Selasa, 06 Oktober 2009


ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN DENGAN LUKA BAKAR (COMBUSTIO)

A. KONSEP DASAR MEDIS
1. Definisi
Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik, bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam

2. Etiologi
a. Luka bakar termal (cedera terbakar, kontak dan kobaran api).
b. Luka bakar listrik.
c. Luka bakar kimia.
d. Luka bakar radiasi.

3. Fase Luka Bakar
a. Fase akut.
Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Secara umum pada fase ini, seorang penderita akan berada dalam keadaan yang bersifat relatif life thretening. Dalam fase awal penderita akan mengalami ancaman gangguan airway (jalan nafas), brething (mekanisme bernafas), dan circulation (sirkulasi). Gnagguan airway tidak hanya dapat terjadi segera atau beberapa saat setelah terbakar, namun masih dapat terjadi obstruksi saluran pernafasan akibat cedera inhalasi dalam 48-72 jam pasca trauma. Cedera inhalasi adalah penyebab kematian utama penderiat pada fase akut.
Pada fase akut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit akibat cedera termal yang berdampak sistemik. Problema sirkulasi yang berawal dengan kondisi syok (terjadinya ketidakseimbangan antara paskan O2 dan tingkat kebutuhan respirasi sel dan jaringan) yang bersifat hipodinamik dapat berlanjut dengan keadaan hiperdinamik yang masih ditingkahi denagn problema instabilitas sirkulasi.

b. Fase sub akut.
Berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang terjadi adalah kerusakan atau kehilangan jaringan akibat kontak denga sumber panas. Luka yang terjadi menyebabkan:
1) Proses inflamasi dan infeksi.
2) Problempenuutpan luka dengan titik perhatian pada luka telanjang atau tidak berbaju epitel luas dan atau pada struktur atau organ – organ fungsional.
3) Keadaan hipermetabolisme.

c. Fase lanjut.
Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut akibat luka dan pemulihan fungsi organ-organ fungsional. Problem yang muncul pada fase ini adalah penyulit berupa parut yang hipertropik, kleoid, gangguan pigmentasi, deformitas dan kontraktur.

4. Klasifikasi Luka Bakar
a. Dalamnya luka bakar.
Kedalaman Penyebab Penampilan Warna Perasaan
Ketebalan partial superfisial
(tingkat I) Jilatan api, sinar ultra violet (terbakar oleh matahari). Kering tidak ada gelembung.
Oedem minimal atau tidak ada.
Pucat bila ditekan dengan ujung jari, berisi kembali bila tekanan dilepas. Bertambah merah. Nyeri
Lebih dalam dari ketebalan partial
(tingkat II)
- Superfisial
- Dalam Kontak dengan bahan air atau bahan padat.
Jilatan api kepada pakaian.
Jilatan langsung kimiawi.
Sinar ultra violet. Blister besar dan lembab yang ukurannya bertambah besar.
Pucat bial ditekan dengan ujung jari, bila tekanan dilepas berisi kembali. Berbintik-bintik yang kurang jelas, putih, coklat, pink, daerah merah coklat. Sangat nyeri
Ketebalan sepenuhnya
(tingkat III) Kontak dengan bahan cair atau padat.
Nyala api.
Kimia.
Kontak dengan arus listrik. Kering disertai kulit mengelupas.
Pembuluh darah seperti arang terlihat dibawah kulit yang mengelupas.
Gelembung jarang, dindingnya sangat tipis, tidak membesar.
Tidak pucat bila ditekan. Putih, kering, hitam, coklat tua.
Hitam.
Merah. Tidak sakit, sedikit sakit.
Rambut mudah lepas bila dicabut.

b. Luas luka bakar
Wallace membagi tubuh atas bagian 9% atau kelipatan 9 yang terkenal dengan nama rule of nine atua rule of wallace yaitu:
1) Kepala dan leher : 9%
2) Lengan masing-masing 9% : 18%
3) Badan depan 18%, badan belakang 18% : 36%
4) Tungkai maisng-masing 18% : 36%
5) genetalia/perineum : 1%
Total : 100%

c. Berat ringannya luka bakar
American college of surgeon membagi dalam:
1) Parah – critical:
a) Tingkat II : 30% atau lebih.
b) Tingkat III : 10% atau lebih.
c) Tingkat III pada tangan, kaki dan wajah.
d) Dengan adanya komplikasi penafasan, jantung, fractura, soft tissue yang luas.

2) Sedang – moderate:
a) Tingkat II : 15 – 30%
b) Tingkat III : 1 – 10%


3) Ringan – minor:
a) Tingkat II : kurang 15%
b) Tingkat III : kurang 1%

5. Patofisiologi Luka Bakar
Eritrosit Metabolisme anemia Perubahan nutrisi:kurang kebutuhan Glukoneogenesis Glikogenolisis

Resiko infeksi Kebutuhan O2

Luka bakar luas Resiko kerusakan Pertukaran gas

Aldosteron Sekresi adrenal Depresi miokard/ MDF

Katekolamin release Insufisiensi miokard

Renal flow Vasokontriksi H2O loss cardiac output

Retensi Na+ GFR Splenic flow hipovolemik Ggn perfusi jar.

K+ loss Gagal ginjal Hipoksia hepar Asidosis

Gagal hepar Gangguan perfusi jaringan

Resiko kekurangan volume cairan
Nyeri
Ansietas
Kerusakan mobilitas fisik

( Hudak & Gallo; 1997)
6. Perubahan Fisiologis Pada Luka Bakar
Peruba-
han Tingkatan hipovolemik
( s/d 48-72 jam pertama) Tingkatan diuretik
(12 jam – 18/24 jam pertama)
Mekanisme Dampak dari... Mekanisme Dampak dari...
Pergeseran cairan ekstra
seluler. Vaskuler ke insterstitial. Hemokonsentrasi oedem pada lokasi luka bakar. Interstitial ke vaskuler. Hemodilusi.
Fungsi renal. Aliran darah renal berkurang karena desakan darah turun dan CO berkurang. Oliguri. Peningkatan aliran darah renal karena desakan darah meningkat. Diuresis.
Kadar sodium/
natrium. Na+ direabsorbsi oleh ginjal, tapi kehilangan Na+ melalui eksudat dan tertahan dalam cairan oedem. Defisit sodium. Kehilangan Na+ melalui diuresis (normal kembali setelah 1 minggu). Defisit sodium.
Kadar potas
sium. K+ dilepas sebagai akibat cidera jarinagn sel-sel darah merah, K+ berkurang ekskresi karena fungsi renal berkurang. Hiperkalemi K+ bergerak kembali ke dalam sel, K+ terbuang melalui diuresis (mulai 4-5 hari setelah luka bakar). Hipokalemi.
Kadar protein. Kehilangan protein ke dalam jaringan akibat kenaikan permeabilitas. Hipoproteinemia. Kehilangan protein waktu berlangsung terus katabolisme. Hipoproteine-
mia.
Keseim-
bangan nitrogen. Katabolisme jaringan, kehilangan protein dalam jaringan, lebih banyak kehilangan dari masukan. Keseimbangan nitrogen negatif. Katabolisme jaringan, kehilangan protein, immobilitas. Keseimbangan nitrogen negatif.
Keseim-
bnagan asam basa. Metabolisme anaerob karena perfusi jarinagn berkurang peningkatan asam dari produk akhir, fungsi renal berkurang (menyebabkan retensi produk akhir tertahan), kehilangan bikarbonas serum. Asidosis metabolik. Kehilangan sodium bicarbonas melalui diuresis, hipermetabolisme disertai peningkatan produk akhir metabolisme. Asidosis metabolik.
Respon stres. Terjadi karena trauma, peningkatan produksi cortison. Aliran darah renal berkurang. Terjadi karena sifat cidera berlangsung lama dan terancam psikologi pribadi. Stres karena luka.
Eritrosit Terjadi karena panas, pecah menjadi fragil. Luka bakar termal. Tidak terjadi pada hari-hari pertama. Hemokonsentrasi.
Lambung. Curling ulcer (ulkus pada gaster), perdarahan lambung, nyeri. Rangsangan central di hipotalamus dan peingkatan jumlah cortison. Akut dilatasi dan paralise usus. Peningkatan jumlah cortison.
Jantung. MDF meningkat 2x lipat, merupakan glikoprotein yang toxic yang dihasilkan oleh kulit yang terbakar. Disfungsi jantung. Peningkatan zat MDF (miokard depresant factor) sampai 26 unit, bertanggung jawab terhadap syok spetic. CO menurun.
7. Indikasi Rawat Inap Luka Bakar
a. Luka bakar grade II:
1) Dewasa > 20%
2) Anak/orang tua > 15%
b. Luka bakar grade III.
c. Luka bakar dengan komplikasi: jantung, otak dll.
8. Penatalaksanaan
Seperti menangani kasus emergency umum yaitu:
a. Resusitasi A, B, C.
1) Pernafasan:
a) Udara panas  mukosa rusak  oedem  obstruksi.
b) Efek toksik dari asap: HCN, NO2, HCL, Bensin  iritasi  Bronkhokontriksi  obstruksi  gagal nafas.
2) Sirkulasi:
a) gangguan permeabilitas kapiler: cairan dari intra vaskuler pindah ke ekstra vaskuler  hipovolemi relatif  syok  ATN  gagal ginjal.

b. Infus, kateter, CVP, oksigen, Laboratorium, kultur luka.
c. Resusitasi cairan  Baxter.
1) Dewasa : Baxter.
RL 4 cc x BB x % LB/24 jam.
2) Anak: jumlah resusitasi + kebutuhan faal:
RL : Dextran = 17 : 3
2 cc x BB x % LB.
3) Kebutuhan faal:
< 1 tahun : BB x 100 cc
1 – 3 tahun : BB x 75 cc
3 – 5 tahun : BB x 50 cc
½  diberikan 8 jam pertama
½  diberikan 16 jam berikutnya.
Hari kedua:
Dewasa : Dextran 500 – 2000 + D5% / albumin.
( 3-x) x 80 x BB gr/hr
100
(Albumin 25% = gram x 4 cc)  1 cc/mnt.
Anak : Diberi sesuai kebutuhan faal.

d. Monitor urine dan CVP.
e. Topikal dan tutup luka
- Cuci luka dengan savlon : NaCl 0,9% ( 1 : 30 ) + buang jaringan nekrotik.
- Tulle.
- Silver sulfa diazin tebal.
- Tutup kassa tebal.
- Evaluasi 5 – 7 hari, kecuali balutan kotor.
f. Obat – obatan:
- Antibiotika : tidak diberikan bila pasien datang < 6 jam sejak kejadian.
- Bila perlu berikan antibiotika sesuai dengan pola kuman dan sesuai hasil kultur.
- Analgetik : kuat (morfin, petidine)
- Antasida : kalau perlu

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian ( Doengoes, 2000 )

a. Aktifitas/istirahat:
Tanda: Penurunan kekuatan, tahanan; keterbatasan rentang gerak pada area yang sakit; gangguan massa otot, perubahan tonus.
b. Sirkulasi:
Tanda ( dengan cedera luka bakar lebih dari 20% APTT): hipotensi (syok); penurunan nadi perifer distal pada ekstremitas yang cedera; vasokontriksi perifer umum dengan kehilangan nadi, kulit putih dan dingin (syok listrik); takikardia (syok/ansietas/nyeri); disritmia (syok listrik); pembentukan oedema jaringan (semua luka bakar).
c. Integritas ego:
Gejala: masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan.
Tanda: ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik diri, marah.
d. Eliminasi:
Tanda: haluaran urine menurun/tak ada selama fase darurat; warna mungkin hitam kemerahan bila terjadi mioglobin, mengindikasikan kerusakan otot dalam; diuresis (setelah kebocoran kapiler dan mobilisasi cairan ke dalam sirkulasi); penurunan bising usus/tak ada; khususnya pada luka bakar kutaneus lebih besar dari 20% sebagai stres penurunan motilitas/peristaltik gastrik.
e. Makanan/cairan:
Tanda: oedema jaringan umum; anoreksia; mual/muntah.
f. Neurosensori:
Gejala: area batas; kesemutan.
Tanda: perubahan orientasi; afek, perilaku; penurunan refleks tendon dalam (RTD) pada cedera ekstremitas; aktifitas kejang (syok listrik); laserasi korneal; kerusakan retinal; penurunan ketajaman penglihatan (syok listrik); ruptur membran timpanik (syok listrik); paralisis (cedera listrik pada aliran saraf).
g. Nyeri/kenyamanan:
Gejala: Berbagai nyeri; contoh luka bakar derajat pertama secara eksteren sensitif untuk disentuh; ditekan; gerakan udara dan perubahan suhu; luka bakar ketebalan sedang derajat kedua sangat nyeri; smentara respon pada luka bakar ketebalan derajat kedua tergantung pada keutuhan ujung saraf; luka bakar derajat tiga tidak nyeri.
h. Pernafasan:
Gejala: terkurung dalam ruang tertutup; terpajan lama (kemungkinan cedera inhalasi).
Tanda: serak; batuk mengii; partikel karbon dalam sputum; ketidakmampuan menelan sekresi oral dan sianosis; indikasi cedera inhalasi.
Pengembangan torak mungkin terbatas pada adanya luka bakar lingkar dada; jalan nafas atau stridor/mengii (obstruksi sehubungan dengan laringospasme, oedema laringeal); bunyi nafas: gemericik (oedema paru); stridor (oedema laringeal); sekret jalan nafas dalam (ronkhi).
i. Keamanan:
Tanda:
Kulit umum: destruksi jarinagn dalam mungkin tidak terbukti selama 3-5 hari sehubungan dengan proses trobus mikrovaskuler pada beberapa luka.
Area kulit tak terbakar mungkin dingin/lembab, pucat, dengan pengisian kapiler lambat pada adanya penurunan curah jantung sehubungan dengan kehilangan cairan/status syok.
Cedera api: terdapat area cedera campuran dalam sehubunagn dengan variase intensitas panas yang dihasilkan bekuan terbakar. Bulu hidung gosong; mukosa hidung dan mulut kering; merah; lepuh pada faring posterior;oedema lingkar mulut dan atau lingkar nasal.
Cedera kimia: tampak luka bervariasi sesuai agen penyebab.
Kulit mungkin coklat kekuningan dengan tekstur seprti kulit samak halus; lepuh; ulkus; nekrosis; atau jarinagn parut tebal. Cedera secara mum ebih dalam dari tampaknya secara perkutan dan kerusakan jaringan dapat berlanjut sampai 72 jam setelah cedera.
Cedera listrik: cedera kutaneus eksternal biasanya lebih sedikit di bawah nekrosis. Penampilan luka bervariasi dapat meliputi luka aliran masuk/keluar (eksplosif), luka bakar dari gerakan aliran pada proksimal tubuh tertutup dan luka bakar termal sehubungan dengan pakaian terbakar.
Adanya fraktur/dislokasi (jatuh, kecelakaan sepeda motor, kontraksi otot tetanik sehubungan dengan syok listrik).
j. Pemeriksaan diagnostik:
LED: mengkaji hemokonsentrasi.
Elektrolit serum mendeteksi ketidakseimbangan cairan dan biokimia. Ini terutama penting untuk memeriksa kalium terdapat peningkatan dalam 24 jam pertama karena peningkatan kalium dapat menyebabkan henti jantung.
Gas-gas darah arteri (GDA) dan sinar X dada mengkaji fungsi pulmonal, khususnya pada cedera inhalasi asap.
BUN dan kreatinin mengkaji fungsi ginjal.
Urinalisis menunjukkan mioglobin dan hemokromogen menandakan kerusakan otot pada luka bakar ketebalan penuh luas.
Bronkoskopi membantu memastikan cedera inhalasi asap.
Koagulasi memeriksa faktor-faktor pembekuan yang dapat menurun pada luka bakar masif.
Kadar karbon monoksida serum meningkat pada cedera inhalasi asap.
2. Diagnosa Keperawatan ( Doengoes ; 2000)
a. Resiko tinggi bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obtruksi trakeabronkial;edema mukosa dan hilangnya kerja silia ; luka bakar daerah leher; kompresi jalan nafas thorak dan dada.
b. Resiko tinggi kekurangan volume cairan b/d. Kehilangan cairan melalui rute abnormal; status hypermetabolik
c. Resiko kerusakan pertukaran gas b/d cedera inhalasi asap atau sindrom kompartemen torakal sekunder terhadap luka bakar sirkumfisial dari dada atau leher.
d. Resiko infeksi b/d. Pertahanan primer tidak adequat; kerusakan perlinduingan kulit; jaringan traumatik.
e. Nyeri b/d. Kerusakan kulit/jaringan; bentukam edem; manifulasi jaringan cidera.
f. Resiko kerusakan perfusi jarinagn b/d luka bakar melingkari ekstremitas atau luka bakar listrik dalam.
g. Gangguan citra tubuh (penampilan peran) b/d krisis situasi; kecacatan ;nyeri.
h. Kerusakan integritas kulit b/d destruksi lapisan kulit

3. Rencana Intervensi dan Rasional
Diagnosa Keperawatan Rencana Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

Resiko tinggi bersihan jalan nafas tidak efektif b/d obstruksi trakheobronkhial; oedema mukosa; kompressi jalan nafas .












































Resiko kekurangan volume cairan b/d luka bakar luas.
Bersihan jalan nafas tetap efektif.
Kriteria Hasil : Bunyi nafas vesikuler, RR dalam batas normal, bebas dispnoe/cyanosis.













































Pasien dapat mendemostrasikan status cairan dan biokimia membaik.
Kriteria evaluasi: tak ada manifestasi dehidrasi, resolusi oedema, elektrolit serum dalam batas normal, haluaran urine di atas 30 ml/jam.
Awasi tanda vital, CVP. Perhatikan kapiler dan kekuatan nadi perifer.

Awasi pengeluaran urine dan berat jenisnya. Observasi warna urine dan hemates sesuai indikasi.



Pantau drainase luka dan kejilangan yang tampak




Timbang berat badan setiap hari



Ukur lingkar ekstremitas yang terbakar tiap hari sesuai indikasi


Selidiki perubahan mental



Observasi distensi abdomen,hematomesis,feces hitam.
Hemates drainase NG dan feces secara periodik.


Lakukan program kolaborasi meliputi :

Pasang / pertahankan kateter urine

Berikan penggantian cairan IV yang dihitung, elektrolit, plasma, albumin.
Awasi hasil pemeriksaan laboratorium ( Hb, elektrolit, natrium ).
Berikan obat sesuai idikasi :
- Diuretiaka

- Kalium

- Antasida






Pantau:
- Tanda-tanda vital setiap jam selama periode darurat, setiap 2 jam selama periode akut, dan setiap 4 jam selama periode rehabilitasi.
- Warna urine.
- Masukan dan haluaran setiap jam selama periode darurat, setiap 4 jam selam aperiode akut, setiap 8 jam selama periode rehabilitasi.
- Hasil-hasil JDL dan laporan elektrolit.
- Berat badan setiap hari.
- CVP (tekanan vena sentral) setiap jam bial diperlukan.
- Status umum setiap 8 jam.

Pada penerimaan rumah sakit, lepaskan semua pakaian dan perhiasan dari area luka bakar.
Mulai terapi IV yang ditentukan dengan jarum lubang besar (18G), lebih disukai melalui kulit yang telah terluka bakar. Bila pasien menaglami luka bakar luas dan menunjukkan gejala-gejala syok hipovolemik, bantu dokter dengan pemasangan kateter vena sentral untuk pemantauan CVP.

Beritahu dokter bila: haluaran urine < 30 ml/jam, haus, takikardia, CVP < 6 mmHg, bikarbonat serum di bawah rentang normal, gelisah, TD di bawah rentang normal, urine gelap atau encer gelap.

Konsultasi doketr bila manifestasi kelebihan cairan terjadi.





Tes guaiak muntahan warna kopi atau feses ter hitam. Laporkan temuan-temuan positif.



Berikan antasida yag diresepkan atau antagonis reseptor histamin seperti simetidin.

Memberikan pedoman untuk penggantian cairan dan mengkaji respon kardiovaskuler.

Penggantian cairan dititrasi untuk meyakinkan rata-2 pengeluaran urine 30-50 cc/jam pada orang dewasa. Urine berwarna merah pada kerusakan otot masif karena adanyadarah dan keluarnya mioglobin.

Peningkatan permeabilitas kapiler, perpindahan protein, proses inflamasi dan kehilangan cairan melalui evaporasi mempengaruhi volume sirkulasi dan pengeluaran urine.


Penggantian cairan tergantung pada berat badan pertama dan perubahan selanjutnya


Memperkirakan luasnya oedema/perpindahan cairan yang mempengaruhi volume sirkulasi dan pengeluaran urine.


Penyimpangan pada tingkat kesadaran dapat mengindikasikan ketidak adequatnya volume sirkulasi/penurunan perfusi serebral

Stres (Curling) ulcus terjadi pada setengah dari semua pasien yang luka bakar berat(dapat terjadi pada awal minggu pertama).



Observasi ketat fungsi ginjal dan mencegah stasis atau refleks urine.
Resusitasi cairan menggantikan kehilangan cairan/elektrolit dan membantu mencegah komplikasi.
Mengidentifikasi kehilangan darah/kerusakan SDM dan kebutuhan penggantian cairan dan elektrolit.

Meningkatkan pengeluaran urine dan membersihkan tubulus dari debris /mencegah nekrosis.
Penggantian lanjut karena kehilangan urine dalam jumlah besar
Menurunkan keasaman gastrik sedangkan inhibitor histamin menurunkan produksi asam hidroklorida untuk menurunkan produksi asam hidroklorida untuk menurunkan iritasi gaster.



Mengidentifikasi penyimpangan indikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan. Periode darurat (awal 48 jam pasca luka bakar) adalah periode kritis yang ditandai oleh hipovolemia yang mencetuskan individu pada perfusi ginjal dan jarinagn tak adekuat.

Inspeksi adekuat dari luka bakar.

Penggantian cairan cepat penting untuk mencegah gagal ginjal. Kehilangan cairan bermakna terjadi melalui jarinagn yang terbakar dengan luka bakar luas. Pengukuran tekanan vena sentral memberikan data tentang status volume cairan intravaskular.


Temuan-temuan ini mennadakan hipovolemia dan perlunya peningkatan cairan. Pada lka bakar luas, perpindahan cairan dari ruang intravaskular ke ruang interstitial menimbukan hipovolemi.

Pasien rentan pada kelebihan beban volume intravaskular selama periode pemulihan bila perpindahan cairan dari kompartemen interstitial pada kompartemen intravaskuler.
Temuan-temuan guaiak positif ennandakan adanya perdarahan GI. Perdarahan GI menandakan adaya stres ulkus (Curling’s).

Mencegah perdarahan GI. Luka bakar luas mencetuskan pasien pada ulkus stres yang disebabkan peningkatan sekresi hormon-hormon adrenal dan asam HCl oleh lambung.
Resiko kerusakan pertukaran gas b/d cedera inhalasi asap atau sindrom kompartemen torakal sekunder terhadap luka bakar sirkumfisial dari dada atau leher.
Pasien dapat mendemonstrasikan oksigenasi adekuat.
Kriteroia evaluasi: RR 12-24 x/mnt, warna kulit normal, GDA dalam renatng normal, bunyi nafas bersih, tak ada kesulitan bernafas. Pantau laopran GDA dan kadar karbon monoksida serum.


Beriakan suplemen oksigen pada tingkat yang ditentukan. Pasang atau bantu dengan selang endotrakeal dan temaptkan pasien pada ventilator mekanis sesuai pesanan bila terjadi insufisiensi pernafasan (dibuktikan dnegna hipoksia, hiperkapnia, rales, takipnea dan perubahan sensorium).

Anjurkan pernafasan dalam dengan penggunaan spirometri insentif setiap 2 jam selama tirah baring.

Pertahankan posisi semi fowler, bila hipotensi tak ada.
Untuk luka bakar sekitar torakal, beritahu dokter bila terjadi dispnea disertai dengan takipnea. Siapkan pasien untuk pembedahan eskarotomi sesuai pesanan. Mengidentifikasi kemajuan dna penyimpangan dari hasil yang diharapkan. Inhalasi asap dapat merusak alveoli, mempengaruhi pertukaran gas pada membran kapiler alveoli.
Suplemen oksigen meningkatkan jumlah oksigen yang tersedia untuk jaringan. Ventilasi mekanik diperlukan untuk pernafasan dukungan sampai pasie dapat dilakukan secara mandiri.



Pernafasan dalam mengembangkan alveoli, menurunkan resiko atelektasis.

Memudahkan ventilasi dengan menurunkan tekanan abdomen terhadap diafragma.
Luka bakar sekitar torakal dapat membatasi ekspansi adda. Mengupas kulit (eskarotomi) memungkinkan ekspansi dada.
Resiko infeksi b/d pertahanan primer tidak adekuat, kerusakan perlindunga kulit.
Pasien bebas dari infeksi.
Kriteria evaluasi: tak ada demam, pembentukan jaringan granulasi baik. Pantau:
- Penampilan luka bakar (area luka bakar, sisi donor dan status balutan di atas sisi tandur bial tandur kulit dilakukan) setiap 8 jam.
- Suhu setiap 4 jam.
- Jumlah makanan yang dikonsumsi setiap kali makan.
-
Bersihakn area luka bakar setiap hari dan lepaskan jarinagn nekrotik (debridemen) sesuai pesanan. Berikan mandi kolam sesuai pesanan, implementasikan perawatan yang ditentukan untuk sisi donor, yang dapat ditutup dengan balutan vaseline atau op site.

Lepaskan krim lama dari luka sebelum pemberian krim baru. Gunakan sarung tangan steril dan beriakn krim antibiotika topikal yang diresepkan pada area luka bakar dengan ujung jari. Berikan krim secara menyeluruh di atas luka.

Beritahu dokter bila demam drainase purulen atau bau busuk dari area luka bakar, sisi donor atau balutan sisi tandur. Dapatkan kultur luka dan berikan antibiotika IV sesuai ketentuan.


Tempatkan pasien pada ruangan khusus dan lakukan kewaspadaan untuk luka bakar luas yang mengenai area luas tubuh. Gunakan linen tempat tidur steril, handuk dan skort untuk pasien. Gunakan skort steril, sarung tangan dan penutup kepala dengan masker bila memberikan perawatan pada pasien. Tempatkan radio atau televisis pada ruangan pasien untuk menghilangkan kebosanan.

Bial riwayat imunisasi tak adekuat, berikan globulin imun tetanus manusia (hyper-tet) sesuai pesanan.

Mulai rujukan pada ahli diet, beriakn protein tinggi, diet tinggi kalori. Berikan suplemen nutrisi seperti ensure atau sustacal dengan atau antara makan bila masukan makanan kurang dari 50%. Anjurkan NPT atau makanan enteral bial pasien tak dapat makan per oral.
Mengidentifikasi indikasi-indikasi kemajuan atau penyimapngan dari hasil yang diharapkan.






Pembersihan dan pelepasan jaringan nekrotik meningkatkan pembentukan granulasi.




Antimikroba topikal membantu mencegah infeksi. Mengikuti prinsip aseptik melindungi pasien dari infeksi. Kulit yang gundul menjadi media yang baik untuk kultur pertumbuhan baketri.


Temuan-temuan ini mennadakan infeksi. Kultur membantu mengidentifikasi patogen penyebab sehingga terapi antibiotika yang tepat dapat diresepkan. Karena balutan siis tandur hanya diganti setiap 5-10 hari, sisi ini memberiakn media kultur untuk pertumbuhan bakteri.

Kulit adalah lapisan pertama tubuh untuk pertahanan terhadap infeksi. Teknik steril dan tindakan perawatan perlindungan lainmelindungi pasien terhadap infeksi. Kurangnya berbagai rangsang ekstrenal dan kebebasan bergerak mencetuskan pasien pada kebosanan.




Melindungi terhadap tetanus.


Ahli diet adalah spesialis nutrisi yang dapat mengevaluasi paling baik status nutrisi pasien dan merencanakan diet untuk emmenuhi kebuuthan nutrisi penderita. Nutrisi adekuat memabntu penyembuhan luka dan memenuhi kebutuhan energi.
Nyeri b/d kerusakan kulit/jaringan, pembentukan oedema, manipulasi jaringan cedera.
Pasien dapat mendemonstrasikan hilang dari ketidaknyamanan.
Kriteria evaluasi: menyangkal nyeri, melaporkan perasaan nyaman, ekspresi wajah dan postur tubuh rileks. Berikan anlgesik narkotik yang diresepkan prn dan sedikitnya 30 menit sebelum prosedur perawatan luka. Evaluasi keefektifannya. Anjurkan analgesik IV bila luka bakar luas.


Pertahankan pintu kamar tertutup, tingkatkan suhu ruangan dan berikan selimut ekstra untuk memberikan kehangatan.

Berikan ayunan di atas temapt tidur bila diperlukan.


Bnatu dengan pengubahan posisi setiap 2 jam bila diperlukan. Dapatkan bantuan tambahan sesuai kebutuhan, khususnya bila pasien tak dapat membantu membalikkan badan sendiri.
Analgesik narkotik diperlukan utnuk memblok jaras nyeri dengan nyeri berat. Absorpsi obat IM buruk pada pasien dengan luka bakar luas yang disebabkan oleh perpindahan interstitial berkenaan dnegan peningkatan permeabilitas kapiler.

Panas dan air hilang melalui jaringan luka bakar, menyebabkan hipoetrmia. Tindakan eksternal ini membantu menghemat kehilangan panas.

Menururnkan neyri dengan mempertahankan berat badan jauh dari linen temapat tidur terhadap luka dan menuurnkan pemajanan ujung saraf pada aliran udara.
Menghilangkan tekanan pada tonjolan tulang dependen. Dukungan adekuat pada luka bakar selama gerakan membantu meinimalkan ketidaknyamanan.
Resiko kerusakan perfusi jaringan b/d luka bakar melingkari ekstremitas atau luka bakar listrik dalam.









Kerusakan integritas kulit b/d kerusakan permukaan kulit sekunder destruksi lapisan kulit.
Pasien menunjukkan sirkulasi tetap adekuat.
Kriteria evaluasi: warna kulit normal, menyangkal kebas dan kesemutan, nadi perifer dapat diraba.








Memumjukkan regenerasi jaringan
Kriteria hasil: Mencapai penyembuhan tepat waktu pada area luka bakar. Untuk luka bakar yang mengitari ekstermitas atau luka bakar listrik, pantau status neurovaskular dari ekstermitas setaip 2 jam.

Pertahankan ekstermitas bengkak ditinggikan.


Beritahu dokter dengan segera bila terjadi nadi berkurang, pengisian kapiler buruk, atau penurunan sensasi. Siapkan untuk pembedahan eskarotomi sesuai pesanan.


Kaji/catat ukuran, warna, kedalaman luka, perhatikan jaringan nekrotik dan kondisi sekitar luka.


Lakukan perawatan luka bakar yang tepat dan tindakan kontrol infeksi.

Pertahankan penutupan luka sesuai indikasi.



Tinggikan area graft bila mungkin/tepat. Pertahankan posisi yang diinginkan dan imobilisasi area bila diindikasikan.

Pertahankan balutan diatas area graft baru dan/atau sisi donor sesuai indikasi.

Cuci sisi dengan sabun ringan, cuci, dan minyaki dengan krim, beberapa waktu dalam sehari, setelah balutan dilepas dan penyembuhan selesai.

Lakukan program kolaborasi :
- Siapkan / bantu prosedur bedah/balutan biologis. Mengidentifikasi indikasi-indikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan.


Meningkatkan aliran balik vena dan menurunkan pembengkakan.

Temuan-temuan ini menandakan keruskana sirkualsi distal. Dokter dapat mengkaji tekanan jaringan untuk emnentukan kebutuhan terhadap intervensi bedah. Eskarotomi (mengikis pada eskar) atau fasiotomi mungkin diperlukan untuk memperbaiki sirkulasi adekuat.

Memberikan informasi dasar tentang kebutuhan penanaman kulit dan kemungkinan petunjuk tentang sirkulasi pada aera graft.

Menyiapkan jaringan untuk penanaman dan menurunkan resiko infeksi/kegagalan kulit.

Kain nilon/membran silikon mengandung kolagen porcine peptida yang melekat pada permukaan luka sampai lepasnya atau mengelupas secara spontan kulit repitelisasi.

Menurunkan pembengkakan /membatasi resiko pemisahan graft. Gerakan jaringan dibawah graft dapat mengubah posisi yang mempengaruhi penyembuhan optimal.

Area mungkin ditutupi oleh bahan dengan permukaan tembus pandang tak reaktif.

Kulit graft baru dan sisi donor yang sembuh memerlukan perawatan khusus untuk mempertahankan kelenturan.



Graft kulit diambil dari kulit orang itu sendiri/orang lain untuk penutupan sementara pada luka bakar luas sampai kulit orang itu siap ditanam.



DAFTAR PUSTAKA

1. Barbara C. Long (1996), Perawatan Medikal Bedah: Suatu Pendekatan Proses Keperawatan, The C.V Mosby Company St. Louis, USA.
2. Barbara Engram (1998), Rencana Asuhan Keperawatan Medikal – Bedah Jilid II Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
3. Donna D. Ignatavicius (1991), Medical Surgical Nursing: A Nursing Process Approach, WB. Sauders Company, Philadelphia.
4. Guyton & Hall (1997), Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9, Penerbit Buku Kedoketran EGC, Jakarta
5. Hudak & Gallo (1997), Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik Volume I, Penerbit Buku Kedoketran EGC, Jakarta.
6. Instalasi Rawat Inap Bedah RSUD Dr. Soetomo Surabaya (2001), Pendidikan Keperawatan Berkelanjutan (PKB V) Tema: Asuhan Keperawatan Luka Bakar Secara Paripurna, Instalasi Rawat Inap Bedah RSUD Dr. Soetomo, Surabaya.
7. Marylin E. Doenges (2000), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3, Penerbit Buku Kedoketran EGC, Jakarta.
8. R. Sjamsuhidajat, Wim De Jong (1997), Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
9. Sylvia A. Price (1995), Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Edisi 4 Buku 2, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN NY.SLF . DENGAN COMBUSTIO GR. II A-B 45 % DGN CEDERA INHALASI POST BULECTOMY
DI RUANG BEDAH G, RSUD DR. SOETOMO SURABAYA
TANGGAL 11 – 13 MARET 2002


PENGKAJIAN

A. PRA OPERASI
Pengkajian dilaksanakan pada tanggal 11 Maret 2002 pada pukul 09.00 WIB.
1. Identitas Nama : Ny.SLF Tgl MRS : 2 - 3 - 2002 Umur : 40 tahun Register : 10138088
Jenis kelamin : Perempuan Diagnose : Combustio gr II A-B 45% dengan Suku Bangsa : Jawa cedera inhalasi post bulectomy. Agama : Kristen Protestan Pekerjaan : swasta Pendidikan : SMA. Alamat :. Keluhan utama : Luka bakar kena ledakan kompor pada wajah, badan, punggung dan kedua tangan. sebelumnya :
Pada tanggal 2 Maret 2002 pukul 04.00, klien mengalami ledakan kompor minyak tanah di rumah. Ledakan mengenai wajah, leher, badan, punggung dan kedua tangan. Pasien merasakan nyeri serta panas pada sekujur area yang terbakar. Keluarga langsung membawa pasien ke RS swasta di Jl. Diponegoro untuk mendapat penanganan lebih lanjut, kemudian setelah menadpat pemeriksaan, pasien disarankan untuk dirujuk ke RSUD Dr. Soetomo Surabaya untuk mendapat pengobatan dan perawatan yang lebih maksimal.
Pada hari itu juga pasien dilakukan bulectomy untuk mengangkat bula pada luka bakar, dilakukan pemasangan infus (terapi baxter), CVP, kateter urine, pencucian luka di IRD. Kemudian pasien dirawat di unit luka bakar di GBPT, hingga pada tanggal 7 Maret pasien dipindahkan ke Ruang Bedah G untuk mendapat perawatan lanjutan.
II Riwayat Keperawatan 2.1 Riwayat penyakit sebelumnya: Dm dan riwayat HT disangkal, luka bakar sebelumnya (-), epilepsi (-). 2.2 Riwayat penyakit sekarang : Pada saat pengkajian tanggal 11 Maret 2002 pukul 09.00 WIB, pasien dalam keadaan sadar baik (CM) GCS E4V5M6, keluhan nyeri dan panas pada luka bakar, suara serak, sulit menelan (-), pasien mengeluh haus.
Total luas luka bakar:
K/L : gr II A-B : 6%
Th ant : gr II A-B : 16%
Post : gr II A-B : 10%
Ext sup S : gr II A-B : 8%
D : gr II A-B : 5%
Total : 45%

2.3 Riwayat kesehatan keluarga : (-) . 2.4 Keadaan kesehatan lingkungan : Menurut pasien keadaan lingkungan rumah cukup bersih, karena kebiasaan warga sekitar membersihkan lingkungan rumah masing-masing setiap minggu secara teratur.
2.5 Riwayat kesehatan lainnya : taa 2.6 Alat bantu yang dipakai Gigi palsu : --
Kaca mata : taa
Pendengaran :taa Lain-lain :taa III. Observasi dan Pemeriksaan Fisik 1. Keadaan umum : sadar CM. 2. Tanda vital :S: 36,8 0C, N: 92 x/mnt, TD: 100/70 mmHg, RR: 16 x/mnt, BB: 50 kg, TB: 157 cm.
3. Body System 3.1 Pernafasan Hidung : taa, bulu hidung terbakar.
Trachea : taa

Dada : - Bentuk : simetris, terdapat luka bakar gr II A-B 16%, punggung terdapat luka bakar gr II A – B 10%, bula (-), luka sudah agak mengering, warna putih pucat merah muda. - Gerakan : simetris, nyeri dada (-), retraksi (-).
Suara nafas dan lokasi : vesikuler +/+, massa (-), rh -/-, wh -/-
Jenis nafas : hidung Batuk : -- Sputum : taa Cyanosis : taa Frekwensi nafas : 16 x/mnt. 3.2 Kardiovaskuler Nyeri dada : taa Pusing : taa. Kram kaki : --. Sakit kepala : -- Palpitasi : -- Clubing finger :-- Suara jantung : S1 S2 tunggal. Edema : taa Kapilari refill : 2 dtk. Lainnya : -- 3.3 Persarafan Kesadaran : CM GCS : E4V5M6 Kepala dan wajah : terdapat luka bakar gr II A-B 6%. Mata : Konjungtiva merah muda, sklera puith bersih, pupil isokor, reflek pupil baik, bulu mata hangus, bulu alis hangus, luka sudah agak mengering, warna merah muda pucat, bula (-).
Mulut : Bibir mengalami luka bakar, sudah agak kering, mukosa bibir (+).
Leher : DVJ (-), pembesaran kelenjar limfe (-). Reflek fisiologis : dbn Reflek patologis : taa Pendengaran : dbn Penciuman : dbn Pengecapan : Klien mengatakan tidak mengalmai penurunan rasa sensasi pengecapan. Penglihatan : dbn Perabaan : Pasien mengatakan pada area luka bakar nyeri bila disentuh (terutama saat merawat luka dan mandi), rasa kesemutan (-), refleks saraf III, IV, V, VI, VII, tidak ada kelainan.
Lainnya : -- 3.4 Perkemihan –Eliminasi Urine Produksi urine : 600-800 cc per 24 jam.
Warna urine : kuning jernih Gangguan saat kencing : taa. . Lainnya : -- 3.5 Pencernaan - Eliminasi Alvi Mulut : bersih, gigi molar 1 kanan (-), mukosa bibir agak kering. Tenggorokan : sakit menelan (-). Abdomen : distensi (-), peristaltik usus baik.
Rectum : dbn Bab : -- Obat pencahar : -- Lavement : -- Lain-lain : pasien mengatakan Bab setiap 2 hari sekali, konsistensi lembek warna coklat.
3.6 Tulang – Otot – Integumen
Kemampuan pergerakan sendi: 555 555
555 555
Extremitas :
- Atas : pergerakan baik, kekuatan otot baik, terdapat luka bakar gr II A-B 5% pada tangan kanan, 8% pada tnagn kiri, luka masih basah, warna merah kehitaman, bula (-).
- Bawah : pergerakan baik, kekuatan otot baik.
- Tulang belakang :dbn
Kulit:
- Warna kulit :sawo matang.
- Akral :hangat, oedem (--)
- Turgor : baik
3.7 Sistem Endokrin
Terapi hormon : --
Karakteristik seks sekunder: dbn
Riwayat pertumbuhan dan perkembnagan fisik: taa
3.8 Sistem Hematopoietik Diagnosis penyakit hematopoietik yang lalu: --
Type darah: O

3.9 Reproduksi
. Perempuan : perkembangan organ seks sekunder normal, menopause belum, anak terkecil umur 5 bulan dari pernikahan kedua, menikah umur 20 tahun, menarche umur 15 tahun, nyeri haid (-), darah haid normal, siklus haid kadang maju kadang mundur lebih kurang 2-3 hari.
4.0 Psikososial
Konsep diri: --
Citra diri:
- Tanggapan tentang tubuh: taa
- Bagian tubuh yang disukai: taa
- Bagian tubuh yang tidak disukai: taa
- Persepsi thd kehilangan bagian tubuh: pasien bertanya kemungkinan cacat pada wajah bekas luka bakar dan kemungkinan penyembuhannya.
- Lainnya, sebutkan: (-).
Identitas:
- Status klien dalam keluarga: istri, ibu rumah tangga
- Kepuasan klien thd status dan posisi dlm keluarga: puas
- Kepuasan klien thd jenis kelamin: puas
- Lainnya, sebutkan: taa
Peran:
- tanggapan klien thd perannya: cukup puas.
- Kemampuan/kesanggupan klien melaksanakan perannya: sanggup melaksanakan peran.
- Kepuasan klien melaksanakan perannya: puas.
Ideal diri/harapan:
- harapan klien thd:
= Tubuh: supaya cepat sembuh.
= Posisi (dlm pekerjaan): taa
= Status dlm keluarga: taa
= Tugas/pekerjaan:taa.
- Harapan klien thd lingkungan: taa
- Harapan klien thd penyakit yg diderita: penyakitnya dapat segera disembuhkan dan kondisi fisiknya dapat kembali seperti sedia kala.
Harga diri:
- Tanggapan klien thd harga dirinya: pasien merasa malu dengan keadaan wajah dan tubuhnya bekas luka bakar dan pasien harus memakai balutan pada wajah dan badan sehingga tampak seperti mummy.
- Lainnya, sebutkan: taa
Sosial/interaksi:
- Hubungan dengan klien: tante.
- Dukungan keluarga: baik
- Dukungan kelompok/teman/masyarakat: baik
- Reaksi saat interaksi: kooperatif, komunikasi lancar dan jelas, suaraagak serak semenjak kejadian luka bakar.
- Konflik yang terjadi terhadap: taa
3.11 Spiritual:
- Konsep tentang penguasa kehidupan: Tuhan.
- Sumber kekuatan/harapan saat sakit: Tuhan, tenaga dokter dan perawat serta dukungan keluarga.
- Ritual agama yg berarti/diharapkan saat ini: dapat melaksanakan ibadah dengan baik.
- Sarana/peralatan/orang yg diperlukan dlm melaksanakan ritual agama yg diharapkan saat ini: taa
- Upaya kesehatan yang bertentangan dgn keyakinan agama: taa
- Keyakinan/kepercayaan bahwa Tuhan akan menolong dlm menghadapi situasi sakit saat ini: sangat yakin Tuhan akan membantu kesembuhan.
- Keyakinan/kepercayaan bahwa penyakit dapat disembuhkan: sangat yakin.
- Persepsi thd penyebab penyakit: luka bakar karena ledakan kompor.

Pemeriksaan penunjang:
Tanggal Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai normal
2- 03-2002 Darah lengkap
Elektrolit
AGD
GDA Hb: 17,5 g/dl
Leuko: 16,2 x 1000/UL
PLT: 486x 10 e9/L
PCV: 0,52%
BUN: 13 mg/dl
SC: 0,76 mg/dl
SGOT: 60 U/L
K serum: 3,71 meq/L
Na serum: 130 meq/L
GDA: 143 mg/dl
PH: 7,373
PCO2: 31,9
PO2: 91,4
HCO3: 18,1
BE: - 7,1, O2 saturasi 96,92.
11,4-15,1
4,3-11,3
150–350x10.e9/L
0,38 – 0,42%
10-20 mg/dl
< 1,2 mg/dl
< 38 U/L
3,8-5,5 meq/L
136-144 meq/L
< 200 mg/dl
7,35-7,45
35-45
80-104
21-25
13,3+1,2
2-3-2002 Foto thoraks Cor: bentuk dan besar normal.
Pulmo: tidak ada kelainan, kedua sinus phrenicocostalis tajam.
Kesimpulan: cor dan pulmo dalam batas normal. Normal
2-3-2002 Darah lengkap Hb: 18,8 g/dl
Leuko: 12,8 x 1000/UL
Trombo: 295x109/L
PCV: 0,55 %

11,4-15,1 g/dl
4,3-11,3x1000/UL
150-350x10.e9/L.
0,38-0,42%
3-3-2002



GDA
Elektrolit
Albumin

GDA: 111 gr/dl
K: 4,4 meq/L
Na: 138 meq/L
Cl: 109 meq/L
Albumin: 2,11 gr/dl < 200 gr/dl
3,8-5,5 meq/L
136-144 meq/L
97-113 mmol/L
3,8-4,4 gr/dl
4-3-2002










Darah lengkap
Elektrolit
RFT
LFT
Albumin
GDA










Hb: 16,5 g/dl
Leuko: 7,5 x 1000/UL
Ery: 4,94 g/dl
HCT: 48,9 %
PLT: 242 x 10 e9/L
MCV: 99,0 fl
MCH: 33,4 Pg
MCHC: 33,7 g/dl
Diff: eos/baso/stab/seg/lym/mono
2/-/3/75/20/-
BUN: 15 mg/dl
SC: 0,6 mg/dl
K: 5,0 meq/L
Na: 132 meq/L
GDA: 116 gr/dl
SGOT: 59 U/L
SGPT: 39 U/L
Albumin: 3,2 gr/dl
11,4-15,1
4,3-11,3

38 – 42 %
150–350x10.e9/L
80-93 fl
27-31 Pg
32-36 g/dl
1-2/0-1/3-5/54-62/25-33/3-7
10-20 mg/dl
< 1,2 mg/dl
3,8-5,0 meq/L
136-144 meq/L
< 200 gr/dl
< 38 U/L
< 41 U/L
3,8-4,4 gr/dl

6-03-2002 Darah lengkap
Elektrolit
RFT
LFT
Albumin
GDA
Hb: 12,0 g/dl
Leuko: 11,3 x 1000/UL
LED: 70 mm/jam
Ery: 3,59 gr/dl
HCT: 35,8 %
PLT: 146 x 10 e9/L
MCV: 99,7 fl
MCH: 33,4 Pg
MCHC: 33,5 g/dl
Diff: eos/baso/stab/seg/lym/mono
-/-/-/92/8/-
BUN: 10 mg/dl
SC: 0,7 mg/dl
SGOT: 47 U/L
SGPT: 38 U/L
K serum: 3,8 meq/L
Na serum: 134 meq/L
Cl serum: 104 mmol/L
Albumin: 3,3 gr/dl 11,4-15,1
4,3-11,3
< 20

38 – 42 %
150–350x10.e9/L
80-93 fl
27-31 Pg
32-36 g/dl
1-2/0-1/3-5/54-62/25-33/3-7
10-20 mg/dl
< 1,2 mg/dl
< 38 U/L
< 41 U/L
3,8-5,5 meq/L
136-144 meq/L
97-113 mmol/L
3,8-4,4 gr/dl

Terapi:
Tanggal 11 Maret 2002, diet TKTP ekstra susu, Tarivid 2x400 mg, Mef Acid 3x500 mg, Sucralfat 3xCI, rawat luka tertutup dengan SSD 1% dan Gentamycin zalf 1% untuk wajah.

ANALISA DATA:
DATA ETIOLOGI PATOFISIOLOGI MASALAH
S: Pasien mengeluh nyeri dan panas pada area luka bakar.
O: Pasien mengalami luka bakar gr II A-B 45%, luka masih basah, pasien meringis kesakitan saat luka dirawat, skala nyeri 7-8, N: 92 x/mnt. Cedera luka bakar. Luka bakar

Terpajan sampai lapisan dermis

Rangsang saraf nosiseptor terputus

Rangsang nyeri ke pusat saraf otak

Dimanifestasikan sebagai nyeri Nyeri.
S: Pasien mengeluh luka bakar terasa nyeri dan panas.
O: Area luka bakar masih basah, pasien mengalami luka bakar gr II A-B 45%, warna merah muda pucat, HB: 12 gr/dl, LED: 70 mm/jam, albumin: 33,3 gr/dl. Kehilangan integritas kulit yang disebabkan oleh luka bakar. Luka bakar luas

Terpajan sampai lapisan dermis

Folikel rambut dan lapisan epidermis terkena

Epitel pelindung tidak ada

Port de entry kuman infeksi Resiko infeksi.
S: Pasien mengatakan malu dengan luka bakar yang mengenai wajah dan bertanya apakah dapat sembuh maksimal dan wajah dapat kembali seperti semula.
O: Pasien mengalami luka bakar gr II A-B 45%, luka bakar pada wajah dan leher 6%, bulu mata, alis, bulu hidung hangus. Cedera luka bakar luas pada daerah wajah. Luka bakar luas

Terpajan sampai lapisan dermis

Ketidakmampuan pasien beradaptasi dengan kondisi baru

Perubahan harga diri

Murung, cemas, depresi. Perubahan harga diri.

DIAGNOSA KEPERAWATAN:
1. Nyeri b/d cedera luka bakar.
Data penunjang:
S: Pasien mengeluh nyeri dan panas pada area luka bakar.
O: Pasien mengalami luka bakar gr II A-B 45%, luka masih basah, pasien meringis kesakitan saat luka dirawat, skala nyeri 7-8, N: 92 x/mnt.
2. Resiko infeksi b/d Kehilangan integritas kulit yang disebabkan oleh luka bakar.
Data penunjang:
S: Pasien mengeluh luka bakar terasa nyeri dan panas.
O: Area luka bakar masih basah, pasien mengalami luka bakar gr II A-B 45%, warna merah muda pucat, HB: 12 gr/dl, LED: 70 mm/jam, albumin: 33,3 gr/dl.
3. Perubahan harga diri b/d Cedera luka bakar luas pada daerah wajah.
Data penunjang:
S: Pasien mengatakan malu dengan luka bakar yang mengenai wajah dan bertanya apakah dapat sembuh maksimal dan wajah dapat kembali seperti semula.
O: Pasien mengalami luka bakar gr II A-B 45%, luka bakar pada wajah dan leher 6%, bulu mata, alis, bulu hidung hangus.


RENCANA TINDAKAN, IMPLEMENTASI DAN EVALUASI:

Diagnosa Keperawatan Rencana Intervensi Implementasi Evaluasi
Tujuan Intervensi Rasional
Nyeri b/d cedera luka bakar.
Data penunjang:
S: Pasien mengeluh nyeri dan panas pada area luka bakar.
O: Pasien mengalami luka bakar gr II A-B 45%, luka masih basah, pasien meringis kesakitan saat luka dirawat, skala nyeri 7-8, N: 92 x/mnt.
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 hari, pasien dapat mendemonstrasikan hilang dari ketidaknyamanan.
Kriteria evaluasi: menyangkal nyeri, melaporkan perasaan nyaman, ekspresi wajah dan postur tubuh rileks, pasien dapat istirahat tidur dengan nyaman. Kaji skala nyeri.


Observasi vital sign.



Pertahankan pintu kamar tertutup, tingkatkan suhu ruangan dan berikan selimut ekstra untuk memberikan kehangatan.
Beriakn ayunan di atas temapt tidur bila diperlukan.



Bnatu dengan pengubahan posisi setiap 2 jam bila diperlukan. Dapatkan bantuan tambahan sesuai kebutuhan, khususnya bila pasien tak dapat membantu membalikkan badan sendiri.
Berikan anlgesik (mef acid 3x 500 mg) yang diresepkan prn dan sedikitnya 30 menit sebelum prosedur perawatan luka. Evaluasi keefektifannya.









Memantau tingkat nyeri pasien sehingga dapat diberikan intervensi lebih lanjut.
Memantau keberhasilan serta adanya penyimpangan atau kemajuan dari perawatan yang diberikan.
Panas dan air hilang melalui jaringan luka bakar, menyebabkan hipoetrmia. Tindakan eksternal ini membantu menghemat kehilangan panas.
Menuurnkan neyri dengan mempertahankan berat badan jauh dari linen temapat tidur terhadap luka dan menuurnkan pemajanan ujung saraf pada aliran udara.
Menghilangkan tekanan pada tonjolan tulang dependen. Dukungan adekuat pada luka bakar selama gerakan membantu meinimalkan ketidaknyamanan.


Analgesik diperlukan utnuk memblok jaras nyeri dengan nyeri berat.
Tgl 11-3-2002
08.00 Inj Novalgin 1 amp.
08.30 Mengkaji skala nyeri.





10.30 Memberi selimut ekstra.
13.00 membantu posisi duduk.

Tgl 12-3-2002
08.00 Memberi obat oral Mef Acid 500 mg.
09.00 Memberi bahan bacaan pada pasien.
10.30 Memberi posisi semi fowler.
13.00 Memberiakn hiburan radio pada pasien.
13.30 Memberi obat oral Mef Acid 500 mg.

Tgl 13-3-2002
08.00 Memberi obat oral Mef Acdi 500 mg.
09.00 Membantu pasien ke kamar mandi.
11.00 Mengukur vital sign.

13.30 Memberi obat oral Mef Acid 500 mg.
14.00 Mengkaji skala nyeri.
Alergi (-)
Skala nyeri 7-8, pasien meringis dan menolak dilakukan nekrotomy pada luka di area punggung dengan alasan sangat nyeri.
Pasien merasa hangat.
Pasien merasa nyaman.


Obat sudah diminum.

Pasien terlihat senang.

Pasien merasa nyaman.

Pasien ikut bernyanyi mengikuti lagu.
Obat sudah diminum.



Obat sudah diminum, mual (-).
Pusing (-), pasien berjalan tanpa ragu-ragu.
S: 36,30C, N: 80 x/mnt; TD: 110/70 mmHg.
Obat sudah diminum.

Skala nyeri 5-6, pasien tenang, meringis (-), gelisah (-).

Resiko infeksi b/d Kehilangan integritas kulit yang disebabkan oleh luka bakar.
Data penunjang:
S: Pasien mengeluh luka bakar terasa nyeri dan panas.
O: Area luka bakar masih basah, pasien mengalami luka bakar gr II A-B 45%, warna merah muda pucat, HB: 12 gr/dl, LED: 70 mm/jam, albumin: 33,3 gr/dl.
Setelah diberikan asuhan keperatan selama 3 hari, pasien bebas dari infeksi.
Kriteria evaluasi: tak ada demam, pembentukan jaringan granulasi baik. Pantau:
- Penampilan luka bakar (area luka bakar, sisi donor dan status balutan di atas sisi tandur bial tandur kulit dilakukan) setiap 8 jam.
- Suhu setiap 4 jam.
- Jumlah makanan yang dikonsumsi setiap kali makan.
Bersihakn area luka bakar setiap 4 hari dan lepaskan jarinagn nekrotik (debridemen) sesuai pesanan. Berikan mandi kolam sesuai pesanan, implementasikan perawatan yang ditentukan untuk sisi donor, yang dapat ditutup dengan balutan vaseline atau op site.
Lepaskan krim lama dari luka sebelum pemberian krim baru. Gunakan sarung tangan steril dan beriakn krim antibiotika topikal yang diresepkan pada area luka bakar dengan ujung jari. Berikan krim secara menyeluruh di atas luka.
Beritahu dokter bila demam drainase purulen atau bau busuk dari area luka bakar, sisi donor atau balutan sisi tandur. Dapatkan kultur luka dan berikan antibiotika IV sesuai ketentuan.


Tempatkan pasien pada ruangan khusus dan lakukan kewaspadaan untuk luka bakar luas yang mengenai area luas tubuh. Gunakan linen tempat tidur steril, handuk dan skort untuk pasien. Gunakan skort steril, sarung tangan dan penutup kepala dengan masker bila memberikan perawatan pada pasien. Tempatkan radio atau televisis pada ruangan pasien untuk menghilangkan kebosanan.
Bial riwayat imunisasi tak adekuat, berikan globulin imun tetanus manusia (hyper-tet) sesuai pesanan.
Muali rujukan pada ahli diet, beriakn protein tinggi, diet tinggi kalori. Berikan suplemen nutrisi seperti ensure atau sustacal dengan atau antara makan bila masukan makanan kurang dari 50%. Anjurkan NPT atau makanan enteral bial pasien tak dapat makan per oral.
Mengidentifikasi indikasi-indikasi kemajuan atau penyimapngan dari hasil yang diharapkan.







Pembersihan dan pelepasan jaringan nekrotik meningkatkan pembentukan granulasi.







Antimikroba topikal membantu mencegah infeksi. Mengikuti prinsip aseptik melindungi pasien dari infeksi. Kulit yang gundul menjadi media yang baik untuk kultur pertumbuhan baketri.


Temuan-temuan ini mennadakan infeksi. Kultur membantu mengidentifikasi patogen penyebab sehingga terapi antibiotika yang tepat dapat diresepkan. Karena balutan siis tandur hanya diganti setiap 5-10 hari, sisi ini memberiakn media kultur untuk pertumbuhan bakteri.
Kulit adalah lapisan pertama tubuh untuk pertahanan terhadap infeksi. Teknik steril dan tindakan perawatan perlindungan lainmelindungi pasien terhadap infeksi. Kurangnya berbagai rangsang ekstrenal dan kebebasan bergerak mencetuskan pasien pada kebosanan.






Melindungi terhadap tetanus.



Ahli diet adalah spesialis nutrisi yang dapat mengevaluasi paling baik status nutrisi pasien dan merencanakan diet untuk emmenuhi kebuuthan nutrisi penderita. Nutrisi adekuat memabntu penyembuhan luka dan memenuhi kebutuhan energi. Tgl 11-3-2002
08.30 Memandikan pasien, merawat luka, melakukan nekrotomy, mencuci rambut pasien.
09.30 Merawat luka pasien dengan SSD dan bethadine dan Gentamycin zalf untuk luka pada wajah, menuutp luka denga gas steril.

11.00 memantau vital sign.

13.00 Membantu pasien makan.
13.30. Memberi penjelasan pada pasien dan penunggu tentang:
- pentingnya pasien menghabiskna makan yang diberikan.
- Pentingnya minum banyak 2-3 liter perhari.
- Pentingnya pasien makan protein tinggi (puith telur, daging, tahu, tempe, ikan, hati) dan buah-buahan yang mengandung vit A,C dan E.

Tgl 12-3-2002
08.00 Membantu pasien makan pagi.
08.30 Memberi obat oral: Tarivid 400 mg dan Zegavit 1 tab.
09.00 Membersihkan tt dan menggnati linen penderita.
09.30 Merawat luka pada wajah denagn zalf gentamycin.
Memberi kompres PZ pada luka wajah.
10.00 Memberi ekstra susu.

13.00 memantau makan siang pasien.
13.30 Memberi kompres PZ.

Tgl 13-3-2002
08.00 Membantu pasien makan pagi
08.30 Memberi obat oral: Traivid 400 mg, Zegavit 1 tab, Mef Acid 500 mg.
09.00 Merawat luka wajah dengan Genatamycin zalf 1%.
Memberi kompres PZ pada wajah.
10.30 Memberi ekstra susu.

11.00 Memantau vital sign.

12.00 Memberi posisi duduk.
13.00 Membantu makan siang.

13.30 Memebri obat oral: Mef Acid.

Luka pada ext atas masih basah.


Serum pada luka wajah mengerak dan sulit dibersihkan.
Luka pada bagian tubuh yang lain, bersih (+), bula(-).
TD: 100/60 mmHg, N: 92 x/mnt; S: 370C.
Pasien makan ½ porsi, minum 400 cc.
Pasien dan keluarga mengatakan mengerti dengan penjelasan yang idberikan dan berjanji akan mentaati petunjuk yang diberikan.










Pasien makan 1 porsi habis, minum 400 cc.
Obat oral sudah diminum.


Linen bersih, tt rapi.

Luka terdapat serum yang mengerak, sulit dibersihkan.
Kompres PZ sudah dipasang.
Susu 200 cc diminum habis.
Pasien makan 1 porsi habis, minum 400 cc.
Pasien mengatakan nyaman.

Pasien makan ½ porsi habis, minum 400 cc.
Obat oral sudah diminum.


Serum yang mnegerak pada bagian pipi sudah terkelupas, luka kering dan bersih.

Susu 200 cc sudah diminum.
TD: 100/70 mmHg, N: 100 x/mnt; S: 37,40C.
Pasien merasa nyaman.
Pasien makan 1 porsi habis, minum 400 cc.
Obat oral sudah diminum.
Perubahan harga diri b/d Cedera luka bakar luas pada daerah wajah.
Data penunjang:
S: Pasien mengatakan malu dengan luka bakar yang mengenai wajah dan bertanya apakah dapat sembuh maksimal dan wajah dapat kembali seperti semula.
O: Pasien mengalami luka bakar gr II A-B 45%, luka bakar pada wajah dan leher 6%, bulu mata, alis, bulu hidung hangus.
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 hari, pasien menunjukkan perubahan harga diri yang adaptif.
Kriteria hasil:
Pasien tidak murung lagi, mau bercakap-cakap dengan petugas dan pasien lain, kooperatif dalam pengobatan dan perawatan yang diberikan, pasien dapat menerima adaptasi situasi baru terhadap perubahan pada wajahnya. Sediakan waktu untuk pasien dan orang terdekat untuk mengekspresikan perasaannya. Beriakn informasi pada pasien tentang regimen pengobatan dan perawatan yang dilakukan.

Hindari pemberian informasi bertubi-tubi pada pasien selama fase awal proses berduka. Jawab pertanyaan dengan jelas. Masukkan informasi dan instruksi tambahan jika pasien menunjukkan kesiapan mempelajari tindakan perawatan diri.

Bila pasien menyangkal, terima tanpa menguatkan penyangkalan. Hindari berdebat dnegan pasien dan membebani pasien dnegan realita.
Beriakn penghargaan untuk emngekspresikan perasaan. Arahkan pasien pada kelompok pendukung sesuai indikasi bila ada.

Pertahankan keluarga mendapat informasi tentang kemajuan pasien. Libatkan keluarga dalam perawatan pasien.

Anjurkan latihan rentang gerak sendi aktif setiap 2 jam. Posisikan bagian yang luka bakar pada kesejajaran tubuh fungsional. Denagn cedera luka bakar luas pada ekstremitas, rujuk pada terapis fisik untuk evaluasi terhadap kebutuhan dengan splint, alat atau traksi yang dibutuhkan.


Anjurkan pasien untuk melakukan AKS. Bnatu sesuai kebutuhan. Mengekspresikan perasaan membantu memudahkan koping. Pengetahuan akurat tentang hasil yang diharapkan membantu memudahkan transisi melalui proses berduka.


Interaksi terapi dapat membantu perubahan individu untuk menerima. Informasi yang berlebihan dapat menambah ansietas yang menyebabkan frustasi dan depresi.





Pendekatan ini menunjukkan penerimaan pasien dan membuka pintu untuk pasien merasakan nyaman dalam ekspresi perasaan jujur.

Dukungan kontinu penting untuk meningkatkan kemajuan ke arah penerimaan.



Membantu pasien menyatukan kembali harga diri yang baru.




Mencegah pengencangan jarinagn parut progresif dan kontraktur. Terapis fisik adalah spaesialis rehabilitatif yang dapat mengevaluasi potensial pemulihan pasien dan merencanakan program latihan untuk memaksimalkan pemulihan pasien. Latihan aktif membantu mempertahankan fleksibilitas sendi dan tonus otot dan meningkatkan sirkulasi.

Melakukan AKS memberikan latihan aktif, memudahkan pemeliharaan fleksibilitas sendi dan tonus otot, juga meningkatkan sirkulasi sehingga terjadi penyembuhan luka. Tgl 11-3-2002
08.00 Menemani pasien makan pagi.
10.00 Memberikan hiburan radio pada pasien.
11.00 Menemani pasien bercakap-cakap tenatng perasaanya setelah kejadian luka bakar.



12.00 menganjurakn apsien untuk aktif latihan ROM.
Melatih pasien latihan ROM secraa sederhana.

Tgl 12-3-2002
09.00 Melatih pasien ROM.

10.00 melibatkan keluarga dalam memberiakn kompres PZ pada luka wajah pasien.
Menerangkan pada keluarga perlunya memberikan kesempatan pada pasien utnuk melakukan AKS seperti makan, minum, ke kamar mandi secara mandiri.

Tgl 13-3-2002
08.00 menemani pasien makan.

09.00 Mengajarkan keluarga melatih pasien ROM.

11.30 Menjelaskan pada keluarga pentingnya dukungan keluarga terutama suami dalam meningkatkan harga diri pasien sehingga pasien dapat lebih nyaman dan tenang.
Pasien tampak senang karena ditemani makan.
Pasien ikut bernyanyi dengan gembira.
Pasien mengatakan senang bila ditemani oleh perawat bercakap-cakap dan mengemukakan keinginannya untuk dapat sembuh seperti sedia kala tanpa cacat pada wajah.
Pasien mengatakan mau berlatih secara kontinu.
Pasien mau mengikuti contoh gerakan yang diajarkan oleh perawat.

Pasien aktif berlatih sesuai petunjuk yang diberikan.
Keluarga mau mengikuti petunjuk yang diberikan.










Pasien makan sambil mengobrol tentang anak-anaknya.
Keluarga mengatakan paham dnegan petunjuk yang diberikan perawat.
Suami pasien mengatakan akan berusaha sesering mungkin meluangkan waktu untuk menunggui pasien di RS.







CATATAN PERKEMBANGAN:

Tanggal / jam Diagnosa Keperawatan Evaluasi
13-3-2002
12.00 WIB Nyeri b/d cedera luka bakar.
Data penunjang:
S: Pasien mengeluh nyeri dan panas pada area luka bakar.
O: Pasien mengalami luka bakar gr II A-B 45%, luka masih basah, pasien meringis kesakitan saat luka dirawat, skala nyeri 7-8, N: 92 x/mnt.
S: Pasien mengatakan rasa nyeri dan perih pada luka bakar terutama pada daerah wajah sudah jauh berkurang, nyeri masih dirasakan pada daerah lengan kanan atas. Pasien mengatakan malam hari dapat istirahat dnegan nyenyak.
O: Skala nyeri 5-6, pasien tidak meringis kesakitan lagi saat diobati, luka pada wajah sudah mengering, luka pada ext atas maish basah N: 100 x/mnt.
A: Masalah belum teratasi.
P: lanjutkan planning seluruhnya.
13-3-2002
12.00 WIB Resiko infeksi b/d Kehilangan integritas kulit yang disebabkan oleh luka bakar.
Data penunjang:
S: Pasien mengeluh luka bakar terasa nyeri dan panas.
O: Area luka bakar masih basah, pasien mengalami luka bakar gr II A-B 45%, warna merah muda pucat, HB: 12 gr/dl, LED: 70 mm/jam, albumin: 33,3 gr/dl.
S: Pasien mengatakan rasa nyeri dan apans pada luka sudah agak berkurang.
O: Area luka bakar pada wajah sudah kering, luka bakar masih basah pada area ext atas kanan, pasien rencaa dialkukan pemeriksaan ulang: DL, RFT, LFT, FH, SE, albumni pada tanggal 14-3-2002.
A: Masalah tidak terjadi.
P: Lanjutkan planning sampai luka bakar kering.
13-3-2002
12.00 WIB Perubahan harga diri b/d Cedera luka bakar luas pada daerah wajah.
Data penunjang:
S: Pasien mengatakan malu dengan luka bakar yang mengenai wajah dan bertanya apakah dapat sembuh maksimal dan wajah dapat kembali seperti semula.
O: Pasien mengalami luka bakar gr II A-B 45%, luka bakar pada wajah dan leher 6%, bulu mata, alis, bulu hidung hangus.
S: Pasien mengatakan sudah pasrah dnegan keadaan luka pada wajah dan tubuhnya, pasien berjanji akan mentaati semua petunjuk yang diberikan demi kesembuhan lukanya.
O: Luka bakar pada area wajah sudah kering, luka bersih, pasien mau diajak bercakap-cakap, pasien tidak menujukkan gejala murung, menarik diri, pasien kooperatif terhadap semua perawatn yang dilakukan, pasien mau melakuakn AKS (mandi, makan, minum, ke kamar mandi) secara mandiri.
A: Masalah tidak terjadi.
P: Pertahankan keberhasilan yang dicapai.

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Ny.SLF.
DENGAN COMBUSTIO GR II A-B 45 %
DENGAN CEDERA INHALASI POST BULECTOMY
DI RUANG BEDAH G, RSUD DR. SOETOMO SURABAYA
TANGGAL 11 – 13 MARET 2002



( Disusun Sebagai Bahan Laporan Kasus Praktek Keperawatan Profesi
di Ruang Bedah G, RSUD Dr. Soetomo Surabaya)







Oleh:
SUBHAN
NIM 010030170 B





PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2002



LEMBAR PENGESAHAN






Laporan Kasus Dengan judul:


ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Ny. SLF.
DENGAN COMBUSTIO GR II A-B 45 %
DENGAN CEDERA INHALASI POST BULECTOMY
DI RUANG BEDAH G, RSUD DR. SOETOMO SURABAYA
TANGGAL 11 – 13 MARET 2002



Disahkan Sebagai Bahan Laporan Kasus

Di Ruang Bedah G, RSUD Dr. Soetomo Surabaya
Tanggal 14 Maret 2002






Pembimbing Akademik, Pembimbing Ruangan,



T J u T j u k, S.KP I Made Saderu, A. Md. Kep

Minggu, 04 Oktober 2009

TRAUMA PERSALINAN

1. Konsep Dasar Medis
Pengertian
Trauma kelahiran adalah kelahiran pada bayi baru lahir yang terjadi karena trauma kelainan akibat tindakan, cara persalinan / gangguan yang diakibatkan oleh kelainan fisiologik persalinan (Sarwono Prawirohardjo, 2001 :229)

Menurut A.H. Markum dkk (1991 : 266) Etiologi :
Makrosomia
Mal presentasi (bagian terendah janin yang tidak sesuai)
Presentasi ganda (bagian terendah janin lebih dari 1 bagian)
Disproporsi sephalo pelvik (ketidak sesuaian panggul dan kepala janin)
Kelahiran dan tindakan (proses persalinan yang tidak spontan tapi dengan menggunakan alat)
Persalinan lama (persalinan yang lebih dari 24 jam)
Persalinan presipitatus (persalinan dimana gejala Kala I tidak dirasakan sakit dan berakhir dengan lahirnya bayi)
Bayi kurang bulan (bayi lahir dengan usia kehamilan 22 – 26 minggu)
Distosia bahu (kemacetan bahu)

Macam-macam (Dep.Kes. RI, 1997 : 28)
Trauma pada jaringan lunak
Perlukaan Kulit
Diagnosis : Perlukaan pada bayi timbul pada persalinan dengan cunam atau vakum ekstraktor
Tindakan : Bersihkan daerah luka
Beri antiseptik lokal

Kaput Suksedaneum
Pengertian : Pembengkakan pada suatu tempat dan kepala / adanya timbunan getah bening bawah lapisan apenorose di luar periostium.

Etiologi
Karena adanya tekanan pada kepala oleh janin lahir baik pada :
- Partus lama
- Persalinan dengan vacum ekstraksi
Kaput suksedanum terjadi bila :
- Ketuban sudah pecah
- His cukup kuat, makin kuat his, makin besar caput suksedaneum
- Anak hidup, tidak terjadi pada anak yang mati.
- Selalu terjadi pada bagian yang terendah dari kepala.
Tanda / gejala :
- Adanya odem di kepala berwarna kemerahan
- Pada perabaan terasa lembut dan lunak
- Odema melampaui sela-sela tengkorak.
- Batas tidak jelas
- Menghilang 2-3 hari tanpa pengobatan.


Patofisiologi
- Persalinan dengan vacum forcep
- Partus lama

Tekanan daerah kepala sub periostal




Kerusakan jaringan sub periostal
Kerusakan integritas jaringan
Nutrisi Injury Eliminasi alvi

Tindakan : Kelainan ini tidak memerlukan pengobatan khusus, biasanya menghilang dalam beberapa hari setelah lahir.

Sephal hematoma
Pengertian : Pembengkakan pada kepala karena adanya penumpukan darah yang disebabkan oleh perdarahan subperiostium.

Etiologi
- Tekanan jalan lahir terlalu lama pada kepala waktu persalinan
- Moullage terlalu keras  selaput tengkorak robek
- Partu dengan tindakan :
 Forcep
 Vacum ekstraksi
Frekuensi 0,5 – 2% dari kelahiran hidup

Tanda / gejala
- Kepala bengkak dan merah
- Batas jelas
- Pada perabaan mula-mula lunak, lambat laun keras.
- Menghilang pada waktu beberapa minggu.
Patofisiologi
- Partus lama
- Moulage terlalu keras
- Persalinan dengan vacum dan forcep

Tekanan daerah kepala sub periostal


Perdarahan


Kerusakan jaringan sub periostal
Kerusakan integritas jaringan
Nutrisi Injury Eliminasi alvi

Tindakan : Bila tidak ada gejala lanjut, kelainan ini tidak memerlukan tindakan khusus, karena akan menghilang dengan sendirnya setelah 3-4 bulan.
Trauma Muskulus Sternokleidomastoideus
Diagnosis : Minggu pertama  terdapat tumor berdiameter 1,2 cm pada muskulus sternokleidomastoideus. Berbatas tegas, sukar digerakkan dari dasarnya. Kepala serta leher bayi cenderung miring ke arah otot yang sakit. Akan terjadi penyembuhan sendiri, tetapi otot menjadi lebih pendek dari normal. Tumor ini timbul akibat perlukaan yang menimbulkan hematoma ketika melahirkan kepala bayi pada persalinan letak sungsang.
Tindakan : Lakukan fisioterapi dengan menggerakkan kepala bayi ke kanan dan ke kiri setiap hari 5-10 kali.
Beri antiseptik lokal
Trauma pada Susunan Saraf
Paralisis Pleksus Brakialis
Kelainan ini dibedakan atas :
- Paralisis Duchenne – Erb
- Paralisis Klumpke
Etiologi : Akibat tarikan kuat di daerah leher saat bayi lahir sehingga terjadi kerusakan pada pleksus brakialis.
Diagnosis : - Paralisis Duchene – Erb
Terjadi kelemahan pada lengan untuk fleksi, abduksi serta memutar keluar disertai hilangnya refleks biseps dan moro. Lengan pada posisi aduksi dan memutar ke dalam dengan lengan bawah proslasi dan telapak tangan ke arah belakang
- Paralisis Klumpke
Timbulnya kelemahan pada otot fleksor pergelangan sehingga bayi kehilangan refleks mengenal. Paralisis ini jarang terjadi.
Tindakan : Rujuk ke rumah sakit untuk fisioterapi
Paralisis Nervus Fasialis
Diagnosis : - Timbul gejala separuh muka bayi tidka dapat digerakkan. Kelainan ini terjadi akibat tekanan perifer pada Nervus fasialis saat lahir
- Sering terjadi pada persalinan dengan ekstraksi cuman
Tindakan : - Bila kelainan pada saraf VIII hanya berupa edema. Biasanya sembuh dalam beberapa hari tanpa tindakan khusus. Jika 1 minggu  tidak ada perubahan, segera rujuk / konsultasi ke rumah sakit
Paralisis Nervus Frenikus
Etiologi : Kelahiran sungsang  regangan pada pleksus brakialis yang menyebabkan regangan pada Nervus Frenikus karena jalannya bersamaan
Tindakan : - Terjadi paralisis pada Nervus Frenikus yang bersifat unilateral atau bilateral  terjadi paralisis diafragma. Paralisis nervus frenikus biasanya menyertai paralisis duchene – Erb dan diafragma yang terkena biasanya diafragma kanan sehingga bila ada paralisis Duchene – Erb perhatikan pernapasan bayi.
- Pada paralisis berat, bayi dapat memperlihatkan sindrome gangguan pernapasan dengan dispne dan sianosis.
Tindakan : Rujuk ke rumah sakit
Perdarahan Intrakranial
Diagnosis : - Terdapat gejala asfiksia yang sukar diatasi
- Setengah sadar, merintih
- Sesak napas
- Pucat
- Muntah
- Ada kalanya dengan kejang
- Gejala neurologi yang timbul akan bervariasi, tergantung pada tempat dan luasnya kerusakan jaringan otak yang diakibatkan oleh perdarahan tersebut.
Tindakan : - Vitamin K injeksi 12 mg/im untuk bayi aterm dan 1 mg untuk bayi preterm
- Hindari manipulasi
- Rujuk ke rumah sakit
Patah Tulang
Fraktura Klavikula
Etiologi : - Bayi besar
- Persalinan letak sungsang dengan lengan menumbuk ke atas
- Sering timbul kesulitan dalam melahirkan bahu
Diagnosis : - Timbul kelemahan pada lengan sisi yang terkena disertai menghilangnya refleks moro pada sisi tersebut
- Bisa dengan palpasi dan jika perlu dengan potret rontgen
Tindakan : Imobilisasi dengan menggunakan “Ransel Verband”
Fraktura Humeri
Etiologi : - Kesalahan teknis dalam melahirkan lengan pada persalinan kepala
- Letak sungsang denganlengan menumbung ke atas
Diagnosis : - Lengan pada sisi terkena tidak dapat digerakkan disertai menghilangnya reflek moro
Tindakan : - Imobilisasi lengan selama 2,4 minggu
- Rujuk ke rumah sakit
Fraktura Femoris
Etiologi : - Kesalahan teknis dalam persalinan letak sungsang
- Kelainan ini jarang terjadi
Diagnosis : - Imobilisasi
- Rujuk ke rumah sakit
2. Landasan Askep Kaput Suksedaneum
Pengkajian
Biodata
Didapatkan pada bayi baru berumur beberapa hari.
Keluhan Utama
Adanya benjola di kepala
Riwayat Penyakit Sekarang
Oedema pada kepala terasa lembut dan lunak dengan batas tidak jelas
Organ tubuh yang lain relatif seperti bayi normal
Riwayat Penyakit Dahulu
- Dalam proses persalinan bayi lahir dengan bantuan vacuum ekstrasi
- Proses persalinan bayi lama
ADL (Activity Daily Life)
Pola Nutrisi
Pemberian ASI yang adekuat
Pola Aktivitas
Tidak sering diangkat agar benjola tidak meluas
Pola Istirahat
Biasanya bayi sering tidur
Pola Eliminasi
Jumlah output sesuai dengan intake yang dikeluarkan
Pola Personal Hygiene
Pasien diseka di tempat tidur
Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum
1) TTV
Nadi : 180 x/mnt, pada menit I, kemudian turun sampai 120-140x/mnt
RR : 80 x/mnt, pada menit I, kemudian menurun setelah tenang 40x.mnt
Suhu : 365oC – 374oC
2) Kesadaran Composmentis
3) Pemeriksaan Fisik
- Kepala : Terdapat benjolan di kepala berwarna kemerahan, teraba lembut, lunak
- Thorax : Lingkar dada 30 – 38 cm
- Genetalia : - Sesuai umur kehamilan
- Bila bayi kurang bulan,Pada bayi laki-laki, testis belum turun, pada bayi wanita labia mayora belum menutupi labia minora
- Ekstrimitas : Aktif
- Integumen : Kulit badan dan ekstremitas kemerah-merahan

Diagnosa Keperawatan
Kerusakan Integritas jaringan openorose berhubungan dengan trauma jalan lahir yang ditandai dengan :
- Adanya timbunan getah bening di bawah lapisan oponorose di luar periotium (benjolan)
- Batas tidak jelas
- Pada perabaan lunak

Orang tua cemas berhubungan dengan adanya benjolan di kepala bayi
Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat
Resiko injuri berhubungan dengan kerusakan jaringan sub periostal

Intervensi
Kerusakan Integritas jaringan openorose berhubungan dengan trauma jalan lahir
Tujuan
Tidak terjadi kerusakan integritas jaringan
Kriteria Hasil
Benjolan mengecil atau hilang dalam beberapa jam /hari
Perencanaan
1) Jelaskan penyebab terjadinya kaput suksedoneum
R/ Pengetahuan ibu yang adekuat akan menambah kooperatif dalam tindakan
2) Jelaskan pada ibu agar tidak seirng mengangkat / menggendong bayi
R/ Dengan bayi istirahat akan mempermudah jaringan untuk menutup
3) Jelaskan pada ibu agar tidak memijit-mijit benjolan di kepala
R/ Dengan istirahat, oedema tidak meluas
4) Jelaskan pada ibu untuk tetetap memberi ASI sesering mungkin
BB > 2.500 gram 8x / 24 jam
BB > 2.000 gram 12 x/24 jam
R/ Mencukupi hidrasi untuk mempercepat penyembuhan
5) Observasi TTV tiap 4 jam
R/ Deteksi dini terhadap penyimpangan
6) Memberikan pesan pada ibu untuk perawatan bayi sehari-hari diutamakan di tempat tidur
R/ Peningkatan pengetahuan ibu dapat menunjang keberhasilan perawatan

Orang tua cemas berhubungan dengan adanya benjolan di kepala bayi
Tujuan
Kecemasan orang tua berkurang atau orang tua tidak cemas
Kriteria Hasil
1) Dapat menjelaskan penyebab benjolan dan tindakan yang dilakukan
2) Orang tua dapat menerima keadaan bayinya
Perencanaan
1) Berikan HE pada orang tua tentang kaput suksedaneum
R/ Kecemasan berkurang dengan penjelasan yang diterima
2) Jelaskan pada orang tua tentang perawatan bayi
R/ Menambah pengetahuan yang adekuat dalam proses penyembuhan bayi
Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat
Tujuan
Kebutuhan nutrisi adekuat
Kriteria Hasil
1) Mencapai status nutrisi normal dengan BB yang sesuai
2) Mencapai keseimbangan intake dan output
3) Mencapai kadar gula darah normal
Perencanaan
1) Timbang BB tiap hari
R/ Mendeteksi adanya penurunan atau peningkatan berat badan
2) Bila ASI belum keluar,berikan :
- ASI hari I : 60 cc/kg/BB/24 jam
II : 90 cc/kg/BB/24 jam
III : 120 cc/kg/BB/24 jam
IV : 150 cc/kg/BB/24 jam
Sampai umur 1 mgg maksimal sampai 200 cc.
- Cairan,hari I : 60 cc/kg /BB/24 jam
II: 80 cc/kg/BB/24 jam
III: 100 cc/kg/BB/24 jam
IV: 120 cc/kg/BB/24 jam
R/ Diperlukan keseimbangan cairan dan kebutuhan kalori secara parisal
3) Monitor adanya hipoglikemi
R/ Masukan nutrisi inadekuat menyebabkan penurunan glukosa dalam darah.
Resiko injuri berhubungan dengan kerusakan jaringan sub periostal
Tujuan
Mencegah injury yang berkelanjutan
Kriteria Hasil
1) Menunjukan tidak ada tanda-tanda perdarahan dalam proseudr
2) Mempunyai pergerakan perubahan sehari
3) Bebas injury dan lingkungan yang bebas.
Perencanaan
1) Inspeksi faeses, gusi, emesis, sputum, secret nasal
R/ Mengetahui adanya perdarahan sebagai tanda-tanda trombositopenia
2) Cegah konstipasi
R/ Mencegah kerusakan mukosa anus sehingga mengurangi resiko infeksi
3) Sediakan lingkungan yang aman
R/ Lingkungan yang aman akan menurunkan resiko spontan perdarahan bila anak mengalami trombositopenia.
4) Instruksikan kepada keluarga / ibu klien untuk menjaga klien
R/ Terhindar dari injury

Implementasi
Melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana yang telah dibuat, prinsipnya adalah :
Menghilangkan /mengatasi kerusakan integritas jaringan
Mengatasi kecemasan pada orang tua

Evaluasi
Dengan mencocokkan data setelah dilakukan tindakan dengan kriteria hasil pada tujuan sesuai dengan waktu.


DAFTAR PUSTAKA


Sarwono Prawirohardjo, 2001, Asuhan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Yayasan Bina Pustaka, Jakarta.
________, Hanifah Wiknojosastro, 1999, Ilmu Kebidanan, Edisi III, Yayasan Bina Pustaka, Jakarta.
Departemen Kesehatan RI, 1997, Pedoman Pelayanan Kesehatan Perinatal di Wilayah Kerja Puskesmas, Jakarta.

Sabtu, 03 Oktober 2009


Alasan Perempuan Selingkuh
Januari 28, 2009 bayex Tinggalkan komentar Go to comments

selingkuh1

Persentase perempuan selingkuh mungkin tak mampu mengalahkan banyaknya jumlah pria yang selingkuh. Tapi para pria boleh mulai berhati-hati. Menurut sebuah penelitian di Amerika Serikat, 14 persen perempuan pernah berselingkuh paling tidak satu kali.

Nah, para pria mungkin bisa mencegahnya jika tahu alasan-alasan mengapa perempuan terlibat dalam suatu perselingkuhan. Ini nih beberapa alasannya…

Membalas perselingkuhan sang pria
Makanya jangan suka menyakiti hati seorang perempuan. Mereka kan juga manusia dan mempunyai rasa dendam lho. Lebih baik kamu minta maaf sama pasanganmu jika kamu pernah membuat kesalahan seperti itu dan meyakinkannya kamu nggak akan mengulanginya lagi. Daripada…

Merasa Terabaikan
Wanita memang lebih sensitif. Rasa diabaikan, ditinggalkan ataupun tak dihargai, merupakan beberapa faktor yang mendorong ia berselingkuh. Alasan mencari pria yang lebih menghargainya pun bisa dilakoninya lho…

Kurangnya keintiman
Kalian boleh saja merasa mempunyai segalanya, harta berlimpah, karir yang berada di puncak, atau semacamnya. Tapi lihat dulu bagaimana intensitas hubungan percintaanmu. Perempuan itu lebih memikirkan keintiman dibanding pria. Rasa sayang dan dicintailah yang dibutuhkan seorang wanita. Kalau kamu merasa rasa itu mulai pudar, cobalah sekali waktu menghabiskan waktu hanya berdua dengan pasanganmu.

Rasa percaya diri
Sebuah affair katanya dapat menambah rasa percaya diri seorang perempuan lho. Ia merasa jauh lebih seksi, lebih cantik dan juga lebih dicintai. Jadi tampaknya para kaum adam perlu sedikit waspada jika pasangannya memiliki masalah parcaya diri.

Kurangnya seks
Nah, yang satu ini mungkin alasan yang paling sering terdengar sejak jaman dahulu kala. Ternyata tak hanya pria, perempuan juga mengalami hal seperti ini. Seks yang sudah mulai tak bergairah, tampaknya harus segera diperbaiki tuh. Coba ingat-ingat masa indah saat awal hubungan kalian dulu dan terapkan kembali saat ini juga…

Rayuan Gombal Penakluk Wanita
Juli 4, 2009 bayex Tinggalkan komentar Go to comments

playboyBerikut ini dibeberkan beberapa rayuan maoet bagi anda (pria) ditujukan untuk wanita yang anda idamkan. Memang jaman sekarang banyak wanita yang lebih memilih materi ketimbang romantisme. Maklum saja ekonomi lagi sulit. Tapi gak ada salahnya melancarkan rayuan gombal. kalo beruntung, doi akan jadi pacar anda tapi jika kurang beruntung paling dilempar asbak doang hehehe. Semoga rayuan ini bisa jadi inspirasi bagi anda untuk menaklukan wanita…. meski jayus :

* Tadi malam aku kirim bidadari untuk menjaga tidurmu. Eh, dia buru-buru balik. Katanya, ‘Ah, masa bidadari disuruh jaga bidadari?’ — TOEENGG.
* Kalau kamu nanya berapa kali kamu datang ke pikiranku, jujur aja, cuma sekali. abisnya, ga pergi2 sih! — Gubraak!!
* Sempet bingung jg, kok aku bisa senyum sendiri. Baru nyadar, aku lagi mikirin kamu. — WAKS!
* Kalau suatu saat kamu hancurkan hatiku… akan kucintai kamu dengan kepingannya yang tersisa. — Hoeeek!
* Berusaha melupakanmu, sama sulitnya dengan mengingat seseorang yang tak pernah kukenal. — Hahaha nice one!
* Kalau kamu ajak aku melompat bareng, aku ngga bakalan mau. Mending aku lari ke bawah, bersiap menangkapmu. — idih gepeng ntar!
* Aku pernah jatuhkan setetes air mata di selat Sunda. Di hari aku bisa menemukannya lagi, itulah waktunya aku berhenti mencintaimu. — jitak!
* Ga usah janjiin bintang dan bulan untuk aku, cukup janjiin kamu bakal selalu bersamaku di bawah cahayanya. — Jreng.. gak kuku..
* Kalau kamu nanya mana yg lebih penting buat aku: hidupku atau hidupmu, aku bakal jawab hidupku. Eits, jangan marah dulu, karena kamulah hidupku. — hahaha sakit perut..
* Pertama ketemu, aku takut ngomong sama kamu. Pertama ngomong sama kamu, aku takut kalau nanti suka sama kamu. Udah suka, aku makin takut kalau jatuh cinta. Setelah sekarang cinta sama kamu, aku jadi bener2 takut kehilangan kamu. Kamu emang menakutkan — gantung diri…
* Ketika hidup memberiku seratus alasan untuk menangis, kau datang membawa seribu alasan untuk tersenyum. — getok pake kursi
* Jika aku bisa jadi bagian dari dirimu, aku mau jadi airmatamu, yang tersimpan di hatimu, lahir dari matamu, hidup di pipimu, dan mati di bibirmu – maksut loh?!
* Orang bilang bulan itu indah…tapi aku bilang tidak. Orang bilang planet venus itu cantik…tapi menurut aku tidak. Aku bilang bumi itu indah dan cantik…karena ada kamu. — lempar pake bedug mesjid!
Alasan Perempuan Selingkuh
Januari 28, 2009 bayex Tinggalkan komentar Go to comments

selingkuh1

Persentase perempuan selingkuh mungkin tak mampu mengalahkan banyaknya jumlah pria yang selingkuh. Tapi para pria boleh mulai berhati-hati. Menurut sebuah penelitian di Amerika Serikat, 14 persen perempuan pernah berselingkuh paling tidak satu kali.

Nah, para pria mungkin bisa mencegahnya jika tahu alasan-alasan mengapa perempuan terlibat dalam suatu perselingkuhan. Ini nih beberapa alasannya…

Membalas perselingkuhan sang pria
Makanya jangan suka menyakiti hati seorang perempuan. Mereka kan juga manusia dan mempunyai rasa dendam lho. Lebih baik kamu minta maaf sama pasanganmu jika kamu pernah membuat kesalahan seperti itu dan meyakinkannya kamu nggak akan mengulanginya lagi. Daripada…

Merasa Terabaikan
Wanita memang lebih sensitif. Rasa diabaikan, ditinggalkan ataupun tak dihargai, merupakan beberapa faktor yang mendorong ia berselingkuh. Alasan mencari pria yang lebih menghargainya pun bisa dilakoninya lho…

Kurangnya keintiman
Kalian boleh saja merasa mempunyai segalanya, harta berlimpah, karir yang berada di puncak, atau semacamnya. Tapi lihat dulu bagaimana intensitas hubungan percintaanmu. Perempuan itu lebih memikirkan keintiman dibanding pria. Rasa sayang dan dicintailah yang dibutuhkan seorang wanita. Kalau kamu merasa rasa itu mulai pudar, cobalah sekali waktu menghabiskan waktu hanya berdua dengan pasanganmu.

Rasa percaya diri
Sebuah affair katanya dapat menambah rasa percaya diri seorang perempuan lho. Ia merasa jauh lebih seksi, lebih cantik dan juga lebih dicintai. Jadi tampaknya para kaum adam perlu sedikit waspada jika pasangannya memiliki masalah parcaya diri.

Kurangnya seks
Nah, yang satu ini mungkin alasan yang paling sering terdengar sejak jaman dahulu kala. Ternyata tak hanya pria, perempuan juga mengalami hal seperti ini. Seks yang sudah mulai tak bergairah, tampaknya harus segera diperbaiki tuh. Coba ingat-ingat masa indah saat awal hubungan kalian dulu dan terapkan kembali saat ini juga…
Tanda-Tanda Cowok Selingkuh
Januari 28, 2009 bayex Tinggalkan komentar Go to comments

cemburuPernahkah Anda diselingkuhi oleh pasangan Anda? Ternyata cowok selingkuh itu tidak selalu bersikap cuek sama Anda. Bahkan ada beberapa tindakan yang justru membuat Anda berpikir bahwa cowok atau pacar laki-laki Anda tambah sayang kepada Anda. Agar tidak salah sangka dan untuk mencegah hal itu jangan sampai terjadi atau minimal tidak akan terulang lagi, mari kita lihat apa saja tanda-tanda laki-laki bila ada niat atau malah sudah berselingkuh di belakang Anda.

Menjadi pencemburu berat. Pacar yang biasanya cuek ketika Anda pergi kemana atau dengan siapa, mendadak menjadi seorang pencemburu berat. Hampir setiap jam ia menelepon Anda untuk menanyakan keadaan dan posisi Anda. Pada awalnya terlihat seperti bentuk perhatian, dan hal ini biasanya dilakukan oleh cowok yang pernah selingkuh. Dia memiliki ketakutan sendiri kalau pacarnya akan berselingkuh juga.

Berubah menjadi permisif. Ketika Anda bercerita tentang teman atau sahabat yang selingkuh, maka jika biasanya ia akan berempati pada si korban atau kemudian menyalahkan temannya, maka kali ini dia mengeluarkan pendapat berbeda. Bukannya menyalahkan, dia justru memaklumi perselingkuhan yang dilakukan teman tersebut. Lalu ketika Anda tidak setuju dengan pendapatnya, ia membeberkan sejumlah alasan logis yang mengisyaratkan bahwa seolah-olah berselingkuh itu bukanlah perkara besar.

Punya ‘hobi’ baru. Sebelumnya pacar Anda mungkin alergi jika harus membaca ramalan atau mungkin mendengarkan lagu yang mellow, ternyata kelakuannya menjadi berubah total dan menjadi sebaliknya.

Terlalu banyak menuntut. Dulunya pacar Anda tidak begitu peduli dengan penampilan Anda. Namun tiba-tiba, ketika Anda sedang jalan bersamanya, sang pacar mulai menginginkan banyak hal dari Anda dan mulai menuntut macam-macam. Kalau sudah begini, mungkin sebaiknya Anda harus berhati-hati.

Tidak mengakui keberadaan Anda. Untuk hal ini, Anda dapat meminta jawaban dari teman atau sahabatnya. Apakah dia sering tak mengakui status Anda ketika Anda tak bersamanya? Atau dia mengakui belum memiliki pacar? Jika jawabannya ya, maka Anda harus berhati-hati, dan kemungkinan pasangan Anda telah menemukan wanita lain.

Memperbolehkan Anda untuk berjalan dengan lelaki lain. Jika dia berkata, “Aku tidak mau mengekang kebebasan kamu, kalau kamu ingin kencan dengan orang lain, aku enggak keberatan kok.” atau dia tidak pernah keberatan ataupun marah ketika Anda pergi dengan lelaki lain, maka sebenarnya ada maksud tersembunyi dari kata-katanya, yang berarti bahwa ia juga tidak ingin merasa bersalah bila kelak dia berkencan dengan perempuan lain.

Jadi super detail. Menurut Julia Hartley Moore, terapis perkawinan dari Selandia Baru, saat seseorang ingin membohongi Anda, teknik yang sering digunakan adalah memberi terlalu banyak detail. Jika sebelumnya, dia suka menjawab seadanya, lalu mendadak dia suka menjawab panjang lebar dari pertanyaan yang cukup sederhana, maka bersiaplah, karena dia telah memiliki scenario sempurna untuk menutupi perbuatan selingkuhnya.

Mengenal wanita lain dan menyimpan nomornya. Tanpa sengaja Anda menemukan nomor telepon atau nama perempuan yang tidak Anda kenal di dompet, ponsel atau agendanya, maka Anda patut curiga karenanya. Jika hanya teman biasa, maka ia pasti bisa menjelaskan dengan gambling. Namun, karena nama tersebut terkesan disembunyikan dari Anda, ada kemungkinan dia ingin mendekati perempuan tersebut untuk diajak berkencan.Untuk itu, Anda harus rajin menyelidiki dari teman atau sahabat atau bahkan keluarganya.

Menutupi rasa bersalah. Untuk menutupi rasa bersalahnya, pasangan cowok Anda tiba-tiba memberikan perhatian lebih dari biasanya. Misalnya, pacar Anda memberikan hadiah kepada Anda, padahal tanggal jadian saja sering di lupakan.
11 Tips Kecil Mengatasi Cemburu…
April 28, 2009 bayex Tinggalkan komentar Go to comments

cemburu

Setiap orang pasti dapat merasakan detak-detak gemuruh dalam dadanya saat cemburu merasuk di seluruh urat nadinya. Bila itu yang terjadi saat Anda cemburu, ada tip kecil yang dapat Anda lakukan.

1.
Tarik napas dalam-dalam lalu hembuskan sekuat mungkin, lakukan ini minimal 50 kali dijamin Anda kelelahan sendiri dan lupa pada rasa cemburu.
2.
Minum air putih paling sedikit tiga gelas.
3.
Putar musik kuat-kuat, terutama musik-musik beraliran keras, ikutlah bernyanyi.
4.
Berenang, merupakan cara jitu mengatasi sesak di dada akibat cemburu.
5.
Simpan semua benda-benda yang bisa mengingatkan Anda padanya.
6.
Pergilah ke pantai, pandangi lautan bebas dan hiruplah udara segar sebanyak mungkin.
7.
Alihkan pikiran pada hal-hal lain yang lebi positif, seperti rencana masa depan yang menantang. Konsentrasikan terus bila selalu gagal, jangan pernah menyerah pada rasa cemburu.
8.
Jangan sekali-kali mencari pelarian dengan mengkonsumsi makan-makanan berlebih, karena pada akhirnya justeru akan menambah masalah baru.
9.
Temui sahabat lama, galilah nostalgia masa lalu bersamanya, usahakan kenangan yang menyenangkan saja.
10.
Menangislah sepuas hati.
11.
Berdoalah dan pasrahkan seluruh keadaan pada Tuhan, mintalah petunjuk kemana langkah yang harus ditempuh.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Saat ini penduduk yang berusia lanjut (diatas 60 tahun) di Indonesia terus meningkat jumlahnya bahkan pada tahun 2005-2010 nanti diperkirakan menyamai jumlah Balita (usia bawah lima tahun) yaitu sekitar 8,5% dari jumlah seluruh penduduk atau sekitar 19 juta jiwa. Peningkatan itu seiring meningkatnya umur harapan hidup (UHH) yaitu 67 tahun untuk perempuan dan 63 tahun untuk laki-laki. Hal ini mencerminkan salah satu hasil dalam upaya pembangunan kesehatan di Indonesia. Tetapi di sisi lain merupakan tantangan bagi kita semua untuk dapat mempertahankan kesehatan dan kemandirian para lanjut usia agar tidak menjadi beban bagi dirinya, keluarga maupun masyarakat (Depkes, 2004).
Dari jumlah itu sekitar 15% diantaranya mengalami dementia atau pikun, disamping penyakit degeneratif lainnya seperti penyakit kanker, jantung, reumatik, osteoporosis, katarak dan lain-lain. Dementia atau pikun adalah salah satu penyakit yang ditandai gangguan daya pikir dan daya ingat yang bersifat progresif disertai gangguan bahasa, perubahan kepribadian dan perilaku.
Ironisnya, sebagian besar masyarakat masih minim pengetahuannya tentang penyakit ini. Mereka masih menganggap penyakit ini adalah penyakit yang pasti diderita oleh sebagian besar manusia ketika mereka menginjak usia senja. Sebenarnya, yang perlu mereka ketahui, penyakit ini bisa dicegah sejak dini dan tidak datang pada masa muda dan pada usia produktif.
Hal inilah yang menjadi latar belakang penulis untuk membuat karya tulis dengan tema ‘dementia’ ini, semoga para pembaca dapat mengetahui seluk beluk tentang penyakit ini.
1.2 Tujuan
Tujuan dibuatnya karya tulis ini adalah :
a. Mengetahui dan menjelaskan definisi dari dementia
b. Mengetahui dan menjelaskan etiologi dari dementia
c. Mengetahui dan menjelaskan klasifikasi dan jenis dari dementia
d. Mengetahui dan menjelaskan patologi dari dementia
e. Mengetahui dan menjelaskan gambaran klinis dari dementia
f. Mengetahui dan menjelaskan diagnosis dari dementia
g. Mengetahui dan menjelaskan diagnosis banding dari dementia
h. Mengetahui dan menjelaskan penatalaksanaan dari dementia
i. Mengetahui dan menjelaskan pencegahan dari dementia

















BAB II
ISI

2.1 Definisi
Ada sejumlah definisi tentang dementia, tetapi semuanya harus mengandung tiga hal pokok, yaitu:
a. Gangguan Kognitif
b. Gangguan tadi harus melibatkan berbagai aspek fungsi kognitif dan bukan sekedar penjelasan defisit neuropsikologik
c. Penderita tidak terdapat gangguan kesadaran, demikian pula delirium, yang merupakan gambaran yang menonjol
Definisi lain dari dementia adalah sebagai suatu kehilangan kemampuan kognitif secara multidimensional dan terus menerus, termasuk gangguan daya ingat, demikian pula dengan satu atau lebih hal berikut, yaitu afasia, apraksia, agnosia, atau gangguan dalam perencanaan, pengaturan, dan kemampuan pemikiran yang abstrak.
Dementia dapat progresif, statik, atau dapat pula mengalami remisi. Reversibilitas demensia merupakan fungsi patologi yang mendasarinya,serta bergantung pula pada ketersediaan dan kecepatan terapi yang efektif.
Dementia sering dikaitkan dengan kaum lanjut usia, penyakit ini berhubungan dengan fungsi otak dan penyakit ini berisiko tinggi diderita oleh oleh golongan muda dan anak-anak (yang notabene nya adalah kelompok usia produktif). Fenomena pikun pada usia muda dan produktif merupakan hal yang sangat menakutkan bagi kita semua. Proses ini berawal dari hal-hal kecil yang terlupakan dari jadwal harian yang berantakan, kondisi fisik yang menurun sampai akhirnya tidak sanggup lagi bekerja dan harus menghabiskan waktu dirumah.
2.2 Etiologi
Penyebab dementia meliputi sejumlah besar keadaan, beberapa bersifat reversibel, dan beberapa progresif, yang menyebabkan penyebaran yang luas dari kerusakan otak atau disfungsi. Disebutkan dalam sebuah literatur bahwa penyakit yang dapat menyebabkan timbulnya gejala dementia ada sejumlah tujuh puluh lima. Beberapa penyakit dapat disembuhkan sementara sebagian besar tidak dapat disembuhkan (Mace cit Rabins, 2006). Penyebab utama penyakit Dementia adalah penyakit Alzheimer, lima puluh sampai enam puluh persen penyebab dementia adalah penyakit Alzheimer. Alzheimer adalah kondisi dimana sel syaraf pada otak mati sehingga membuat sinyal dari otak tidak dapat di transmisikan sebagaimana mestinya (Grayson, 2004). Penderita Alzheimer mengalami gangguan memori, kemampuan membuat keputusan dan juga penurunan proses berpikir. Selain itu, disebabkan juga oleh penyakit vaskular dan kemudian faktor etiologi multipleks. Penyebab lainnya adalah penyakit Pick, Hidrosefalus Normotensif, penyakit Parkinson, penyakit Huntington, trauma kepala, tumor otak, anoksia, infeksi, penyakit endokrin, penyakit Creutzfeldt-Jakob, penyakit imunologik, penyakit hepar, gangguan metabolik, dan sclerosis multipleks.
Pada anak-anak, dementia terjadi karena penyakit genetik yang salah satu gejala utamanya adalah kerusakan kognitif, contohnya sindrom down. Selain itu, kekurangan vitamin B12 dan hormon tiroid, dapat juga menyebabkan dementia.
2.3 Klasifikasi dan Jenis Dementia
2.3.1 Klasifikasi Dementia
Dementia dapat dibagi dalam dementia reversibel dan irreversibel. Pembagian dalam dementia senilis dan presenilis menyesatkan, karena demensia dikaitkan dengan usia. Batas usia lanjut dan kurang lanjut tersebut sangat samar. Di samping itu, sebutan senilis dan presenilis bersifat deskriptif, sehingga diagnosisnya mudah dibuat tanpa mempertimbangkan patofisiologinya.
2.3.2 Jenis Dementia
2.3.2.1 Dementia jenis alzheimer
a. Dengan awitan dini (usia 65 tahun)
b. Dengan awitan lambat (usia di atas 65 tahun)
c. Dengan delirium
d. Dengan waham
e. Dengan perasaan depresif
f. Tanpa penyulit
2.3.2.2 Dementia Vaskular (dahulu multi-infarct dementia)
a. Dengan delirium
b. Dengan waham
c. Dengan perasaan depresif
d. Tanpa penyulit
2.3.2.3 Dementia karena kondisi medik umum lainnya
a. Demensia karena infeksi
b. Demensia karena trauma kepala
c. Demensia karena penyakit parkinson
d. Demensia karena penyakit huntington
e. Demensia karena penyakit pick
f. Demensia karena penyakit creutzfeldt-jakob
2.3.2.4 Dementia karena penggunaan substansi tertentu dalam angka lama
2.3.2.5 Demensia karena etiologi multipleks
2.3.2.6 Demensia yang tidak terspesifikasi
2.4 Patologi
Pada dementia yang reversibel, daya kognitif global dan fungsi luhur lainnya terganggu oleh karena metabolisme oleh karena neuron-neuron kedua belah hemisferium tertekan atau dilumpuhkan oleh berbagai sebab. Apabila sebab ini dapat dihilangkan, maka metabolisme kortikal akan berjalan sempurna kembali. Dengan demikian fungsi luhur dalam keseluruhannya akan pulih kembali. Apabila sebab ini sudah menimbulkan kerusakan infrastruktur neuron-neuron kortikal, tentu fungsi kortikal tidak akan pulih kembali, dan dementia akan menetap.
Kerusakan yang merata pada neuron-neuron kortikal kedua belah hemisferium, yang mencakup daerah persepsi primer, korteks motorik, dan semua daerah asosiatif menimbulkan dementia. Sebab-sebab yang disebutkan diatas sebagai penyebab subacute amnestic-confusional syndrome merupakan penyebab juga bagi dementia reversibel dan tak reversibel. Karena daerah motorik, piramidal dan ekstrapiramidal ikut terlibat secara difus, maka hemiparesis atau monoparesis dan diplegia juga dapat melengkapkan sindrom dementia. Apabila manifestasi gangguan korteks piramidal dan ekstrapiramidal tidak nyata, tanda-tanda lesi organik masih dapat ditimbulkan. Pada umumnya, tanda-tanda tersebut mencerminkan gangguan pada korteks premotorik atau prefrontal. Tanda tersebut diungkapkan dengan jalan membangkitkan refleks-refleks.
2.5 Gambaran Klinis
Gambaran utama dementia adalah munculnya defisit kognitif multipleks, termasuk gangguan memori, setidak-tidaknya satu diantara gangguan kognitif berikut ini, yaitu afasia, apraksia, agnosia, atau gangguan dalam hal fungsi eksekutif. Definisi kognitif harus sedemikian rupa, sehingga mengganggu fungsi sosial atau okupasional serta harus menggambarkan menurunnya fungsi luhur sebelumnya. Rincian gambran klinik dementia adalah sebagai berikut:
2.5.1 Gangguan Memori
Dalam bentuk ketidakmampuan untuk belajar tentang hal-hal baru, atau lupa akan hal-hal yang baru saja dikenal, dikerjakan, atau dipelajari. Sebagian penderita dementia mengalami kedua jenis gangguan memori tersebut. Pada dementia tingkat lanjut, gangguan memori menjdai sedmikian berat sehingga penderita lupa akan identitasnya sendiri
2.5.2 Afasia
Dalam bentuk kesulitan menyebutkan nama orang atau benda. Penderita afasia berbicara samara-samar atau terkesan hampa, dengan ungkapan kata-kata yang panjang, dan menggunakan istilah-istilah yang tidak menentu. Bahasa lisan dan tulisan pun terganggu pada dementia tahap lanjut, penderita dapat menjadi bisu atau mengalami gangguan pola bicara yang dicirikan oleh ekolalia (menirukan apa yang dia dengar).
2.5.3 Apraksia
Ketidakmampuan untuk melakukan gerakan meskipun gerakan motorik, fungsi sensorik, dan pengertian yang diperlukan tetap baik. Penderita dapat mengalami kesulitan dalam menggunakan benda tertentu atau melakukan gerakan yang telah dikenali
2.5.4 Agnosia
Ketidakmampuan untuk mengenali atau mengidentifikasi benda meskipun fungsi sensoriknya utuh. Demikian pula, meskipun sensasi taktilnya utuh, penderita tidak mampu mengenali benda yang diletakkan diatas tangannya atau yang disentuhnya
2.5.5 Gangguan Fungsi Eksekutif
Gejala yang sering dijumpai pada dementia. Gangguan ini mempunyai kaitan dengan gangguan di lobus frontalis atau jaras-jaras subkortikal yang berhubungan dengan lobus frontalis. Fungsi eksekutif melibatkan kemampuan berpikir abstrak, merencanakan, mengambil inisiatif, membuat urutan, memantau, dan menghentikan kegiatan yang kompleks.
2.6 Diagnosis
Untuk keperluan diagnosis, dalam DSM-IV telah tersedia kriteria diagnosis sebagai pedoman. Satu hal yang penting yang perlu diperhatikan adalah bahwa diagnosis dementia tidak boleh ditegakkan apabila defisit kognitif muncul secara eksklusif pada saat terjadi delirium. Untuk itu, diperlukan kehati-hatian dalam melakukan pemeriksaan. Penentuan faktor etiologi merupakan hal yang sangat esensial oleh karena mempunyai nilai prognostik
2.7 Diagnosis Banding
2.7.1 Delirium
Gangguan memori terjadi baik pada delirium maupun pada dementia. Delirium juga dicirikan oleh menurunnya kemampuan untuk mempertahankan dan memindahkan perhatian secara wajar. Gejala delirium bersifat fluktuatif, sementara dementia menununjukkan gejala yang relatif lebih stabil. Gangguan kognitif yang bertahan tanpa perubahan selama beberapa bulan lebih mengarah kepada dementia. Delirium dapat menutupi gejala dementia. Dalam keadaan sulit untuk membedakan apakah terjadi delirium atau dementia, maka dianjurkan untuk memilih dementia sebagai diagnosis sementara, dan mengamati penderita lebih lanjut secara cermat untuk menemukan gangguan yang sebenarnya
2.7.2 Amnesia
Amnesia dicirikan oleh gangguan memori yang berat tanpa gangguan fungsi kognitif lainnya (afasia, apraksia, agnosia, dan gangguan fungsi eksekutif)
2.7.3 Retardasi Mental
Retardasi mental dicirikan oleh fungsi intelektual di bawah rata-rata, yang diiringi oleh gangguan dalam penyesuaian diri, yang awitannya di bawah 18 tahun. Apabila dementia tampak pada usia di bawah 18 tahun, diagnosis dementia dan retardasi mental dapt ditegakkan bersama jika kriterianya terpenuhi
2.7.4 Skizofrenia
Pada skizofrenia, mungkin terjadi gangguan kognitif multipleks, tetapi skizofrenia muncul pada usia lebih muda, di samping itu, dicirikan oleh gejala yang khas tanpa disertai etiologi yang spesifik. Yang khas, gangguan kognitif pada skizofrenia jauh lebih berat daripada gangguan kognitif pada dementia
2.7.5 Depresi
Depresi yang berat dapat disertai keluhan tentang gangguan memori, sulit berpikir dan berkonsentrasi, dan menurunnya kemampuan intelektual secara menyeluruh. Terkadang penderita menunjukkan penampilan yang buruk pada pemeriksaan status mental dan neuropsikologi. Terutama pada lanjut usia, seringkali sulit untuk menentukan apakah gejal kognitif merupakan gejala dementia atau depresi. Kesulitan ini dapat dipecahkan melalui pemeriksaan medik yang menyeluruh dan evaluasi awitan gangguan yang ada, urutan munculnya gejala depresi dan gangguan kognitif, perjalanan penyakit, riwayat keluarga, serta hasil pengobatan. Apabila dapat dipastikan bahwa terdapat perbedaan antara dementia dengan depresi, dengan etiologi yang berbeda, kedua diagnosis dapat ditegakkan bersama
2.8 Penatalaksanaan
2.8.1 Sikap Umum
Terdapat 5 hambatan utama sehubungan dengan terapi dementia:
a. Kompleksitas biologi dan biokimia otak, antaraksi dan ketergantungan antar komponen belum diketahui secara jelas
b. Kesulitan dalam hal menemukan diagnosis etiologik dari sindrom psiko-organik
c. Tiadanya korelasi antara perilaku, gejala neurologik atau neuropsikologik, dan perubahan metabolic yang ada
d. Belum diketahuinya batas-batas biologik gangguan yang ada, sehubungan dengan aspek farmakologik
e. Kesulitan dalam hal metodologi untuk mengevaluasi efek terapetik, terutama dalam menginterpretasi hasil kelompok-kelompok penelitian
Untuk dementia tidak ada terapi spesifik atau drug of choice. Terapi dementia bukan sekedar pemberian obat-obatan, pihak keluarga harus diberi penyuluhan tentang situasi dementia, dengan demikian pihak keluarga dapat merawat penderita di rumah dengan tepat. Satu hal yang perlu diketahui oleh keluarga penderita adalah obat tertentu mungkin efektif bagi saat-saat awal dementia, tetapi dengan perjalanan waktu maka sel-sel otak akan makin banyak yang rusak atau mati, situasi ini akan mengakibatkan obat-obat yang diminum tidak akan efektif lagi
Pada keadaan tertentu, gejala lain dan progresinya dapat diobati atau dihentikan namun kognisinya mungkin tidak dapat kembali normal. Hal demikian ini terjadi pada hidrosefalus, tumor otak, defisiensi vitamin B12 dan nutrisi lainnya, neurosifilis, infeksi lainnya, dan penyakit sistemik. Sebaliknya, dementia pada penyakit Creutzfeldt-Jakob dan AIDS, yang penyebabnya sudah diketahui, belum ada obatnya
2.8.2 Pemeriksaan Klinis
Seyogyanya pemeriksaan penderita dementia tidak meninggalkan aturan baku tentang pemeriksaan klinis. Hal ini dimaksudkan agar diagnosis dapat ditegakkan secara cepat dan benar, dengan demikian terapi dapat diberikan secara tepat. Setelah melakukan pemeriksaan rutin secara lengkap, maka akan ada beberapa hal spesifik yang berkaitan dengan dementia, hal ini memerlukan perhatian yang lebih khusus.
a. Pemeriksaan Memori
Secara formal, pemeriksaan memori dapat dilakukan dengan minta penderita untuk mencatat, menyimpan, mengingat, dan mengenal informasi. Kemampuan untuk mempelajari informasi baru dapat diperiksa dengan minta penderita untuk mempelajari suatu daftar kata-kata. Penderita diminta untuk mengulang kata-kata (registration), mengingat kembali informasi tadi setelah istirahat selama beberapa menit (retention, recall), dan mengenal kata-kata dari banyak daftar (recognition). Memori lama dapat diperiksa dengan meminta penderita untuk mengingat bahan-bahan lama yang dulu pernah diminati.
b. Pemeriksaan Kemampuan Berbahasa
Penderita diminta untuk menyebut nama benda di dalam ruangan, bagian dari tubuh, mengikuti perintah atau aba-aba, atau mengulang ungkapan.
c. Pemeriksaan Apraksia
Ketrampilan motorik dapat diperiksa dengan cara meminta penderita untuk melakukan gerakan tertentu
d. Pemeriksaan Daya Abstraksi
Daya abstraksi dapat diperiksa dengan berbagai cara, misalnya menyuruh penderita untuk menghitung sampai sepuluh, menyebut seluruh alfabet, menulis huruf m dan n secara bergantian
e. Mini Mental State Examination
Pemeriksaan ini ditemukan oleh Folstein et al. pada tahun 1975 yang kemudian digunakan secara luas di klinik psikiatri maupun geriatric. MMSE meliputi 30 pertanyaan sederhana untuk memperkirakan kognisi utama pada orang-orang tua. MMSE tidak sensitif untuk awal dementia.
2.8.3 Pemeriksaan Laboratorium dan Radiologi
Pemeriksaan laboratorium didasarkan atas hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik. Yang perlu diperhatikan adalah cost-benefit serta cost-effectiveness, semuanya didsarkan pada kepentingan penderita. Pemeriksaan Radiologi dapat digunakan sebagai diagnosis pembanding. CT Scan atau MRI akan memperlihatkan atrofi otak, lesi otak fokal, hidrosefalus, atau iskemi periventrikular. Pemeriksaan fungsional, misalnya PET (Positron-Emission Tomography) tidak dikerjakan rutin, namun dapat meberikan informasi untuk diagnosis banding pada kasus yang tidak memperlihatkan adanya kelainan pada CT Scan maupun MRI
2.8.4 Obat Untuk Dementia
a. Cholinergic-enhancing agents
Untuk terapi dementia jenis Alzheimer, telah banyak dilakukan penelitian. Pemberian cholinergic-enhancing agents menunjukkan hasil yang cukup memuaskan pada beberapa penderita, namun demikian secara keseluruhan tidak menunjukkan keberhasilan sama sekali. Hal ini disebabkan oleh kenyataan, bahwa dementia Alzheimer tidak semata-mata disebabkan oleh defisiensi kolinergik. Dementia ini disebabkan juga oleh defisiensi neurotransmitter lainnya. Sementara itu, kombinasi kolinergik dan noradregenik ternyata bersifat kompleks, pemberian obat kombinasi ini harus hati-hati karena dapat terjadi interaksi yang mengganggu system kardiovaskuler
b. Choline dan lecithin
Defisit asetilkolin di korteks dan hipokampus pada dementia Alzheimer dan hipotesis tentang sebab hubungannya dengan memori mendorong para peneliti untuk mengarahkan perhatiannya pada neurotransmitter. Pemberian precursor, choline dan lecithin merupakan salah satu pilihan dan memberi hasil cukup memuaskan, namun demikian tidak memperlihatkan hal yang istimewa. Dengan choline ada sedikit perbaikan terutama dalam fungsi verbal dan visual. Dengan lecithin hasilnya cenderung negative, walaupun dengan dosis yang berlebih sehingga kadar dalam serum mencapai 120% dan dalam cairan serebrospinal naik sampai 58%.
c. Neuropeptida, Vasopresin, dan ACTH
Pemberian neuropeptida, vasopresin, dan ACTH perlu memperoleh perhatian. Neuropeptida dapat memperbaiki daya ingat semantic yang berkaitan dengan informasi dan kata-kata. Pada lansia tanpa gangguan psiko-organik, pemberian ACTH dapat memperbaiki daya konsentrasi dan memperbaiki keadaan umum.
d. Nootropic Agents
Dari golongan nootropic substances, ada dua jenis obat yang sering dipergunakan dalam terapi dementia, ialah nicerogoline dan co-dergocrine mesylate. Co-dergocrine mesylate memperbaiki perfusi serebral dengan cara mengurangi tahanan vascular dan meningkatkan konsumsi oksigen otak. Obat ini memperbaiki perilaku, aktivitas, dan mengurangi bingung, serta memperbaiki kognisi. Dalam suatu penelitian multisenter, diperoleh suatu kesimpulan, bahwa antara nicergoline dan co-dercogrine mesylate, apabila diberikan kepada penderita dementia, akan mempunyai khasiat yang mirip, terutama terhadap perbaikan fungsi kognitifnya. Di sisi lain, nicergoline tampak bermanfaat untuk memperbaiki perasaan hati dan perilaku.
e. Dihydropyrdine
Pada lansia dengan perubahan mikrovaskuler dan neuronal, L-type calcium channels menunjukkan pengaruh yang kuat. Lipophilic dihydropyridine bermanfaat untuk mengatasi kerusakan susunan saraf pusat pada lansia. Nimodipin bermanfaat untuk mengembalikan fungsi kognitif yang menurun pada lansia dan dementia jenis Alzheimer. Nimodipin memelihara sel-sel endothelial atau kondisi mikrovaskuler tanpa dampak hipotensif, dengan demikian sangat dianjurkan sebagai terapi alternatif untuk lansia terutama yang mengidap hipertensi esensial
2.9 Pencegahan
Dementia perlu dikenali dan dipahami cara pencegahannya melalui pola hidup sehat seperti makan dengan gizi seimbang, cukup istirahat dan olah raga, tidak merokok dan lain-lain agar pada saatnya nanti para usia lanjut tidak segera mengalami kepikunan dan masih dapat mandiri bahkan produktif. Selain itu, kemungkinan dementia dapat dicegah dengan menjaga ketajaman daya ingat dan senantiasa mengoptimalkan fungsi otak (Dwi Nurviyandari, 2007)

















BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dementia adalah kumpulan gejala yang ditandai dengan penurunan kognitif, perubahan mood dan tingkah laku sehingga mempengaruhi aktivitas sehari-hari penderitanya. Kondisi penderita demensia secara perlahan mengalami kemunduran yang tidak dapat dihindarkan. Memahami kondisi penderita dan merawat dengan sabar adalah peran penting keluarga yang salah satu anggotanya menderita demensia.
3.2 Saran
Dementia dapat dicegah dengan beberapa cara. Oleh karena itu, disarankan untuk menjalani pola hidup sehat seperti makan dengan gizi seimbang, cukup istirahat dan olah raga, tidak merokok dan lain-lain agar pada saatnya nanti para usia lanjut tidak segera mengalami kepikunan dan masih dapat mandiri bahkan produktif. Selain itu, kemungkinan dementia dapat dicegah dengan menjaga ketajaman daya ingat dan senantiasa mengoptimalkan fungsi otak. Bagi manula, dianjurkan pula untuk saling membentuk kelompok, sebagai suatu wadah kegiatannya sebagai model kegiatan dalam rangka peningkatan kualitas hidup usia lanjut.











DAFTAR PUSTAKA

Grayson, C. 2004. All About Alzheimer.
http://www.webmd.com/content/article/71/81413.htm

Harvey, R. J., Robinson, M. S. and Rossor, M. N. 2003. The Prevalence and Causes of Dementia In People Under The Age of 65 Years. Journal Neurosurg Psychiatry, 74: 1206-1209.

Lindsay, Kenneth W. 2004. Neurology and Neurosurgery Illustrated. London. Churchill Livingstone

Mace, N. L. and Rabins, P. V. 2006. The 36-hour Day: A Family Guide to Caring for People With Alzheimer Disease, Other Dementias, and Memory Loss In Later Life. 4th Ed. Baltimore, USA: The Johns Hopkins University Press

Nurviyandari, Dwi. 2007. Dementia Pada Usia Muda dan Usia Produktif. http://www.beritaiptek.com/berita-beritaiptek-2007-08-10-.html

Ropper, Allan H. 2005. Principles of Neurology. New York. Mc Graw Hill

Sampson, E. L., Warren, J. D., Rossor, M. N. 2004. Young Onset dementia. Postgraduate Medical Journal 80, 125-139

http://www.depkes.go.id/index.php?option=news&task=viewarticle&sid=449&Itemid=2