Minggu, 01 November 2009

PERILAKU

2.2.1 Pengertian Perilaku
Perilaku adalah merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan. Jadi perilaku manusia pada hakikatnya adalah suatu aktivitas dari pada manusia itu sendiri. Skinner (1938) seorang ahli perilaku mengemukakan bahwa perilaku merupakan hasil hubungan antara perangsang (stimulus) dan respon (Soekidjo N, 2003:118). Robert Kwick (1974) menyatakan bahwa perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari. Perilaku tidak sama denan sikap (Soekidjo N, 2003:123).
Perilaku manusia merupakan hasil dari pada segala macam pengalaman secara interaktif manusia dengan lingkungannya yan terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap, dan tindakan (Wiknjosastro, 2005:1)
Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan , makanan serta lingkungan (Notoatmodjo, 2003:6)
Teori perilaku ini cukup banyak macamnya. Margono S (1998) mengemukakan bahwa perilaku terdiri dari tiga domain yang meliputi : 1) Domain perilaku pengetahuan (knowing behavior), 2) Domain perilaku sikap (feeling behavior), 3) Domain perilaku keterampilan (doing behavior).
Apabila pengertian perilaku ini lebih disederhanakan maka perilaku dapat dibagi menjadi 2 unsur yang saling berhubungan satu sama lain yaitu kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional. Proses perubahan perilaku atau penerimaan ide baru adalah hasil dari suatu proses yang kompleks yang biasanya memerlukan waktu yang lama.
Proses kejiwaan yang dialami individu sejak pertama kali memperoleh individu atau pengetahuan mengenai sesuatu hal yang baru sampai pada saat ia memutuskan menerima atau menolak ide baru melalui empat tahap yaitu :
1) Pengetahuan, dalam hal ini subyek mulai mengenal ide baru serta belajar memahaminya.
2) Persuasi, dimana individu membentuk sikap positif atau negatif terhadap ide baru tersebut.
3) Mengambil keputusan, dimana individu aktif dalam menentukan keputusan untuk menerima atau menolak ide baru tersebut.
4) Konfirmasi, dimana individu mencari dukungan dari orang lain di sekitarnya terhadap keputusan yang telah dibuatnya (Notoatmodjo S., 2003).

2.2.2 Bentuk Perilaku
Menurut Soekidjo N (2003:120) perilaku dapat diartikan suatu respon organisme atau seseorang terhadap rangsangan (stimulus) dari luar subjek tersebut. Respon ini terbentuk dua macam, yakni :
1) Bentuk Pasif : Respon internal, yaitu yang terjadi didalam diri manusia dan tidak secara langsung dapat terlihat oleh orang lain, misalnya berfikir, tanggapan atau sikap batin dan pengetahuan.
2) Bentuk Aktif : Apabila perilaku itu jelas dapat diobservasi secara langsung.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan dan sikap merupakan respon seseorang terhadap stimulus atau rangsangan yang masih bersifat terselubung dan disebut “covert behavior”. Sedangkan tindakan nyata seseorang sebagai respon seseorang terhadap stimulus (practice) merupakan “overt behavior”.
2.2.3 Prosedur Pembentukan Perilaku
Untuk membentuk jenis respons dan perilaku, diperlukan adanya suatu kondisi tertentu, yang disebut Operant Conditioning. Prosedur pembentukan perilaku dalam Operant Conditioning ini menurut Skinner adalah sebagai berikut :
1) Melakukan identifikasi tentang hal-hal yang merupakan penguat atau reinforcer berupa hadiah-hadiah atau rewards bagi perilaku yang dibentuk.
2) Melakukan analisa untuk mengidentifikasi komponen-kompenen kecil yang membentuk perilaku yang dikehendaki.
3) Menggunakan komponen-komponen tersebut secara urut sebagai tujuan-tujuan sementara.
4) Melakukan pembentukan perilaku dengan menggunakan urutan komponen yang telah tersusun itu.

2.2.4 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Terbentuknya Perilaku
Lawrence Green dalam Notoatmodjo S (2003:144) mencoba menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yakni faktor perilaku (behaviour causes) dan faktor di luar perilaku (non-behaviour causes). Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor yaitu:
1) Faktor-faktor predisposisi, yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.
2) Faktor-faktor pendukung, yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat kontrasepsi, jamban dan sebagainya,
3) Faktor-faktor pendorong, yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas yang lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.

2.2.5 Perilaku Kesehatan
Disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi dan sebagainya dari orang atau masyarakat yang bersangkutan. Di samping itu, ketersediaan fasilitas, sikap dan perilaku para petugas kesehatan terhadap kesehatan juga akan mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku. Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau obyek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Setelah seseorang mengetahui stimulus atau obyek kesehatan, kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan atau mempraktekkan apa yang diketahuinya atau disikapinya. Hal inilah yang disebut praktik kesehatan atau dapat juga dikatakan perilaku kesehatan. Glanz K et al. (1997) mengajukan klasifikasi perilaku yang berhubungan dengan kesehatan, antara lain:
1) Perilaku kesehatan (health behaviour), yakni hal-hal yang berhubungan dengan tindakan atau kegiatan yang dilakukan seseorang untuk memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Dalam hal ini termasuk juga tindakan untuk mencegah penyakit dan kebersihan perorangan.
2) Perilaku sakit (illness behaviour) yaitu segala tindakan atau kegiatan yang dilakukan individu yang merasa dirinya sakit untuk merasakan dan mengenal keadaan kesehatannya atau merasa dan mengenal rasa sakit yang ada pada dirinya. Termasuk di sini juga kemampuan atau pengetahuan individu tersebut untuk mengidentifikasi penyakitnya, penyebab penyakit serta usaha-usaha pencegahan penyakit. Dalam hal ini faktor pengetahuan tentang penyakit DBD yang meliputi pengetahuan tentang gejala, penyebab penyakit, pengobatan dan perawatan penderita. Selain itu juga termasuk faktor praktik masyarakat mengenai gerakan pemberantasan sarang nyamuk dan tindakan pencegahan penyakit DBD.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar