pertemuan : 1 buah
d. Musholla : 1 buah
e. Ruang keterampilan : 1 buah
f. Ruang poliklinik : 1 buah
g. Gudang : 1 buah
h. Pos penjagaan : 1 buah
i. Ruang perawatan isolasi : 3 buah
j. Ruang perawatan khusus : 1 buah
k. Rumah dinas pegawai : 4 buah
(sumber data sekunder PSTW “ Sejahtera” 2002)
2) Sarana Air Bersih
Sumber air bersih berasal dari Sumur bor dan rembesan air sungai
3) Jamban Keluarga
Jamban keluarga sejumlah 22 buah dengan perincian sebagai berikut:
a. Setiap wisma, poliklinik, ruang perawatan isolasi masing masing 2 buah jamban.
b. Ruang keterampilan 1 ruang, ruang perawatan khusus 2 dan rumah dinas 3 buah
4) Sarana pembuangan air limbah
Pengelolahan pembuangan air limbah menggunakan SPAL tertutup dengan septik tank menjadi satu dengan jamban.
5) Sarana ibadah
Sarana ibadah berupa 1 buah musholla.
6) Model tempat tidur
Tempat tidur kurang lebih 30 cm tanpa pengaman.
7) Penerangan
Lampu penerangan rata-rata tiap ruangan 20 watt, ventilasi dan sinar matahari yang masuk cukup baik, kecuali di ruangan isolasi flamboyan.
8) Lantai rumah
Kondisi lantai baik, dari keramik namun cukup licin khususnya bila basah, kecuali di isolasi flamboyan lantai lembab dan kurang bersih.
9) Kamar mandi dan WC
Kondisi cukup bersih, tidak ada pegangan tangan untuk menghindari lansia jatuh.
10) Ruang keterampilan
Kondisi cukup baik, cukup penerangan yang cukup dan peralatan keterampilan yang cukup.

11) Tempat olah raga, pertemuan dan kesenian
Olah raga dilakukan didepan ruang ketrampilan, pelaksanaan senam dilakukan setiap selasa, rabu dan kamis dimulai jam 07:30 WIB.
12) Ruang makan
Ruang makan bersama belum ada, lansia mengambil makanan di dapur dan makan di wisma masing-masing.
13) Meja Tamu
Pada setiap wisma terdapat satu set meja tamu dan TV
14) Kandang ternak
Terdapat 2 kandang ternak yaitu ternak ayam dan bebek, kondisi cukup bersih dan tidak berbau.
15) Kolam Ikan
Terdapat 3 kolam ikan yang tertata rapi dan kondisi cukup baik.
16) Poli klinik
Poli klinik terletak agak jauh dan letaknya diatas sehingga lansia merasa kesulitan untuk naik, biasanya petugas dari Puskesmas datang setiap hari Jum’at dan keliling dari satu wisma kewisma yang lain.
17) Binatang di sekitar Panti
Binatang yang ditemukan disekitar panti : nyamuk, kecoak, tikus, dan kucing.

