Minggu, 01 November 2009

askep nyeri

BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN NYERI
Menurut International Association For Study Of Pain ( IASP ) dalam situs wikipedia. Nyeri adalah sensori subjective dan emosional yang tidak menyenangkan yang didapat terkait dengan kerusakan jaringan aktual maupun potensial, atu menggmbarkan kondisi terjadinya kerusakan. Sedangkan secara umum keperawatan mendefinisikan nyeri sebagai apapun yang menyakitkan tubuh yang dikatakan individu yang mengalaminya, yang ada kapanpun individu mengatakannya. ( Wikipedia, Desember 2007 )
Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan bersifat sangat subjective karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala dan tingkatannya dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya ( A. Alimul Azis, 2006 )
 Menurut Arthur C Curton ( 1983 ) dalam buku KDM Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan mengatakan bahwa nyeri merupakan suatu mekanisme produksi bagi tubuh, timbul ketika jaringan sudah rusak dan menyebabkan individu tersebut bereaksi untuk menghilangkan rangsangan nyeri.

B. SIFAT-SIFAT NYERI
Menurut Retno P dalam situs wikipedia menyebutkan sifat-sifat nyeri sebagai berikut :
 Nyeri melemahakan dan membutuhkan banyak energi
 Nyeri bersifat individual dan subjective.
 Nyeri tidak dapat dinilai secara objective.
 Pengkajian nyeri hanya dapat dilihat dari perubahan fisiologis tingkah laku dan dari pernyataan klien.
 Hanya klien yang mengerti kapan nyeri datang dan seperti apa rasanya.
 Nyeri merupakan pertahanan fisiologis.
 Nyeri merupakan tanda peringatan adanya kerusakan jaringan.
 Nyeri mengawali ketidakmampuan.
 Persepsi nyeri yang salah menyebabkan manajemen nyeri jadi tidak optimal.
Menurut mahon dalam situs wikipedia, mengemukakan atribut nyeri adalah sebagai berikut :
 Nyeri bersifat individu.
 Nyeri tidak menyenangkan.
 Merupakan suatu kemampuan yang mendominasi.
 Bersifat tidak berkesudahan.

C. FISIOLOGI NYERI
Proses nyeri mulai stimulus hingga terjadinya pengalaman subjective nyeri adalah suatu seri kejadian elektrik dan kimia yang bisa dikelompokkan menjadi 4 proses :
a. Tranduksi
Dimulai dari stimulus nociceptor ( reseptor nyeri ) oleh stimulus nyeri dijaringan, yang akan mengakibatkan stimulus nosiceptor dimana akan dirubah menjadi potebsial aksi.
b. Transmisi
Dimulai dari pengiriman potensial aksi kepada susunan saraf pusat yang berhubungan dengan nyeri. Kemudian impul tersebut dikirim dari neuron aferen primer kepada kornu dorsalis. Pada kornu dorsalis neuro aferen akan bersinaps dengan neuron susunan syaraf pusat. Dari susunan jaringan neuron tersebut akan naik ke medula spinalis menuju kebatang otak dan talamus, selanjutnya dari batang otak dan talamus akan dikirimkan kepusat otak yang lebih tinggi yang berfungsi sebagai respon persepsi nyeri.
c. Modulasi
Termasuk dalam proses transmisi yang berfungsi sebagai proses pengaktifan sinyal. Tempat modulasi sinyal yang paling diketahui adalah cavum dorsalis.
d. Persepsi
Dimana pesan nyeri di relai menuju otak dan menghasilkan pengalaman yang tidak menyenangkan.
Terdapat dua serabut syaraf aferen primer nosiseptif yaitu serabut A dan serabut C.

D. RESPON TERHADAP NYERI.
Respon perilaku terhadap nyeri ada 4 macam yaitu :
1. Pernyataan Verbal
Respon nyeri yang diungkapkan dengan verbal ( mengaduh, menangis, suara nafas, mendengkur )
2. Ekspresi Wajah
Respon nyeri yang diungkapkan dengan mimik wajah ( meringis, menggaletukkan gigi, menggit bibir )
3. Gerakan Tubuh
Contohnya adalah gelisah, imobilisasi, ketegangan otot, peningkatan jari dan tangan.
4. Kontak Dengan Orang Lain / Interaksi Sosial.
Contoh tindakannya adalah menghindari percakapan, menghindari kontak sosial, penurunan rentang perhatian, berfokus pada penghilangan rasa nyeri.

E. KLASIFIKASI NYERI
Secara umum dibedakan menjadi 2 macam, yaitu :
1. Nyeri Akut
merupakan nyeri secara umum yang timbul secara mendadak dan cepat menghilang yang tidak melebihi 6 bulan. Biasanya disebabkan oleh penyakit dan merupakan reaksi biologis yang merupakan suatu peringatan bagi pasien untuk mencari pertolongan. Nyeri ini merupakan suatu rangsangan yang sering mengakibatkan gerakan yang tak terkendali ( refleks ) segera setelah respon dari corteks serebri.
2. Nyeri Kronik
nyeri kronik merupakan nyeri yang timbul secara perlahan biasanya berlangsung dalam waktu yang cukup lama, yaitu lebih dari 6 bulan, contohnya nyeri akibat Ca, nyeri psikomatis.
Nyeri juga dapat diklasifikasikan berdasarkan sifat terjadinya, antara lain :
1) Nyeri Tertusuk
2) Nyeri Terbakar
Dari buku lain disebutkan klasifikasi nyeri itu berdasarkan penyebabnya :
1) Nyeri Nosiseptif : Nyeri somatik, dan nyeri fiseral
2) Nyeri Non Nosiseptif :Nyeri neuropatik, nyeri psikogenik.
Nyeri nosiseptif adalah nyeri yang timbul sebagai akibat rangsangan nosiseptor oleh rangsangan mekanik, kimia atau termal.
Nyeri somatik adalah nyeri yang timbul pada organ non visera ( berongga )
Nyeri visera adalah nyeri yang berasal dari organ berongga biasanya akibat distensi organ yang berongga. Misalnya usus, kandung empedu, pankreas, jantung.
Nyeri neuropatik adalah nyeri akibat iritasi atau trauma pada syaraf. Nyeri sering kali persisten walaupun penyebabnya sudah tidak ada.
Nyeri psikogenik adalah nyeri yang tidak memenuhi kriteria nyeri somatik dan nyeri neurologik, dan memenuhi kriteria untuk depresi atau kelainan psikosomatik.
Beberapa bentuk nyeri yang tidak dikelompokkan dalam klasifikasi diatas adalah sebagai berikut :
1) Nyeri Fantom
Nyeri yang dirasakan bagian tubuh yang baru diamputasi; pasien merasa bahwa bagian yang diamputasi itu masih ada.
2) Nyeri Pindah
Nyeri yang dirasakan ditempat lain, bukan ditempat kerusakan jaringan yang menyebabkan nyeri. Misalnya nyeri pada infark miokard yang dirasakan di bahu kiri.
3) Nyeri Sentral
Yaitu nyeri yang diduga berasal dari otak atau medulla spinalis, misalnya pada pasien stroke.
4) Nyeri Tabetik
Nyeri neuropatik yang timbul sebagai komplikasi dari sifilis.
5) Alodinia
Nyeri ini biasanya ditemukan pada nyeri neuropatik, misalnya neuralgia pasca herpetic, sindrom nyeri regional kronik dan neuropati perifer lainnya.

6) Hiperpatia
Nyeri yang berlebihan yang ditimbulkan rangsangan berulang. Kulit pada daerah hiperpatia biasanya tidak sensitive terhadap rangsangan yang ringan.
7) Distensi
Keadaan ini adalah parastesi yang nyeri, misalnya distensi akibat kompresi nervus femoralis lateralis akan memberikan dampak nyeri pada sisi lateral tungkai.
8) Parestesi
Nyeri seperti ditusuk jarum.
9) Hiporstesia
Turunnya sensisifitas nyeri.
10) Analgesia
Hilangnya rangsangan nyeri
11) Anaestesia Dolorosa
Nyeri yang timbul didaerah hipoestasia atau didesensitisasi.
12) Neuralgia
Nyeri yang timbul disepanjang distribusi suatu persyarafan.
13) Nyeri Inflamasi
Misalnya pada penderita artritis, proses nyeri terjadi karena pelepasan berbagai biokimiawi selama proses terjadi.
14) Nyeri Psikogenik
Nyeri merupakan kelainan psikiatrik, psikosomatis dan depresi terselubung. Misalnya kecelakaan, sering kali menunjukkan perilaku posttraumatil stres disorder, dimana pasien selalu merasa dirinya sakit, walaupun secara medis kelainan fisiknya sudah sembuh.
F. PENATALAKSANAAN
1. Farmakologis
a. Analgesik Sederhana
Contohnya parasetamol dan aspirin
b. Obat AINS
Obat ini sering digunakan untuk nyeri semacam artritis dan nyeri muskuloskeletal serta nyeri lain yang diakibatkan oleh peradangan. Contoh obat asam fenamat dan ibuprofen.
c. Analgesik Opioid
Contoh kodein, oksi-kodon, morfin dan lain-lain. Obat ini biasanya tidak digunakan untuk terapi usia lanjut karena memiliki efek samping sentral, ketergantungan dan efektifitasnya tidak lebih dari parasetamol.
d. Anti Konvulsan
Pada usia lanjut digunakan untuk nyeri pasca herpatica, nyeri pasca stroke dan nyeri neuropati perifer. Efek samping berupa penurunan konsentrasi dan sejenisnya. Obatnya antara lain karbamasepin, valproat sodium, dan fenitonin.
e. Anti Depresan
Anti depresan bukan pilihan alternatif untuk depresi pada lansia karena efek kolinergiknya. Contohnya adalah amiltripin.
f. Obat-Obat Yang Lain
Kapasin ( zat aktif dari cabe / lombok ) digunakan untuk nyeri neuropatik. Meksiletin fungsinya sama dengan kapasin tetapi memilih efek pada jantung, klonidin memilih efek lebih rendah dari kapasin dan meksiletin.



2. Non Farmakologis
a. Block Syaraf
Yaitu dengan anastesi lokal jangka panjang ditambahkan dengan steroid dapat meringankan nyeri bahu, dada dan paha.
b. Injeksi Pada Sendi
Injeksi pada sendi dengan anastesi lokal dan steroid dapat mempengaruhi nyeri dan radang pada sendi spinal. Prosedur ini dilakukan dengan bimbingan stroke.
c. Terapi Stimulasi
 ENS yaitu dengan menggunakan bantal khusus yang dihubungkan dengan mesin kecil yang menghantarkan aliran listrik lemah kepermukaan kulit dari area nyeri.
 Akupuntur
d. Program Manajeman Nyeri Dan Bantuan Psikologis
Merupakan program rehabilitasi berdasarkan psikologis untuk pasien dengan nyeri kronis yang tidak pulih dengan metode terapi. Program ini bertujuan untuk mengurangi disabilitas dan disstres yang disebabkan oleh nyeri kronik melalui pengajaran fisik, psikologis dan tekhnik praktis untuk mengurangi nyeri. Hal yang dapat dilakukan antara lain edukasi tentang nyeri dan akibatnya konseling, relaksasi, tekhnik pengalihan, meditasi juga bermanfaat dalam pengurangan rasa nyeri.
e. Pembedahan
Terapi ini merupakan lini terakhir yang dilakukan bila semua usaha untuk mengurang nyeri gagal.

Dari sumber lain yang dikemukakan oleh melzack dan wall ( 1991 ) dalam buku nyeri persalinan yang disusun oleh Mander, menyebutkan ada 2 macam terapi non farmakologis :
1. Modulasi Psikologis Nyeri
yang termasukdalam kategori ini adalah :
a. Relaksasi ( pengurangan ketegangan )
b. Hipnoterapi ( penggunaan hipnosis untuk suatu kepatuhan dan kondisi seperti tidur dalam terapi kondisi)
c. Imajinasi, dengan cara menciptakan bayangan yang mengurangi keparahan nyeri atau yang terdiri dari pengganti yang lebih dapat diterima dan tidak nyeri.
d. Umpan balik psikologis, sama dengan relaksasi tetapi digunakan untuk sakit kepala, tetapi dalam perkembangan selanjutnya dapt digunakan pada persalinan untuk mengurangi nyeri.
e. Psikoprofilaksis
Merupakan pencegahan nyeri dengan metode psikologi, meliputi beberapa aspek yatu pemberian informasi, latihan relaksasi, strategi koping dan latihan pernafasan.
2. Modulasi Sensorik Nyeri
Yang termasuk dalam kategori ini adalah :
a. Terapi Manual
 Masase yaitu melakukan tekanan tangan ( lunak ) biasanya otot, tendon atau ligamentum. Tanpa menyebabkan pergerakan atau perubahan sendi.
 Sentuhan Terapeutik
Suatu bentuk masase yang lebih khusus, yang dapat digunakan untuk meredakan nyeri dan mengadopsi kerangka kerja teorinya dari timur ( kekeluargaan ).
 Terapi quasi-manual merupakan bentuk terapi manual dan tekhnologis.
 Akupuntur pengendalian nyeri dengan penusukan jarum didaerah tertentu.
 Akupresure yaitu masase di atas daerah akupuntur.
b. Intervensi Bukan Manual
o TENS kerja utama adalah menutup gerbang nyeri bagi perjalanan impuls nyeri. Ada juga yang digunakan untuk pelepasan endorfia.
o Musikdigunakan untuk terapi keadaan kronis yang menggambarkan gangguan emosional.
o Hidroterapi, air digunakan untuk menyamankan atau menyembuhkan.
o Posisi, postur dan ambulasi, hal ini dapat meringankan nyeri.
o Lingkungan yang mendukung.

G. MEDITASI
1. Pengertian
Meditasi adalah sebagai suatu peningkatan konsentrasi dan kesadaran, suatu proses untuk menjernihkan pikiran dan hanyut dalam momen yang sedang berlangsung ( palupi,2003 )
Kata lain atau manfaat meditasi adalah menenangkan pikiran dengan mendiamkan tubuh dan meredakan segala pikiran serta perasaan yang menyebabkan stress.
2. Jenis Meditasi
a. Meditasi Eksklusif
Meditasi eksklusif juga disebut sebagai meditasi konsentrasi. Ada lima metode untuk membantu memusatkan perhatian pada satu pikiran, antara lain :
 Pengulangan Mental
pengulangan mental merupakan pikiran yang diulang berkali-kali, misalnya dengan mengucapkan “ OM “ secara terus menerus.
 Konsentrasi Penglihatan
Tekhnik ini melibatakan penatapan terhadap suatu benda atau bengunan. Misalnya dengan melihat lilin, pemandangan dan lain-lain.
 Bunyi Berulang
Contoh bunyi berulang antara lain bel, lonceng, atau kenthongan budha.
 Gerakan Fisik Berulang
Gerakan yang berulang seperti bernafas dan bentuk olahraga aerobik ritmik ( misalnya : berlari, berenang atau berjalan )
 Gerakan Taktil ( Sentuhan )
memegang atau memanipulasi objek kecil seperti batu, kerang atau kuncup mawar.
b. Meditasi Luklusif
Meditasi jenis ini sangat mirip dengan asosiasi bebas yaitu pikiran menerawang tanpa tujuan, pikiran menerawang tanpa tujuan dengan lebih terbuka terhadap ide-ide yang mungkin dapat membantu menyelesaikan masalah.
3. Respon Relaksasi
Dr. Harbert Benson dalam buku manajemen stress menyebutkan 4 komponen :
a. Lingkungan Yang Tenang
Lingkungan yang tenanga adalah lingkungan dimanapun yang dapat membuat relax tanpa terganggu. Mungkin diperlukan suara yang lembut untuk menyeimbangkan lingkungan.
b. Posisi Yang Nyaman
Carilah posisi yang nyaman dengan punggung tegak, tubuh harus rileks. Posisi dapat dilakukan dengan duduk atau tidur.
c. Peralatan Mental
Peralatan mental adalah metode yang digunakan untuk mengganti semua pikiran lain. Peralatan mental antara lain : pembacaan mantra, pernafasan diafragma dan lain-lain.
d. Sikap Pasif
Yaitu sikap reseptif atau keadaan fisik yang tenang tidak dalamj keadaan tegang.
4. Imajinasi
Imajinasi mental merupakan suatu tekhnik untuk mengkaji kekuatan pikiran saat sadar maupun tidak sadar untuk dapat menciptakan bayangan gambar yang membawa ketenangan dan keheningan, sama saat seperti berlibur. Tekhnik ini sekarang juga dipakai sebagai sarana penyembuh untuk memulihkan kesehatan organ-organ tubuh yang mengalami kelainan atau penyakit ( seperti kanker ). Dengan membaynagkan organ tersebut dalam kondisi sehat keterampilan berimajinasi ini memerlukan pembentukan bayangan, pemandangan, atau impresi yang dapat menarik imajinasi anda berdasarkan indra penglihatan, pendengaran, pengecapan, penciuman, bahkan indra sentuhan.




5. Pelaksanaan Meditasi
no tindakan

1
2

1
2
3

1

2
3

4



5




6

7




1
2
3 A. Persiapan alat dan lingkungan
Tempat meditasi yang tenang
Media imajinasi
B. Persiapan lansia
Beritahu pada lansia tentang manfaat meditasi
Jelaskan prosedur pelaksanaan
Jelaskan posisi yang sesuai
C. Pelaksanaan
Posisikan klien sesuai keinginan ( duduk atau berbaring )
Minta klien menutup mata
Minta klien untuk memfokuskan perhatian pada pernafasan
Minta klien untuk membayangkan udara yang dihirup adalah udara yang bersih , murni dan memberikan kekuatan untuk membersihkan dan memulihkan tubuh lansia.
Minta klien untuk menghirup udara, bayangkan dan rasakan udara memasuki hidung melewati rongga hidung sampai ke bagian atas kepala kemudain punggung dan bersikulasi di daerah bagian bawah perut.
Minta klien untuk mengeluarkan nafas dan bayangkan udara yang keluar adalah racun atau nyeri.
Ulangi siklus pernafasan ini selama 5-10 menit.



D. Evaluasi
Klien merasa rilex
Klien mengatakan nyeri berkurang
Ekspresi wajah ( grimis (- ) )


ASUHAN KEPERAWATAN PADA MASALAH NYERI.
A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian pada masalah nyeri yang dapat dilakukan adlah adanya riwayat nyeri, keluhan nyeri seperti lokasi nyeri, intensitas nyeri, kualitas dan waktu serangan dapat dilakukan dengan cara PQRST.
▪ P ( Provokatif ) yaitu faktor yang mempengaruhi gawat atau ringannya nyeri
▪ Q ( Quality ) dari nyeri, seperti apakah rasa tajam, tumpul atau tersayat.
▪ R ( Region ) yaitu daerah perjalanan nyeri
▪ S ( severity ) adalah keparahan atau insensitas nyeri.
▪ T ( time ) adalah lama / waktu serangan nyeri.
Intensitas nyeri dapat diketahui dengan bertanya kepada pasien melalui skala nyeri berikut :
 Tidak nyeri :
0 : tidak nyeri
1 : nyeri ringan
2 : tidak nyaman
3 : mengganggu
4 : sangat mengganggu
 Sedikit nyeri :
0 : tidak nyeri
1 : nyeri ringan
2 : nyeri sedang
3 : nyeri parah
4 : nyeri sangat parah
 Parah / berat :
: tidak nyeri
0 : tidak nyeri
1 : sedikit nyeri
2 : nyeri sedang
3 : nyeri parah

B. Diagnosis Keperawatan
Terdapat beberapa diagnosis yang berhubungan dengan masalah nyeri, diantaranya :
1. Nyeri akut akibat fraktur panggul
2. Nyeri kronis akibat artrhitis
3. Gangguan mobilitas akibat nyeri pada ekstremitas.
4. Kurangnya perawatan diri akibat ketidakmampuan menggerakkan tangan yang disebabkan oleh nyeri persendian.
5. Cemas akibat ancaman peningkatan nyeri.

C. Perencanaan Keperawatan
1. Mengurangi dan membatasi faktor-faktor yang menambah nyeri.
2. Menggunakan berbagai tekhnik noninvasif untuk memodifikasi nyeri yang dialami.
3. Menggunakan cara-cara untuk mengurangi nyeri yang optimal, seperti memberikan analgesik sesuai dengan program yang ditentukan.


D. Pelaksanaan ( Tindakan ) Keperawatan
1. Mengurangi faktor yang dapat menambah nyeri, misalnya ketidakpercayaan, kesalahpahaman, ketakutan, kelelahan, dan kebosanan.
 Ketidakpercayaan. Pengakuan perawat akan rasa nyeri yang diderita pasien dapat mengurangi nyeri. Hal ini dapat dilakukan melalui pernyataan verbal, mendengarkan dengan penuh perhatian mengenai keluhan nyeri pasien, dan mengatakan pada pasien bahwa perawat mengkaji rasa nyeri pasien agar dapat lebih memahami tentang nyerinya.
 Kesalahpahaman. Mengurangi kesalahpahaman pasien tentang nyerinya akan mengurangi nyeri. Hal ini dapat dilakukan dengan memberitahu pasien bahwa nyeri yang dialami sangat individual dan hanya pasien yang tahu secara pasti tentang nyerinya.
 Ketakutan. Memberikan informasi yang tepat dapat mengurangi ketakutan pasien dengan menganjurkan pasien untuk mengekspresikan bagaimana mereka menangani nyeri.
 Kelelahan. Kelelahan dapat memperberat nyeri. Untuk mengatasinya, kembangkan pola aktifitas yang dapat memberikan istirahat yang cukup.
 Kebosanan. Kebosanan dapat meningkatkan rasa nyeri. Untuk mengurangi nyeri dapat digunakan pengalih perhatian yang bersifat terapeutik. Beberapa tekhnik pengalih perhatian adalah bernapas pelan dan berirama, memijat secara perlahan, menyanyi berirama, aktif mendengarkan musik, membayangkan hal-hal yang menyenangkan, dan sebaginya.
2. Memodifikasi stilmulus nyeri dengan menggunakan tekhnik-tekhnik seperti :
Tekhnik latihan pengalihan
▪ Menonton televisi
▪ Berbincang-bincang dengan oranglain
▪ Mendengarkan musik.
Tekhnik relaksasi.
o Menganjurkan pasien untuk menarin nafas dalam dan mengisi paru-paru dengan udara, menghembuskannya secara perlahan, melemaskan otot-otot tangan, kaki, perut, dan punggung, serta mengulangi hal yang sama sambil terus berkonsentrasi hingga didapat rasa nyaman, tenang dan rileks.
Stimulasi kulit.
o Menggosok dengan halus didaerah nyeri.
o Menggosok punggung.
o Menggunakan air hangat dan dingin.
o Memijat dengan air mengalir.
3. Pemberian obat analgesik, yang dilakukan guna mengganggu atau memblok transmisi stimulus agar terjadi perubahan persepsi dengan cara mengurangi kortikal terhadap nyeri. Jenis analgesiknya adalah narkotika dan buakan narkotika. Jenis narkotika digunakan untuk menurunkan tekanan darah dan menimbulkan depresi pada fungsi vital, seperti respirasi. Jenis bukan narkotika yang paling banyak dikenal dimasyarakat adalah aspirin, asetaminofen, dan bahan antiinflamasi nonsteroid. Golongan aspirin ( asetysalicylic acid ) digunakan untuk memblok rangsangan pada sentral dan perifer, kemungkinan menghambat prostaglandin yang memiliki khasiat setelah 15 sampai 20 menit dengan efek puncak obat sekitar 1-2 jam. Aspirin juga menghambat agregrasi trombosit dan antagonis lemah terhadap vitamin K, sehingga dapat meningkatkan waktu perdarahan dan protombin bila diberikan dalam dosis yang tinggi. Golongan asetaminofen sama seperti aspirin, akan tetapi tidak menimbulkan perubahan kadar protombin dan jenis nonsteroid anti inflamatori drug ( NSID ), juga dapat menghambat prostaglandin dan dosis rendah dapat berfungsi sebagai analgesik. Kelompok obat ini meliputi ibuprofen, mefenamid acid, fenoprofen, naprofen, zomepirac,dan lain-lain.
4. Pemberian stimulator listrik, yaitu dengan memblok dan mengubah stimulus nyeri dengan stimulus yang kurang dirasakan. Bentuk stimulator metode stimulus listrik meliputi :
▪ Transcutaneus electrical stimulator ( TENS ), digunakan untuk mengendalikan stimulus manual daerah nyeri tertentu dengan menempatkan beberapa elektrode diluar.
▪ Percutaneus implanted spinal cord epidural stimulator merupakan alat stimulator sum-sum tulang belakang dan epidural yang diimplan dibawah kulit dengan transistor timah penerima yang dimasukkan kedalam kulit pada daerah epidural dan columna vertebrae.
▪ Stimulator columna vertebrae, sebuah stimulator dengan stimulus alat penerima transister dicangkok melalui kantong kulit intraclavicula atau abdomen, yaitu elektrode ditanam melalui pembedahan pada dorsum sum-sum tulang belakang.

E. Evaluasi keperawatan
Evaluasi terhadap masalah nyeri dilakukan dengan menilai kemampua dalam memproses rangsangan nyeri, diantaranya hilangnya perasaan nyeri, menurunnya intensitas nyeri, adanya respon fisiologis yang baik, dan pasien mampu melakukan aktifitas sehari-hari tanpa keluhan nyeri.



























BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
 Sifat-sifat nyeri sebagai berikut :
 Nyeri melemahakan dan membutuhkan banyak energi
 Nyeri bersifat individual dan subjective.
 Nyeri tidak dapat dinilai secara objective.
 Pengkajian nyeri hanya dapat dilihat dari perubahan fisiologis tingkah laku dan dari pernyataan klien.
 Hanya klien yang mengerti kapan nyeri datang dan seperti apa rasanya.
 Nyeri merupakan pertahanan fisiologis.
 Nyeri merupakan tanda peringatan adanya kerusakan jaringan.
 Nyeri mengawali ketidakmampuan.
 Persepsi nyeri yang salah menyebabkan manajemen nyeri jadi tidak optimal.
 Meditasi adalah sebagai suatu peningkatan konsentrasi dan kesadaran, suatu proses untuk menjernihkan pikiran dan hanyut dalam momen yang sedang berlangsung
B. Saran
Dalam makalah yang kami buat ini membahas tentang asuahan keperawatn pada lansia dengan nyeri ( meditasi ), sehingga diharapkan nyeri klien dapat teratasi dengan tekhnik meditasi.






DAFTAR PUSTAKA

Alimul, A Azis. 2006. KDM Aplikasi Konsep Dan Dasar Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Darmojo, Boedhi Dan Hadi Martono. 2006. Buku Ajar Geriatri ( Ilmu Kesehatan Usia Lanjut ). Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

Mander, Rosemary. 2003. Nyeri Persalinan. Jakarta : EGC

Sudoyo, Aru W. 2007. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI

Widyastuti, Palupi. 2003 Manajemen Stress. Jakarta : EGC

WWW. Wikipedia. COM Diakses Bulan Desember 2007

Tidak ada komentar:

Posting Komentar