Minggu, 01 November 2009

askep ispa







ISPA
(Infeksi Saluran Pernafasan Akut)

1. Konsep Dasar Medis
1.1 Pengertian
1.1.1 ISPA adalah radang akut saluran pernafasan atas maupun bawah yang disebabkan oleh infeksi jasad renik bakteri, virus maupun riketsia tanpa disertai radang parenkim paru.
ISPA adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh manusia mulai organ hidung hingga alveoli beserta organ seperti sinus-sinus rongga telinga tengah dan pleura dan berkembang biak yang berlangsung sampai dengan 14 hari (Depkes RI,
1996 : 4).
1.2 Etiologi
ISPA dapat disebabkan oleh virus, bakteri maupun riketsia, infeksi bakterial. Penyebab ISPA antara lain adalah dari genus Streptokokus, Pnemokokus, Hemofilus, Bordetella dan Korinebakterium. Virus penyebab ISPA antara lain adalah golongan miksovirus, Adenovirus, Koronavirus, Pikornavirus, Mikoplasma, Herpesvirus, dll.
1.3 Patogenesis
Syndrom Imotil pengobatan dengan O2 konsentrasi  asap rokok gas O2 Terapi stostatika radiasi, Px Neoplasma ganas



Lapisan mucosa dengan silia terganggu Me  kemampuan magrofak untuk membunuh bakteri lg A 


Daya tahan tubuh 



Penyempitan saluran nafas


Sekret menumpuk Bakteri, virus, riketsra menumpuk Infeksi saluran nafas (alveoli)



Gangguan pertukaran Sesak nafas
Ketidakefektifan jalan nafas s/d penumpukan sekret yang berlebih


Gangguan pola tidur b/d dengan sering terbangun sekunder akibat gangguan pernafasan Gangguan rasa nyaman b/d sesak nafas

Saluran pernafasan selama hidup selalu terpapar dengan dunia luar sehingga dibutuhkan suatu sistem pertahanan yang efektif dan efisien dari sistem saluran pernafasan ini.
Ketahanan saluran pernafasan terhadap infeksi maupun partikel dangas yang ada di udara sangat tergantung pada 3 unsur alamiah yang selalu terdapat pada orang sehat yaitu :
1. Utuhnya epitel mukosa dan gerak mukosilia.
2. Makrofag alveoli
3. Antibodi setempat
Sudah menjadi suatu kecenderungan bahwa terjadinya infeksi bakterial, mudah terjadi pada saluran nafas yang telah rusak, sel-sel epitel mukosanya yang disebabkan oleh infeksi-infeksi yang terdahulu :
Keutuhan gerak lapisan mukosa dan silia dapat terganggu oleh karena :
1. Asap rokok dan gas SO2 Polutan utama adalah pencemaran udara
2. Sindroma Imotil
3. Pengobatan dengan O2 konsentrasi tinggi (25% atau lebih)
Makrofag biasanya banyak terdapat di alveoli dan baru akan di mobilisasi ke tempat-tempat dimana terjadi infeksi. Asap rokok menurunkan kemampuan makrofag membunuh bakteri, sedang alkohol menurunkan sel-sel ini.
Antibodi setempat pada saluran nafas adalam lg A yang banyak terdapat infeksi saluran pernafasan seperti pada keadaan defisiens lg A pada anak. Mereka dengan keadaan-keadaan imunodefesiensi juga akan mengalami hal yan serupa seperti halnya pederita-penderita yang mendapat terapi sitotatik, radiasi, penderita dengan neoplasma yang ganas.
Gambaran klinik radang oleh karena infeksi sangat tergantung pada :
 Karakteristik inokulum
 Daya tahan tubuh
 Umur seseorang
- Karakteristik inokulum sendiri terdiri dari besarnya aerosol, tingkat jasad renik dan besarnya (jumlah) jasad renik yang masuk.
- Daya tahan tubuh telah disebut di depan terdiri dari utuhnya sel epitel mukosa dan gerak mukosilia, makrofag, alveoli dan Ig A
- Umur punya pengaruh besar terutama pada ISPA saluran pernafasan bawah anak dan bayi akan memberikan gambaran klnik yang lebih jelek bila dibandigkan dengan orang dewasa terutama penyakit-penyakit yang disebabkan oleh infeksi pertama karena virus pada mereka ini tampak lebih berat karena belum diperoleh kekebalan alamiah. Pada orang dewasa mereka memberikan gambaran klinik yang ringan sebab telah terjadi kekebalan yang diberikan oleh infeksinya yang terdahulu.
Penyebaran infeksi
Pada ISPA dikenal 3 cara yaitu :
1. Melalui aerosol yang lembut terutama oleh karena batuk-batuk.
2. Melalui aerosol yang lebih kasar, terjadi pada waktu batuk dan berssin.
3. Melalui kontak langsung atau tidak langsung dari benda-benda yang telah dicemari jasad renik.
Pada infeksi virus transmisi diawali dengan penyebaran virus terutama melalui bahan sekresi hidung virus ISPA terdapat 10 – 100 kali lebih banyak dalam mukosa hidung daripada mukosa faring, dari beberapa penelitian klinik, labolatorium, maupun di lapangan diperoleh kesimpulan bahwa sebenarnya kontak “hand to hand” merupakan modus yang terbesar bila dibandingkan dengan cara penularan aerogen yang semula banyak diduga.
1.4 Klasifikasi penyakit
1.4.1 Umur 2 bulan sampai < 5 tahun
1) Pneumonia berat, 2) Pneumonia, 3) Bukan Pneumonia
1.4.2 Umur kurang 2 bulan
1) Pneumonia berat, 2) Bukan Pneumonia
1.5 Gejala
1.5.1 Umur 2 bulan sampai < 5 tahun
1) Pneumonia berat : tarikan dinding dada kedalam
2) Pneumonia
(1) Tak ada tarikan dinding dada ke dalam
(2) Nafas cepat
- 2 bulan sampai < 12 bulan kurang lebih 50 kali permenit
- 1 sampai < 5 tahun kurang lebih 40 kali permenit
3) Bukan pneumonia
(1) Tidak ada tarikan dinding dada kedalam
(2) Tidak ada nafas cepat
- 12 bulan sampai < 5 tahun kurang 40 kali permenit
- 1 sampai < 5 tahun kurang 40 kali permenit
1.5.2 Umur kurang 2 bulan
1) Bukan pneumonia
(1) Tidak ada nafas cepat : kurang 60 kali permenit
(2) Tidak ada tarikan dinding dada dalam
2) Pneumonia berat
(1) Nafas cepat : kurang lebih 60 kali permenit
(2) Tarikan dinding kedalam kuat
1.6 Penentuan ada tidaknya bahaya
1.6.1 Tanda bahaya umur 2 bulan sampai < 5 tahun ialah :
1) Tidak bisa minum, 2) kejang, 3) kesadaran menurun, 4) stridor,
5) gizi buruk
(Anak yang mempunyai salah satu tanda bahaya diatas harus segera dirujuk ke rumah sakit)