2.4.8 Kegiatan dalam panti
Berdasarkan jadwal kegiatan lansia di PSWT “ Sejahtera” Pandaan yang disusun oleh kepala seksi rehabilitasi dan penyaluran adalah sebagai berikut:
Jadwal Pembinaan Mental Keagamaan Lansia
No. Jam Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu
1 05:30 – 06:30 Ibadah dan kebersihan pribadi dan lingkungan Ibadah dan kebersihan pribadi dan lingkungan Ibadah dan kebersihan pribadi dan lingkungan Ibadah dan kebersihan pribadi dan lingkungan Ibadah dan kebersihan pribadi dan lingkungan Ibadah dan kebersihan pribadi dan lingkungan Ibadah dan kebersihan pribadi dan lingkungan
2 06:30 – 07:30 Makan pagi Makan pagi Makan pagi Makan pagi Makan pagi Makan pagi Makan pagi
3 07:30 – 08.15 Bimbingan sosial (team) Bimbingan olah raga (senam tera) Bimbingan olah raga (senam tera) Bimbingan olah raga (senam tera) Kegiatan Individu Kegiatan individu
4 09:30 – 10.00 Istirahat Istirahat Istirahat Istirahat Istirahat Istirahat Istirahat
5 10:00 – 12:30 Bimbingan kesenian Bimbingan Keterampilan Bimbingan ketrampilan (team) Bimbingan keterampilan Kerja bakti Mushola kegiatan individu Kegiatan Individu
6 12:30 – 13:00 Makan siang Makan siang Makan siang Makan siang Makan siang Makan siang Makan siang
7 13:00 – 15:00 Istirahat Bimbingan mental agama Bimbingan mental agama Bimbingan mental agama. Bimbingan mental agama (Sholat jumat, Team) Bimbingan mental agama (petugas piket) Bimbingan mental agama (Petugas piket)
8 15.00 – 17.00 Kebersihan pribadi dan lingkungan Kebersihan pribadi dan lingkungan Kebersihan pribadi dan lingkungan Kebersihan pribadi dan lingkungan Kebersihan pribadi dan lingkungan Kebersihan pribadi dan lingkungan Kebersihan pribadi dan lingkungan
9 17:00 – 19:30 Makan malam , bimbingan mental Makan malam , bimbingan mental Makan malam , bimbingan mental Makan malam , bimbingan mental Makan malam , bimbingan mental Makan malam, bimbingan mental Makan malam , bimbingan mental
10 19:30 – 20.30 Hiburan nonton TV Hiburan nonton TV Hiburan nonton TV Hiburan nonton TV Hiburan nonton TV Hiburan nonton TV Hiburan nonton TV
11 2030 – 04:30 Kegiatan individu dan istirahat Kegiatan individu dan istirahat Kegiatan individu dan istirahat Kegiatan individu dan istirahat Kegiatan individu dan istirahat Kegiatan individu dan istirahat Kegiatan individu dan istirahat

1) Pelayanan Kesehatan pada Lansia
Pelayanan kesehatan yang diberiakan pada lansia terbatas pada lansia yang mempunyai keluhan, sedangkan kunjungan dari Puskesmas setiap minggu (Jumat) dengan memberikan pelayanan kesehatan pada lansia yang mempunyai keluhan dan pemeriksaan dilakukan hanya untuk satu wisma.

2.4.9 Hubungan lintas program
1. Departemen Agama dalam bimbingan mental agama
2. Dinas Pendidikan Dan Kebudayaan dalam bimbingan keterampilan kesenian
3. Dinas Kesehatan (Puskesmas, Rumah Sakit) membantu dalam bidang kesehatan
4. Sekolah/Perguruan Tinggi/Akademi dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan dan sebagai pusat informasi di masyarakat

2.4.10 Hubungan Lintas sektoral
1) Pemda Tingkat I dan Tingkat II khususnya di wilayah kerja UPT
2) Muspida tingkat kecamatan
3) Tokoh masyarakat/LSM

2.4.11 Tempat pelayanan kesehatan dan perawatan\
1) Rumah sakit
Bekerjasama dengan Rumah sakit umum Pandaan
2) Puskesmas
Bekerjasama dengan Puskesmas Pandaan sebagai rujukan lansia yang sakit dengan pemeriksaan kesehatan serta pengobatan perawatan kesehatan secara rutin
3) Panti
Terdapat tenaga kesehatan lulusan SPK yang memberikan pelayanan kesehatan dan keperawatan

2.4.12 Jenis Pelayanan sosial lanjut usia
1) Pengasramaan
Proses kegiatan penempatan klien ke masing-masing wisma yang disesuaikan dengan kondisi dan kapasitas yang ada
2) Pemberian makanan
Pemberian makan klien yang sesuai dengan menu dan standart gizi yang direkomendasikan oleh ahli gizi/dokter Puskesmas
3) Pakaian
Pakaian diberikan terhadap klien sesuai dengan kebutuhan
4) Kesehatan/obat-obatan
Pelayanan kesehatan bagi klien diberikan sewaktu-waktu pada saat klien membutuhkan perawatan dan pemeriksaan seluruh klien dilakukan setiap hari jum’at bekerja sama dengan PUSKESMAS (POSYANDU LANSIA)
5) Pemberian hygiene dan obat-obatan sesuai kebutuhan
6) Melakukan rujukan ke Puskesmas dan Rumah Sakit, apabila klien memerlukan perawatan rawat inap (Opname)

2.4.13 Persyaratan masuk panti
1) Laki-laki / perempuan usia 60 tahun keatas
2) Potensial dan tidak potensial
3) Atas kemauan sendiri dan tidak ada unsur paksaan
4) Berbadan sehat tidak mempunyai penyakit menular yang dinyatakan dengan surat keterangan sehat dari dokter
5) Direkomendasikan dari kantor social/Pemda setempat
6) Calon klien dinyatakan lulus seleksi oleh petugas panti

2.4.14 Wilayah kerja
1) Kabupaten/kota
2) Kota Pasuruan
3) Kabupaten Malang
4) Kota Malang
5) Kabupaten Sidoarjo
6) Kota Surabaya
7) Tuban
8) Lamongan
9) Bojonegoro

2.4.15 Proses pelayanan
1) Tahap pendekatan awal
1. Orientasi dan konsultasi
Kegiatan ini merupakan penjajakan dan perkenalan yang dilakukan terhadap calon klien dari berbagai daerah yang berada diwilayah kerja yang meliputi : Kota Surabaya, Kabupaten Sidoarjo, Kota/Kab Pasuruan, Kota/Kab Malang, Kabupaten lamongan, Kabupaten Bojonegoro, Kabupaten Tuban
2. Identifikasi
Kegiatan untuk memperoleh data yang leboih rinci tentang latar belakang masalah, sosial, ekonomi, dan pendidikan calon klien
3. Motivasi
Suatu proses perlakuan dalam bentuk arahan dan memberikan semangat pada calon klien untuk memecahkan permasalahannya
4. Seleksi
Dalam rangka meningkatkan kwalitas pelayanan yang ada dipelayanan sosial lanjut usia, kiranya perlu dilaksanakan tahapan pelayanan agar klien yang disantun dapat sesuai dengan sasaran garapan. Untuk itu proses pelayanan kami awali dari seleksi calon klien
2) Tahap terminasi dan bimbingan lanjut
1. Penyaluran/Terminasi
Kegiatan ini dilakukan dengan memberikan surat pemutusan hubungan/pelayanan yang diberikan oleh panti kepada keluarga dengan kesepakatan keduabelah pihak. Bila klien meninggal dunia dimakamkan dipanti dengan prosesi pemakaman dilakukan oleh petugas Panti dengan klien yang kuat/sehat. Mulai dari penggalian tanah makam, memandikan jenazah, mangkafani, menyolati, dan penguburan/pemakaman. Bila klien meninggal dunia diambil keluarga tahapan yang dilakukan oleh petugas panti mulai dari menghubungi pihak keluarga, menyiapkan ambulance, memandikan, mengkafani, menyolati dan mengantar klien ketempat keluarga klien
2. Bimbingan lanjut
Bimbingan lanjut dilakukan apabila klien diambil kembali dalam asuhan keluarga

2.5 Kerangka Konsep
































Keterangan :

: Tidak diteliti
: Diteliti

Gambar 2.1 Kerangka Konsep pengaruh pemberian mentimun terhadap penurunan tekanan darah tinggi pada lansia di upt pelayanan sosial lanjut usia pasuruan 2009.
2.6 Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah jawaban sementara penelitian, petokan atau juga dalil sementara yang kebenaranya akan dibuktikan dalam penelitian (Notoatmojo, 2002:21 ).
H1 : Artinya ada pengaruh pemberian mentimun terhadap penurunan tekanan darah tinggi pada lansia di upt pelayanan sosial lanjut usia pasuruan


BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian
Desain penelitian adalah keseluruhan dari perencanaan untuk menjawab pertanyaan dan mengantisipasi beberapa kesulitan yang mungkin timbul selama proses penelitian (Nursalam, 2003).
Desain penelitian dalam penelitian ini adalah menggunakan metode Quasi Expremen Paired Sampel T Test. yaitu dengan cara melakukan dua kali pengukuran terhadap tekanan darah klien, dan diantara kedua pengukuran tersebut klien diberi perlakuan yaitu pemberian sari mentimun 2 kali sehari selama tiga hari berturut turut.

3.2 Waktu dan tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan selama dua 12 hari, yaitu pada tanggal 5-17 Oktober 2009 di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pasuruan, Jawa Timur.

3.3 Kerangka kerja (frame work)
Kerangka kerja merupakan bagian kerja terhadap rancangan kegiatan penelitian yang akan dilakukan, meliputi siapa yang akan diteliti, dan variabel yang berhubungan dengan penelitian (Hidayat, 2003 : 34). kerangka kerja dalam penelitian ini dapat digambarkan secara skematis sebagai berikut:






















Gambar 3.1 Kerangka kerja penelitian pengaruh pemberian mentimun terhadap penurunan tekanan darah tinggi pada lansia di upt pelayanan sosial lanjut usia pasuruan, 2009

3.4 Identifikasi variabel
Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang suatu konsep pengertian tertentu, misalnya umur, jenis kelamin pendidikan dan sebagainya (Notoatmojo, 2002 )
Yang termasuk variable dalam penelitian ini adalah:
a. Variabel independen (bebas) adalah variabel yang nilainya menentukan variabel lain (Nursalam, 2008 : 97). Jadi variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi. Pada penelitian ini yang menjadi Variabel bebas adalah mentimun yang diberikan ke klien
b. Variabel dependen (variabel terikat) merupakan suatu variabel yang ditentukan oleh variabel lain (Nursalam, 2008 : 98). Pada penelitian ini yang menjadi Variabel terikat adalah Tekanan Darah

3.4.1 Definisi operasional variabel
Definisi operasional adalah definisi yang berdasarkan karakteristik yang diamati dari suatu yang didefinisikan tersebut. Karakteristik yang diamati memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu obyek atau fenomena. (Nursalam, 2003).

Tabel 3.1 Definisi Operasional
Variabel Definisi operasional Indikator Alat ukur Skala data Skor
- Variabel independent adalah mentimun Air hasil saringan mentimun yang dimasak Diberi perlakuan atau tidak diberi perlakuan Volume nominal
- Variabel dependen adalah Tekanan Darah - Tekanan Darah Sistol Pada Lansia Dengan Penyakit Hipertensi Tekanan Sistol darah Spignomanometer Rasio


3.5 Sampling Desain
3.5.1 Populasi
Populasi adalah setiap subjek (manusia, klien) yang mengetahui kriteria yang ditetapkan untuk diteliti (Nursalam, 2003). Pada penelitian ini populasinya adalah seluruh lansia yang mengalami hipertinggal di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pasuruan, yang berjumlah 9 orang.
3.5.2 Sampel
Sampel adalah sebagian populasi yang nilai atau karakteristiknya kita ukur yang nantinya kita pakai untuk menduga karakteristik dari populasi. Unit sample dapat sama dengan unit populasi tetapi juga dapat berbeda. ( sabri, hastono. 2006: 169). Sampel penelitian ini adalah sebagian lansia yang menderita hipertensi di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pasuruan yang memenuhi kriteria inklusi.
3.5.3 Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik yang dapat dirumuskan atau yang layak untuk diteliti (Nursalam, 2003). Adapun kriteria inklusi pada penelitian ini adalah:
a. Lansia yang mengalami hipertensi (Tekanan sistolik ≥ 140 mmHg, tekanan diastolik ≥ 90 mmHg)
b. Lansia yang tinggal menetap di UPT PSLU Pasuruan
c. Lansia yang bersedia untuk diteliti dan menandatangani informed consent
3.5.4 Sampling
Sampling merupakan suatu proses dalam menyeleksi porsi dan populasi untuk dapat mewakili populasinya. (Nusalam, 2003:93). Sampling yang digunakan dalam penelitian ini sama dengan besar populasi, hasilnya sama dengan jumlah populasi, maka penelitian menggunakan Simple total
.
3.6 Pengumpulan dan Analisa Data
3.6.1 Pengumpulan data
Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian (Nursalam, 2003 : 115)
a. Proses pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara meminta ijin ke Ketua UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pasuruan, Jawa Timur untuk mencari data. Kemudian peneliti mencari lansia yang memenuhi kriteria inklusi dan meminta persetujuan untuk menjadi responden, setelah lansia setuju maka calon responden diminta menandatangani inform consent (surat persetujuan), kemudian melakuakan pengukuran terhadap tekanan dara dan perlaukan pendidikan hipertensi kepada klien
b. Instrument dan prosedur pengumpulan data
Instrument adalah alat Bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatan mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan lebih mudah (Nursalam, 2003:107 ).
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi dimana peneliti mengukur secra langsung tekanan darah klien

3.6.2 Analisa data
Analisa data dilakukan setelah semua data terkumpul melalui beberapa tahap dimulai dengan editing untuk memeriksa kelengkapan identitas dan data responden serta memastikan pengkuran sudah dilakukan dengan benar, kemudian data yang sesuai di beri kode (coding) untuk memudahkan tabulasi dan analisa data
Data yang dikumpulkan diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Editing
Editing adalah proses memeriksa data yang telah dikumpulkan baik berupa daftar pertanyaan, kartu atau buku register (Budiarto: 2002).
b. Coding
Coding adalah cara penyederhanaan data yang sudah didapat kedalam bentuk simbol-simbol atau kode tertentu.
c. Scoring
Scoring adalah menentukan skor/nilai untuk item pertanyaan dan menentukan nilai terendah dan tertinggi.
d. Tabulating
Tabulating adalah untuk menyajikan data, terutama pengolahan data yang akan menjurus ke analisis kuantitatif (Wasis, 2008).
3.6.3 Teknik pengolahan data
Dengan asumsi bahwa data dalam skala interval atau rasio serta berdistribusi normal, maka data diolah dengan menggunakan uji Paired Sampel T Test. Dengan menggunakan program statistik SPSS 11.5, dengan dengan taraf signifikasi 0,05.
Jika < 0,05 maka H1 diterima yang artinya ada hubungan antara pengetahuan dengan penurunan tekanan darah klien hipertensi.

3.7 Etika penelitian
Penelitian ini berhubungan dengan instansi, maka sebelum mengadakan penelitian harus dilengkapi dengan izin dari kepala instansi karena penelitian menggantikan manusia sebagai subjek maka tidak boleh bertentangan dengan etis tujuan penelitian harus etis dalam arti penelitian harus menjadi kerahasiaan responden dengan tidak menyebutkan nama dan alamat hanya kode. Kuesioner diberikan kepada subjek yang diteliti dengan menekankan masalah etik, meliputi : (Nursalam, 2003:119).
3.7.1 Informed consent
Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden peneliti dengan memberikan lembar persetujuan (Hidayat AA, 2007:83).
Sebelum pengambilan sampel terlebih dahulu meminta ijin pada subjek-subjek yang akan diteliti, baik secara lisan maupun lembar persetujuan atas kesediaaannya dijadikan subjek penelitian dengan tujuan agar objek mengetahui maksud dan tujuan penelitian.
3.7.2 Anonymity (tanpa nama)
Subjek mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang diberikan harus dirahasiakan, untuk itu perlu adanya anonymity atau tanpa nama (Nursalam, 2003:119).
Subjek tidak perlu mencantumkan nama dalam kuesioner untuk menjaga privasi. Untuk mengetahui keikutsertaan subjek peneliti menulis nomor kode pada masing-masing lembar pengumpulan data.

3.7.3 Confidentiality (Kerahasiaan)
Semua informasi yang telah diperoleh dari subjek dijamin kerahasiaannya oleh peneliti hanya data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset, karena hal ini merupakan masalah etika.

3.8 Keterbatasan Penelitian
Adapun beberapa keterbatasan penelitian ini adalah :
1. Waktu penelitian terbatas pada waktu yang telah ditetapkan, selama dua minggu.
2. Populasi dan sampelnya kecil sehingga kurang meyakinkan dalam menjeneralisasi




BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dibahas 1) Hasil penelitian, yang manyangkut karakterstik respondent dan perbedaan tekanan darah sebelum pemberian mentimun dan setelah pemberian mentimun, 2) Pembahasan yang berisikan hipertensi dan pengarauh pemberian mentimun terhadap tekanan darah hipertens lansia
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Karakteristik Responedent
a. Karakteristik Respondent berdasarkan Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid laki laki 4 44.4 44.4 44.4
Perempuan 5 55.6 55.6 100.0
Total 9 100.0 100.0

Tabel 5.1 Karakteristik Respondent Berdasarkan Jenis kelamin
Berdasrkan tabel 5.1 di atas, maka lebih dari sebagian respondent berjenis kelamin perempuan, yaitu sebanyak 5 orang atau 55,6%

b. Karakteristik respondent Berdasrkan Pendidikan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid tidak sekolah 3 33.3 33.3 33.3
sd/sr 5 55.6 55.6 88.9
Smp 1 11.1 11.1 100.0
Total 9 100.0 100.0

Tabel 5.2 Karakteristik Respondent Berdasarkan Pendidikan
Berdasrkan tabel 5.2 di atas, maka lebih dari sebagian respondent berpendidikan SD/SR, yaitu sebanyak 5 orang atau 55,6%

c. Karakteristik Respondent Berdasarkan Agama
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Islam 8 88.9 88.9 88.9
kristen 1 11.1 11.1 100.0
Total 9 100.0 100.0

Tabel 5.3. Karakteristik Respondent Berdasarkan Agama
Berdasrkan tabel 5.3 di atas, maka mayoritas respondent beragama Islam, yaitu sebanyak 8 orang atau 88,9%
4.1.2 Perbedaan Tekanan Darah Lansia Sebelum Dan Sesudah Perlakuan
Rata-rata tekanan darah lansia sebelum dilakuan pemebrian menimun adalah 168,6667 dan turun menjadi 157,7778 setelah diberikan mentimun, atau dengan kata lain terjadi penurunan tekanan darah sebesar 10.8889.
Berdasarkan Uji analisis Paired T Test dengan tingkat kemaknaan p<0,05 menggunakan SPSS versi 11.5 didapatkan nilai p=0,033 < 0,05 yang berarti Ho ditolak, atau dengan kata lain ada perbedaan tekanan darah yang signifikan sebelum dan sesudah meminum mentimun

4.2 Pembahasan
4.2.1 Hipertensi
Hipertensi didefenisikan oleh Joint National Committee On Detection, Evaluation And Treatment Of High Blood Pressure (JNC) sebagai peningkatan tekanan yang lebih tinggi dari 140/90mmHg dan diklasifikasikan sesuai derajat keparahanya, mempunyai rentang dari tekanan darah (TD) normal, tinggi, sampai hipertensi malignan (Doenges: 1999)
Hipertensi esensial mulai terjadi seiring bertambahnya umur (http://www.nursingbrainriza. blogspot.com: 2008), berhubungan dengan hal tersebut maka lansia memiliki resiko yang lebih tinggi untuk terkena hipertensi.
Begitu juga dengan jenis kelamin, pria lebih banyak yang menderita penyakithipertensi dari pada wanita (39% pria dan 31% wanita). Prevalensi hipertensi primer pada wanita sebesar 22%-39% yang dimulai dari umur 50 sampai lebih dari 80 tahun, sedangkan pada wanita berumur kurang dari 85 tahun prevalensinya sebesar 22% dan meningkat sampai 52% pada wanita berumur lebih dari 85 tahun. (http://www.nursingbrainriza. blogspot.com: 2008).
Bila tidak diobati dengan baik hipertensi dapat mengganggu kehidupan lansia. Seperti terjadinya penyakit gagal jantung, ginjal dan stroke, dan kematian.
Hasil penelitian, subek diketahui lebih dari sebagian berjenis kelamin perempuan. Hal ini kemungkinan dapat disebabkan karena sebagian besar penghuni panti adalah perempuan. Hal ini uga sependapat dengan teori yang mengatakan bahwa peremuan lebih besar kemungkinan terkena hipertensi dibandingkan dengan laki-laki (Doenges: 1999)

4.2.2 Pengaruh Pemberian Mentimun Terhadap Tekanan Darah Hpertensi
Mentimun (Cucumis Sativus) tidak hanya banyak terdapat di Indonesia. Mentimun juga dipercaya masyarakat dapat meurunkan tekan darah karena kandungan mineralnya yaitu potassium, magnesium, dan pospor. Selain itu mentimun bersifat diuretic karena kandungan airnya yang tinggi sehingga membantu menurunkan tekanan darah” Meilinasari, SKM, MKes dari Politeknik Kesehatan Jakarta,(Genie:2009)
Penelitian ini telah dilakukan untuk mengetahui perbedaan tekanan darah lansia sebelum diberi mentimun dan sesudah diberi mentimun. Berdasarkan hasil uji statistic paired T test diketahi bahawa ada perbedaan antara tekanan darah lansia sebelum diberi mentimun dan sesudah diberi mentimun. hasil penelitian tersebut sependapat dengan pernyataan Meilinasari dari Politeknik Kesehatan Jakarta, seperti tersebut di atas.

BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN


5.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adala:
a. Lebih dari sebagian respondent berjenis kelamin perempuan, 55,6%, dan mayoritas beragama Islam, yaitu sebesar 88,9%
b. Setelah diberi mentimun, rata-rata tekanan darah lansia turun sebesar 10.8889
c. Ada perbedaan signifikan antara tekanan darah lansia sebelum diberi mentimun dan setelah diberi mentimun.

5.2. Saran
a. Bagi Lansia
Lansia dapat memanfaatkan mentimun sebagai obat alternatif untuk menurunkan tekanan darahnya.
b. Bagi Petugas UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pasuruan
Dapat menambah wawasan dan bahan masukan dalam menurunkan tekanan dara pasien hipertensi di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pasuruan
c. UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pasuruan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan dan pertimbangan dalam membuat kebijakan-kebijakan perawatan klien hipertensi di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pasuruan
d. Bagi profesi keperawatan
Diharapkan penelitian ini dapat memberikan masukan bagi profesi keperawatan dalam mengembangkan keperawatan lansia dengan Hipertensi. Perawat dapat menggunakan obat-obatan alami, metimun dan merawat klien hipertensi


DAFTAR PUSTAKA

Genie (2009). Atasi hipertensi dengan timun. http://www.warintek.ristek.go.id Diakses 10 Oktober 2009

Notoatmodjo Soekidjo (2002) Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta

Notoatmodjo Soekidjo. (2003). Promosi Kesehatan Dan Ilmu Perilaku. Jakarta: PT Rineka Cipta

Nugroho Wahjudi. (2008). Keperawatan Gerontik & Geriatri. Jakarta : EGC

Nugroho Wahjudi.( 2000). Keperawatan Gerontik. Jakarta : EGC

Nursalam. (2008). Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan:Pedoman Skripsi, Tesis Dan Instrumen Penelitian Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika

Suharso Rahman (2007) Mengobati Sariawan, Darah Tinggi, dan Kulit Keriput http://lesson-11-health.blogspot.com. Diakses 10 Oktober 2009.

Sunaryo .(2004). Psikologi Keperawatan. Jakarta EGC

______ (2009). Empat belas masalah kesehatan utama pada lansia. (www.wordpress.com), diakses tgl 17- 06- 2009. Jam 15.31 wib

Amirin Tatang.M. (2009). Sampel, Sampling, Dan Populasi Penelitian (Bagian I: Konsep Dasar). www.tatangmanguny.wordpres.com. Di akses tanggal 10-09-2009 jam 14.30

Dian Ibnu Wahid. (2008). Hipertensi pada Lansia. Di akses tanggal 10-09-2009 jam 15.10 www. Diyoyen blogspot.com.

_______ (2009). Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Hipertensi www.Nurse87’s Blog.htm.com di akses tgl 03062009// 15.32 wib

________(2009). Keperawatan Gerontik.htm. Www.Blogspot.Com. diakses tgl 17.06.09. jam 20.25. wib

________ (2008). Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi) « Untuk Otak Kanan Dan Kiri.htm. www. Wordpress.com. diakses tgl 10.06.09. jam 20.18. wib

______ (2007). Hipertensi pada lansia Kontrol Ketat Cegah Komplikasi. Www. One_News. Majalahfarmacia.com di aksese tanggal 17062009// 09.27 wib.

_______(2007). Pentingnya Penanganan Hipertensi Pada Usila. www. Balipost.Com. diaksese tgl 17062009/ 09.40 wib

Sumadi (2008)).Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Hipertensi.www.Nurse87’s Blog.htm. www.wordpress.com diakses tgl 03062009// 15.32 wib

______(2008).462 Diet Bagi Penderita Hipertensi.Htm www.Smallcrabcom . diakses tgl 17062009. 09.38 wib

Muhaimin. (2008 ). Penyakit Hipertensi (www.indoskripsi.com) diakses tgl 17.06.09 // 09.58. wib

Yayanakhyar . (2008) Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien Yang Berobat Di Poliklinik Dewasa Puskesmas Bangkinang Periode Januari Sampai Juni 2008. (Http://.wordpress.com). Di akses tgl 17062009. Jam 09.15 wib

________(2008 ). Siapkanlah Agar Hari Tua Bahagia.htm. Www. Compas.com. diakses tgl 23062009 15.35. wib

Departemen sosial RI. (2001). Acuan Umum Pelayanan Kesejahteraan Sosial Lnjut Usia. Jakarta : Depkes dan Kesejahteran Sosial Direktorat Jenderal Pelayanan Sosial Direktorat Kesejahteraan Anak, Keluarga dan Lanjut Usia. Departemen Sosial RI

_______(2007). Penduduk Lansia Di Indonesia Dan Masalah Kesejahteraanya”. Www. Depsos.go.id. diakses tgl 23.06.09 //// 14.18 wib

_______ (2009).Rahasia Bugar Di Usila www.suaramedia.com 23 juni 2009 16.09 wib

_______ (2008). Exsistensi Lansia Diindonesia. Www. Suara karya online.com 23.06.09 ////16.09. Wib

_______ (2008).Menyongsong Lansia Tetap Sehat Dan Berguna WWW, majalah FARMACIA- ARTIKEL. com .one_finenews.asp. 23.06.09 16.02 WIB

______ (2007). Obat Tradisional. http://obattradisional.blogdetik.com. Diakses 10 Oktober 200



Lampiran 1: Uji Normalitas Kolmogorov Smirnov

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

sistol pra test sistol post test
N 9 9
Normal Parameters(a,b) Mean 168.6667 157.7778
Std. Deviation 32.49615 21.08185
Most Extreme Differences Absolute .273 .311
Positive .273 .311
Negative -.189 -.200
Kolmogorov-Smirnov Z .818 .932
Asymp. Sig. (2-tailed) .515 .350
a Test distribution is Normal.
b Calculated from data.



Lampiran 2: Uji Paired Sampel T Test