1.6.2 Tanda bahaya umur kurang 2 bulan adalah
1) Kurang bisa minum, 2) kejang, 3) kesadaran menurun, 4) stridor
1.7 Penatalaksanaan
1.7.1 Umur 2 bulan sampai < 5 tahun
1) Bukan Pneumonia
(1) Bila batuk > 30 hari rujuk, 2) obati penyakit lain bila ada,
3) nasehati untuk perawatan di rumah, 4) bila ada wheezing obati, 5) kunjungan ulang 5 hari bila tidak ada perubahan.
2) Pneumonia
(1) Nasehati ibu untuk perawatan di rumah
(2) Beri antibiotik (kotrimoksasol) selama 5 hari
- < 2 bulan : 2 kali 1/8 tablet
- 2 bulan - < 6 bulan : 2 kali ¼ tablet
- 6 bulan - < 3 tahun : 2 kali ½ tablet
- 3 tahun - < 5 tahun : 2 kali 1 tablet
(3) Anjurkan ibu untuk kontrol 2 hari atau lebih cepat bila keadaan memburuk
(4) Bila demam beri parasetamol
- 2 bulan - < 6 bulan : 4 kali 1/8 tablet
- 6 bulan - < 3 tahun : 4 kali ¼ tablet
- 3 tahun - < 5 tahun : 4 kali ½ tablet
(5) bila wheezing, obati
3) Pneumonia berat
(1) Rujuk segera ke sarana rujukan, 2) beri antibiotika satu dosis bila sarana rujukan jauh, 3) bila demam obati, 4) bila wheezing obati.
4) Periksa dalam 2 hari anak yang diberi antibiotika
(1) Tanda membaik
- Nafasnya lebih lambat
- Panasnya turun
- Nafsu makan membaik
- Tindakan : teruskan pemberian antibiotika sampai 5 hari
(2) Tanda tidak berubah
- Tindakan : ganti antibiotika atau rujuk ke sarana rujukan
(3) Tanda memburuk
- Tidak dapat minum
- Ada tarikan dinding dada
- Ada tanda bahaya
- Tindakan : kirim segera ke sarana rujukan
1.7.2 Umur kurang 2 bulan
1) Bukan pneumonia
(1) Beri nasehat perawatan di rumah
- Jaga agar bayi tidak kedinginan
- Teruskan pemberian ASI dan beri ASI lebih sering
- Bersihkan hidung bila tersumbat
(2) Anjurkan ibu untuk kembali kontrol, bila :
- Keadaan bayi memburuk
- Nafas menjadi cepat
- Bayi sulit bernafas
- Bayi sulit untuk minum
2) Pneumonia berat
(1) Kirim segera ke sarana rujukan
(2) Beri antibiotika satu dosis
1.7.3 Pengobatan wheezing
1) Wheezing serangan pertama
(1) Dengan distres pernafasan, beri bronkodilator kerja cepat : epinefrin (adrenalin) Subkutan 1 : 1000 = 0,1% dengan dosis ml per kg (gunakan seprit BCG)
(2) Tanpa distres pernafasan, beri salbutanol selama 5 hari
- 2 bl - < 12 bl (< 10 kg), dosis 2 mg 3 kali ½ tablet
- 1 th – 5 th (10 – 19 kg), dosis 2 mg 3 kali 1 tablet
2) Wheezing yang berulang
(1) Beri bronkodilator kerja cepat
(2) Periksa 30 meni kemudian, bila :
- Ada distres pernafasan atau tanda bahaya : obati sebagai pneumonia berat (rujuklah ke sarana kesehatan).
- Tanpa distress pernafasan dengan : nafas cepat, obati sebagai pneumonia (beri obat salbutamol oral dan antibiotik peroral). Tanpa nafas cepat, obati sebagai bukan pneumonia (beri obat salbutamol oral).
1.8 Pencegahan
Keadaan gizi dan status lingkungan sangat berpengaruh terhadap pencegahan ISPA :
1.8.1 Mengusahakan agar anak mempunyai gizi baik
1.8.2 Mengusahakan kekebalan anak dengan imunisasi
1.8.3 Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan
1.8.4 Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA
1.8.5 Pengobatan segera
1.9 Dampak ISPA
1.9.1 Pengurangan absorbsi makanan
1.9.2 Kehilangan nutrisi air
1.9.3 Pengurangan masukan makanan akibat anoreksia
1.9.4 Peningkatan kebutuhan metabolic
1.10 Perawatan ISPA di Rumah
1.10.1 Pemberian Makanan
1) Berilah makanan secukupnya selama sakit
2) Berilah makanan sedikit-sedikit dan sesering mungkin hila anak muntah
3) Tambahlah jumlah makanan bila nak sembuh
1.10.2 Pemberian cairan
1) Berilah anak minuman lebih banyak dari biasanya
2) Tingkatkan pemberian air susu ibu
1.10.3 Bersihkan ingus anak agar tidak mengganggu pernafasan
1.10.4 Pemberian obat pereda batuk
Berilah obat batuk yag aman dan sederhana (misalnya : campuran ½ sendok air jerul nipis dengan ½ sendok madu, diberikan 3 kali sehari).
1.10.5 Amatilah tanda-tanda penyakit bertambah berat, seperti :
1) Sesak nafas, 2) nafas menjadi cepat, 3) anak tidak mampu minum (Bawalah segera ke petugas kesehatan bila di dapat tanda-tanda penyakit menjadi lebih berat).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar